Kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM masih menurun akibat pandemi Covid-19. Meski penjualan dan distribusi mulai membaik, pemulihan UMKM masih terhambat rendahnya produksi akibat kurangnya permodalan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM masih menurun akibat pandemi Covid-19. Meski penjualan dan distribusi mulai membaik, pemulihan UMKM masih terhambat rendahnya produksi akibat kurangnya permodalan dan minimnya pasokan bahan baku.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) mencatat, pada Juni 2020, penjualan, permintaan, dan pelanggan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menurun 22,9 persen. Kondisi ini sudah lebih baik dibandingkan dengan penurunan pada Mei 2020 sebesar 24,3 persen.
Dalam periode yang sama, hambatan distribusi pun menunjukkan perbaikan dari 20,2 persen menjadi 20,01 persen. Namun, iklim usaha yang berangsur membaik masih tersandung produksi yang terhambat (dari 18,1 persen menjadi 18,83 persen) sebagai implikasi dari kurangnya permodalan (dari 18,8 persen menjadi 19,39 persen) dan sulitnya bahan baku (dari 18,6 persen menjadi 18,87 persen).
Deputi Restrukturisasi Usaha, Kemenkop dan UKM, Eddy Satria menyampaikan, kondisi saat ini menunjukkan, mulai terbukanya akses pasar dan perbaikan rantai pasok. Meski masih ada tantangan, tetapi perbaikan dari segi penjualan dan distribusi memperlihatkan, ada upaya-upaya yang baik dari pemerintah.
”Keadaan ini memang tidak mudah, tetapi optimisme harus terus dibangkitkan. Kami sebagai pemerintah pun terus memberikan stimulus untuk mendorong pelaku usaha agar bisa tetap berusaha,” ujar Eddy, Rabu (26/8/2020).
Paparan ini disampaikan dalam acara webinar ”A Cup of Moka Volume 10: Ambil Langkah Berani untuk Bisnis #MajuDenganPasti”. Hadir pula sebagai narasumber, antara lain, Vice President Brand and Marketing Moka, Bayu Ramadhan dan CEO Haus, Gufron Syarif.
Eddy melanjutkan, terkait upaya pemulihan ekonomi nasional koperasi dan UMKM, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 123,46 triliun. Hingga 19 Agustus 2020, realisasi bantuan yang sudah disalurkan mencapai 41,65 persen atau Rp 51,42 triliun.
Secara rinci, realisasi untuk pembiayaan investasi kepada koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir mencapai Rp 583 miliar (58,3 persen) dari Rp 1 triliun. Adapun realisasi subsidi bunga baik kredit usaha rakyat (KUR) maupun non-KUR sebesar Rp 1,19 triliun (3,37 persen ) dari Rp 35,29 triliun.
”Sekarang juga ada Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro dengan target 12 juta penerima. Jadi, memang sesuai dengan rencana strategis 2020-2024, pengembangan koperasi dan UMKM ke depan akan terus diarahkan untuk memperkuat ketahanan ekonomi dalam rangka mendukung pertumbuhan yang berkualitas,” ujar Eddy.
Maju dengan pasti
Bayu Ramadhan mengatakan, Moka sebagai perusahaan rintisan yang bergerak di ranah aplikasi kasir juga terus membantu para pelaku usaha dalam menghadapi tantangan di tengah pandemi. Gerakan #MajuDenganPasti disuarakan untuk mendorong masyarakat, khususnya pemilik bisnis agar melangkah lebih maju dari pencapaian sebelumnya.
”Kami melihat, mengembangkan bisnis memiliki tantangan tersendiri, terutama pada masa pandemi. Moka pun berkomitmen untuk menemani pemilik bisnis yang salah satunya diupayakan dengan memberikan edukasi konten secara gratis,” ujar Bayu.
Edukasi yang dihadirkan, yakni pembuatan buku elektronik yang mengupas sebuah topik secara mendalam terkait data, tips, dan ide dalam berwirausaha. Ada juga pelaksanaan webinar dalam bentuk seminar secara rutin serta membuatkan artikel di blog yang berisi info, tips, dan peluang usaha.
Gufron Syarif, sebagai pelaku usaha berpesan, untuk tetap bertahan pada masa pandemi, maka pemanfaatan berbagai kanal dalam jaringan harus dimaksimalkan. Strategi ini digunakan untuk tetap menjangkau konsumen yang kini perilakunya berubah.
Awalnya, porsi penjualan Haus baik secara daring maupun pembelian langsung di gerai masing-masing sebesar 50 persen. Namun, pada masa pandemi, penjualan daring meningkat hingga 75 persen karena memang konsumen lebih banyak berada di rumah.
”Anggaran untuk pemasaran yang biasanya kami lakukan secara fisik juga semuanya dialihkan ke online (daring). Upaya ini untuk membuat gerakan serta konten yang menarik di berbagai media,” kata Gufron.
Pandemi diakuinya tidak membuat 102 gerai yang berada wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bandung terdampak. Penjualan pun masih dapat mencapai lebih dari 48.000 gelas per hari.
”Dalam menjalankan bisnis, kita harus fokus dan jangan menjadi one man show. Kita harus membangun organisasi dengan merekrut orang-orang yang lebih pintar dan lebih berpengalaman agar bisnis kita semakin besar,” ujar Gufron.