Pembangunan Bandara Purbalingga Diharapkan Berdampak Positif di Akar Rumput
Bandar Udara Panglima Besar Jenderal Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah, ditargetkan selesai pada Maret 2021. Sejumlah warga setempat kecewa tidak dilibatkan dalam pembangunan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Pembangunan Bandara Panglima Besar Jenderal Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah, telah mencapai 83,8 persen dan ditargetkan rampung pada Maret 2021. Sejumlah warga desa sekitarnya mengaku kecewa karena tidak dilibatkan dalam proses pembangunan.
Kehadiran bandara di selatan Jateng ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di akar rumput, bukan untuk kepentingan investor semata.
”Saya pernah didaftarkan untuk kerja menanam rumput bandara. Sudah menyerahkan fotokopi KTP dan mendapat ID card sejak Agustus 2020, tetapi sampai sekarang tidak pernah dipanggil, tidak ada kabar lagi,” kata Misni (50), warga RT 002 RW 003 Desa Kemangkon, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Rabu (20/1/2021).
Misni mengatakan, ada sekitar 75 orang yang sudah didaftarkan untuk bekerja menanam rumput bandara dengan upah Rp 110.000 per hari plus makan sekali. Warga pun sudah diminta menyiapkan sepatu sebagai sarana kerja saat menanam rumput, tetapi justru tidak pernah ada panggilan lagi.
Jangan sampai ekonomi kreatif di situ hilang meski ada investasi asing. Kelompok ekonomi di bidang pertanian, peternakan, ekonomi kreatif, dan desa wisata bisa dikembangkan dengan adanya bandara.
Imam Sartono (55), suami Misni, menyampaikan, saat awal pembukaan dan pembersihan lahan hanya ada beberapa orang setempat yang dilibatkan dalam proses itu. ”Hanya ada satu atau dua orang saja yang ikut di sana. Anak saya mau ikut bekerja tetapi tidak bisa,” tuturnya.
Sutriman (46), warga lainnya, juga menuturkan, banyak warga yang berharap bisa ikut bekerja di bandara. Bahkan, setelah dijanjikan untuk kerja menanam rumput, sejumlah orang menolak pekerjaan lain karena menunggu panggilan, tetapi sampai sekarang tidak ada kejelasan. ”Orang-orang menunggu sampai lima bulan. Karena tidak ada kejelasan, saya akhirnya ikut kerja proyek di Jambi,” tuturnya.
Baik Misni, Imam Sartono, dan Sutriman berharap jika bandara sudah jadi, mereka bisa bekerja di sana entah sebagai petugas kebersihan atau keamanan. ”Saya berharap bisa ikut bekerja di sana, yang penting kerja halal,” tutur Misni.
Ketika dikonfirmasi atas permasalahan ini, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin belum memberikan respons kepada Kompas. VP of Corporate Communication PT Angkasa Pura II Yado Yarismano ketika dikonfirmasi juga belum memberikan tanggapan. ”Maaf Mas, belum bisa memberikan komentar terkait hal ini,” kata Yado melalui aplikasi percakapan kepada Kompas.
Dosen Pemberdayaan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman, Adhi Iman Sulaiman, menyampaikan, bandara ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di akar rumput.
Menguntungkan masyarakat
”Kehadiran bandara harus bisa menguntungkan masyarakat di ring satu, ring dua, yaitu masyarakat Kabupaten Purbalingga dan sekitarnya atau meliputi Banyumas, Banjarnegara, dan Cilacap,” kata Adhi.
Adhi menyampaikan, diperlukan studi kelayakan yang melibatkan semua unsur, baik akademisi, masyarakat sipil, stakeholder, serta masyarakat setempat, pemerintah, maupun swasta yang digelar secara partisipatif untuk menganlisis dampak kehadiran bandara secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
”Jangan sampai bandara menjadi sepi tidak maksimal peruntukannya atau malahan jadi karpet merah buat, mohon maaf, investasi asing tetapi untuk kesejahteraan masyarakat Purbalingga sendiri justru kurang,” tuturnya.
Menurut Adhi, kehadiran bandara juga diharapkan bisa mempertahankan dan meningkatkan perekonomian masyarakat yang berbasis pada pertanian dan juga peternakan, serta geliat ekonomi kreatif perdesaan.
”Jangan sampai ekonomi kreatif di situ hilang meski ada investasi asing. Kelompok ekonomi di bidang pertanian, peternakan, ekonomi kreatif, dan desa wisata bisa dikembangkan dengan adanya bandara,” ujarnya.
Adhi juga menyampaikan, jika di kemudian hari ada banyak hotel atau restoran di sekitar bandara, tenaga kerja sebanyak 50 persen di antaranya harusnya adalah warga setempat. Namun, jangan pula semua orang bekerja di restoran atau hotel lantas meninggalkan pertanian atau peternakan sebagai perekonomian desa.
Sebelumnya, dalam siaran pers yang diterima dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Direktur Utama PT Angkasa Pura II M Awaluddin dalam video konferensi, Senin (18/1/2021), menyampaikan, per 10 Januari 2021, progres pembangunan Bandara Panglima Jenderal Besar Soedirman mencapai 83,835 persen.
Awaluddin merinci untuk sisi udara, pekerjaan fisik landasan pacu (runway) 30 meter x 1.600 meter telah selesai 100 persen. Demikian pula dengan pekerjaan fisik apron dan jalur taksi (taxiway) juga selesai 100 persen. Sementara pekerjaan fisik untuk jalan akses Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) baru 43,19 persen. ”Sesuai dengan timeline penyelesaian pekerjaan, dibutuhkan waktu hingga Maret 2021 untuk bisa selesai,” katanya.