Upaya membangkitkan industri angkutan darat tidak mesti dilakukan dengan cara bombastis. Langkah ini dapat dimulai dengan menggarap pasar yang ada, misalnya yang sudah tersambung layanan jalan tol.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 berdampak pada kinerja sektor angkutan darat, termasuk usaha bus. Kreativitas layanan dengan standar bagus dibutuhkan untuk membangkitkan lagi industri angkutan bus di tengah tekanan pandemi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, lapangan usaha angkutan darat terkontraksi atau tumbuh minus 17,65 persen pada triwulan II-2020. Kondisi ini akibat penurunan mobilitas seiring dengan pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Saat PSBB dilonggarkan, kontraksi sektor transportasi dan pergudangan berkurang. Subsektor angkutan darat tumbuh minus 5,03 persen pada triwulan III-2020 dan minus 3,5 persen pada triwulan IV-2020.
”Dari Maret sampai Juni 2020, saat pemerintah meminta kami berhenti beroperasi, dampak (penurunan penumpang) sampai 100 persen,” kata Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (Ipomi) Kurnia Lesani Adnan, Minggu (14/3/2021).
Kurnia Lesani menyatakan hal ini dalam unjuk bincang ”Bangkitnya Industri Transportasi Darat 2021” yang digelar Perpalz TV. Acara yang dilangsungkan secara hibrida, luring dan daring, tersebut merupakan rangkaian pembukaan Roadshow Sumatera 2021.
Dari Maret sampai Juni 2020, saat pemerintah meminta kami berhenti beroperasi, dampak (penurunan penumpang) sampai 100 persen.
Menurut Kurnia yang juga Co-Founder Perpalz TV, pasar angkutan bus secara perlahan naik lagi setelah pemerintah kembali mengizinkan bus beroperasi. Namun, tingkat keterisian penumpang rata-rata masih berkisar 30-40 persen dan paling tinggi 60 persen.
”Pelaku usaha berharap industri transportasi darat kembali bergeliat. Operator bus berusaha menyajikan layanan transportasi yang sehat, aman, dan nyaman,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan, usaha angkutan bus memiliki potensi luar biasa karena tarif layanan yang relatif terjangkau. Selain itu, usaha ini juga mampu menjangkau dari titik ke titik yang tidak bisa dilakukan moda angkutan lain.
Kendati begitu, di daerah perkotaan, angkutan bus memiliki tantangan dalam berkompetisi dengan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor. Di titik ini operator bus dituntut memiliki cara tertentu menghadapi kondisi tersebut.
”Saya melihat ada bus yang memiliki nilai jual, seperti dilengkapi filter purifier (penyaring dan pemurni udara). Tidak menutup kemungkinan hal seperti ini bisa menarik minat masyarakat,” ujarnya.
Menurut Budi, upaya membangkitkan industri angkutan darat tidak mesti dilakukan dengan cara bombastis. Langkah ini dapat dimulai dengan menggarap pasar yang ada, misalnya yang sudah tersambung layanan jalan tol.
Penggarapan pasar juga harus diimbangi standar pelayanan bagus. Hal tersebut akan menjadikan bus menjadi alternatif pilihan yang mampu bersaing dengan moda lain.
Dia mencontohkan, bus dapat bersaing dengan pesawat untuk melayani rute antardaerah yang berjarak tempuh lima jam lewat darat. Misalnya rute antara Panjang, Bandar Lampung, ke Jakarta yang juga memerlukan waktu empat jam menggunakan pesawat dengan menghitung pula waktu di bandara.
Upaya membangkitkan industri angkutan darat tidak mesti dilakukan dengan cara bombastis. Langkah ini dapat dimulai dengan menggarap pasar yang ada, misalnya yang sudah tersambung layanan jalan tol.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan, pemerintah juga terus memperbaiki terminal untuk membangkitkan transportasi darat. Salah satu aspek yang diperbaiki adalah prasarana.
”Perbaikan prasarana terminal tidak berdiri sendiri. Perbaikan ini termasuk pada sistem dan kultur yang juga kami bangun. Membangun fisik itu mudah. Ada uang bisa membangun. Tapi mengubah kultur itu susah, misalnya menghilangkan agen atau calo,” tuturnya.
Budi Setiyadi menambahkan, salah satu upaya menghilangkan calo adalah dengan penerapan sistem tiket elektronik. Sistem ini dapat memudahkan masyarakat merencanakan dan membeli tiket perjalanan.
Sementara itu, Presiden Direktur Exxonmobil Lubricant Indonesia Syah Reza berkomitmen mendukung industri angkutan darat. Produktivitas merupakan hal penting bagi perusahaan bus. Produktivitas ini bisa menyangkut efisiensi bahan bakar, penggunaan oli, dan suku cadang dalam memperpanjang umur mesin.
”Di sinilah kami dengan pengalaman di bidang pelumasan berusaha membantu pelaku industri angkutan darat,” katanya.