PLN Sediakan Stasiun Pengisian Listrik di Ruas Tol Jakarta-Surabaya
Percepatan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia harus didukung ketersediaan infrastruktur. Selain itu, pasokan listrik dari pembangkit energi terbarukan merupakan faktor penting.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menambah stasiun pengisian kendaraan listrik umum sebanyak empat di tol ruaJakarta-Surabaya. Penambahan infrastruktur tersebut hasil kerja sama PLN dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Keempat stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) tersebut ada di kawasan istirahat Kilometer (KM) 207 A Palikanci di Jawa Barat serta tiga di wilayah Jawa Tengah. Ketiga SPKLU di wilayah Jateng tersebut tersebar di kawasan istirahat KM 379 Batang serta kawasan istirahat KM 519 A dan KM 519 B di Sragen.
Menurut Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril, penambahan SPKLU di ruas jalan tol tersebut merupakan bagian dari dukungan perusahaan terhadap pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Hingga 2025, PLN menargetkan 2.400 SPKLU.
”PLN ingin memberi kenyamanan bagi pengguna kendaraan listrik dengan memperbanyak ketersediaan SPKLU. Infrastruktur ini untuk memfasilitasi kebutuhan pengisian baterai kendaraan saat bepergian dari Jakarta ke Surabaya,” ujar Bob di sela-sela acara peresmian SPKLU di Sragen, Kamis (24/12/2020), melalui siaran pers.
Infrastruktur ini untuk memfasilitasi kebutuhan pengisian baterai kendaraan saat bepergian dari Jakarta ke Surabaya.
Bob menuturkan, penambahan infrastruktur SPKLU tersebut dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Keterbatasan daya listrik pada kendaraan listrik bisa diatasi dengan memperbanyak lokasi SPKLU di ruas jalan utama.
”Penambahan SPKLU di jalan tol ruas Jakarta-Surabaya akan memudahkan penggunaan kendaraan listrik dalam bepergian jarak jauh,” kata Bob.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa, listrik untuk pengisian daya kendaraan listrik sebaiknya dipasok dari pembangkit yang menggunakan energi bersih dan terbarukan. Dengan cara itu, usaha mengurangi pencemaran udara dan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) dapat terwujud. Pemerintah harus memperhatikan sumber pasokan listrik untuk konteks kendaraan listrik tersebut.
Fabby menambahkan, mayoritas jenis pembangkit listrik di Indonesia berbahan bakar batubara (PLTU) sehingga faktor emisi di sistem Jawa-Bali sebesar 0,8-0,9 ton karbon dioksida (CO2) per megawatt jam (MWh). Angka faktor emisi diperkirakan meningkat seiring peningkatan proyek pembangunan PLTU di Indonesia. Dengan demikian, tujuan penggunaan kendaraan listrik belum tercapai sepenuhnya jika PLTU di Indonesia makin banyak yang beroperasi.
Angka faktor emisi diperkirakan meningkat seiring peningkatan proyek pembangunan PLTU di Indonesia.
Untuk mengurangi pemakaian BBM kotor, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan peraturan bernomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori N, dan Kategori O. Dalam aturan penggunaan BBM bagi kendaraan roda empat itu, RON minimal yang disyaratkan adalah 91. Produk BBM di Indonesia yang memenuhi kriteria itu adalah jenis pertamax dengan RON 92.
Dalam acara peluncuran secara virtual kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), Kamis (17/12/2020), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan, target 15 juta kendaraan listrik pada 2030 dapat menghemat impor BBM setara dengan 77.000 barel per hari. Penghematan impor tersebut juga berhasil menghemat devisa senilai 1,8 miliar dollar AS dan menurunkan emisi gas karbon 11,1 juta ton.
”Rencana tersebut akan diperkuat dengan membangun infrastruktur berupa SPKLU di 2.400 titik dan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) di 10.000 titik sampai 2025 mendatang,” kata Arifin.