Pemegang Merek Dilobi, Indonesia Sasar Pasar Otomotif Australia
Pemerintah tengah meminta alokasi ekspor produk otomotif Indonesia kepada pemilik merek (principal) yang berada di Jepang. Australia akan menjadi sasaran ekspor produk otomotif Indonesia.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berupaya mendongkrak permintaan produk otomotif, baik di pasar global maupun domestik. Saat ini, Indonesia tengah menyasar pasar otomotif Australia dengan meminta alokasi ekspor otomotif kepada pemegang merek di Jepang.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, industri otomotif dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan dorongan permintaan tersebut.
”Dengan demikian, pelaku industri akan mengimpor bahan baku untuk mengantisipasi kenaikan pertumbuhan otomotif pada Maret atau April mendatang,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta, Kamis (25/2/2021).
Menurut Lutfi, untuk pasar mancanegara, pemerintah tengah meminta alokasi ekspor produk otomotif Indonesia kepada pemegang merek (principal) yang berada di Jepang.
Australia menjadi sasaran ekspor karena ada Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA). Targetnya, produk otomitif Indonesia dapat memenuhi 10 persen konsumsi otomotif Australia yang totalnya mencapai 1,2 juta unit.
”Langkah diplomasi tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap kenaikan ekspor otomotif sebanyak 100.000 unit. Jumlah tersebut setara dengan nilai ekspor sekitar 4 miliar dollar Amerika Serikat (AS),” katanya.
Australia menjadi sasaran ekspor. Targetnya, produk otomitif Indonesia dapat memenuhi 10 persen konsumsi otomotif Australia yang totalnya 1,2 juta unit.
Data di laman resmi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, sepanjang 2020, ekspor produk otomotif kategori kendaraan utuh (completely built up/CBU) sebanyak 232.175 unit, komponen-komponen kendaraan utuh siap rakit (completely knock down/CKD) 56.586 unit, dan komponen 61,177 juta unit. Padahal, sepanjang 2019, ekspor CBU mencapai 332.023 unit, CKD 511.425 unit, dan komponen 79,31 juta unit.
Di pasar domestik, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan menurunkan tarif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Insentif penurunan PPnBM secara bertahap selama 9 bulan ini berlaku untuk segmen kendaraan di bawah 1.500 cc, yaitu untuk kategori sedan dan 4 x 2. Hal ini dilakukan karena pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan industri otomotif di atas 70 persen.
Bank Indonesia menopang kebijakan itu dengan menggulirkan penerapan kebijakan uang muka (DP) hingga 0 persen untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).
Adapun Otoritas Jasa Keuangan melengkapinya dengan menurunkan bobot risiko pembiayaan (ATMR) bagi perbankan dan perusahaan pembiayaan berdasarkan profil risikonya dari 100 persen menjadi 50 persen hingga 0 persen.
Lutfi berpendapat, konsumsi mobil di Indonesia dapat menyentuh angka 900.000 unit pada tahun ini. Dengan bauran kebijakan stimulus itu, angka konsumsi mobil dapat mencapai 1 juta unit mobil.
Berdasarkan data Gaikindo, total produksi produk otomotif pada 2020 sebanyak 690.176 unit dengan penjualan domestik 532.407 unit. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan 2019 yang produksinya mencapai 1,28 juta unit dan penjualan domestik 1,03 juta unit.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengapresiasi langkah Kementerian Perdagangan karena berpotensi mempercepat persetujuan dari principal. Langkah ini penting untuk mendongkrak ekspor yang berdampak pada peningkatan utilisasi pabrik.
Pada 2019, rata-rata utilisasi pabrik mencapai 54 persen, sedangkan per akhir 2020 turun menjadi 29 persen. ”Melaui dorongan permintaan, utilisasi pada tahun ini diharapkan bisa mencapai 60-70 persen,” tuturnya saat dihubungi, Kamis.
Menurut Kukuh, dari 80 negara tujuan ekspor produk otomotif Indonesia, Australia belum menjadi pasar. Gaikindo sudah menyurvei jenis mobil yang diminati di Australia yang kini diimpor salah satunya dari Thailand.
Sebenarnya, jenis mobil tersebut dapat diproduksi di Indonesia. Secara georgrafis, logistik Indonesia-Australia lebih cepat 3-4 hari dibandingkan Thailand.
”Industri otomotif nasional mampu memenuhi standar Australia yang cenderung lebih tinggi dan berada di kelas premium. Misalnya, tingkat emisi yang sudah mencapai EURO-5 dan menuju EURO-6. Pasar Australia juga lebih meminati kendaraan jenis 3.000 cc,” katanya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan Indonesia menjadi hub ekspor otomotif, baik untuk kendaraan berbasis bahan bakar minyak (internal combustion engine/ICE) maupun kendaraan listrik (electrical vehicle/EV). Otomotif juga menjadi prioritas dalam penerapan revolusi industri 4.0.