Pengguna jalan tol, penumpang angkutan udara, dan okupansi hotel melonjak selama libur panjang pekan lalu. Geliat perjalanan lebih ditopang aktivitas pariwisata ketimbang bisnis.
JAKARTA, KOMPAS — Mobilitas masyarakat cenderung meningkat belakangan ini dan melonjak saat libur panjang pekan lalu. Warga jenuh dan berharap bisa beraktivitas di luar rumah setelah beberapa bulan pembatasan pergerakan sosial akibat pandemi Covid-19.
”Peningkatan mobilitas dapat dimaknai sebagai bentuk pelepasan kejenuhan masyarakat setelah pembatasan pergerakan sejak Maret 2020,” kata ekonom transportasi dan energi Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Alloysius Joko Purwanto, ketika dihubungi, Senin (24/8/2020).
Begitu ada kesempatan dan tidak ada lagi larangan, sebagian masyarakat memanfaatkan libur panjang akhir pekan untuk bepergian, berekreasi, dan sebagainya. Menurut Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang, peningkatan pergerakan orang belakangan ini berkaitan aktivitas ekonomi yang juga mulai naik. ”Satu aktivitas ekonomi, misalnya mal buka, akan menggerakkan banyak karyawan, pemasok, pembeli, logistik, dan seterusnya,” katanya.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat, sebanyak 329.641 kendaraan bergerak menuju Jakarta pada H+2 dan H+3 Tahun Baru 1442 Hijriyah atau 22-23 Agustus 2020. Angka ini naik 46 persen daripada lalu lintas normal. Sebelumnya, pada 19-21 Agustus 2020, sebanyak 460.792 kendaraan meninggalkan Jakarta atau 27,3 persen lebih tinggi dibandingkan dengan situasi lalu lintas normal.
Pergerakan pesawat dan penumpang pada Agustus 2020 juga cenderung meningkat ketimbang bulan-bulan sebelumnya pada masa pandemi Covid-19.
Data PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) menunjukkan, lalu lintas pergerakan penumpang di 15 bandara Angkasa Pura I periode 1-16 Agustus 2020 mencapai 1.000.099 orang atau tumbuh 53 persen dibandingkan dengan periode 1-16 Juli 2020 yang 652.107 orang.
Frekuensi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta pada Kamis, 20 Agustus 2020, bahkan mencapai 530 penerbangan. Angka ini tertinggi sejak masa pandemi Covid-19. Sebagai perbandingan, pada April 2020 hanya sekitar 200 penerbangan per hari, lalu turun jadi sekitar 100 penerbangan per hari pada Mei 2020.
Pariwisata
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menilai, libur akhir pekan lalu mendorong peningkatan okupansi hotel di daerah tujuan wisata yang tak terlalu jauh dari Jabodetabek. Wisatawan cenderung berlibur ke kota yang terjangkau akses jalan tol.
Daerah tujuan wisata yang mengalami peningkatan wisatawan secara signifikan, di antaranya, adalah Bogor (Puncak), Bandung, Solo, dan Yogyakarta. Di Yogyakarta, okupansi hotel meningkat dari sebelumnya pada kisaran 15 persen menjadi 60 persen.
Jarak perjalanan wisata saat libur panjang itu bergeser sedikit lebih jauh. Sebelumnya, pengunjung lebih banyak memilih penginapan yang dekat dengan lokasi tempat tinggal (staycation) agar perencanaan perjalanan tidak terlalu rumit pad masa pandemi Covid-19.
Kondisi sebaliknya terjadi di kota-kota tujuan bisnis, seperti Jakarta dan Surabaya. Tingkat okupansi hotel di dua kota itu selama libur panjang rata-rata masih 15-20 persen. Menurut Hariyadi, peningkatan okupansi hotel dan perjalanan di kota tujuan bisnis sangat bergantung pada aktivitas ekonomi. Pada hari kerja (weekdays), tingkat hunian hotel masih cenderung rendah dan baru meningkat pada akhir pekan.
Hal itu mengindikasikan geliat perjalanan lebih ditopang wisatawan domestik ketimbang aktivitas bisnis. Geliat pariwisata terus didorong seiring pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan dibukanya destinasi wisata, restoran, mal, dan tempat atraksi.
Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza menyebutkan, pemesanan hotel meningkat hingga 250 persen selama periode libur panjang akhir pekan. Pemesanan hotel itu terutama di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Malang, dan Semarang.
Menurut Busyra, sebagian pelanggan masih memilih penginapan yang dekat dengan lokasi tempat tinggal. Mayoritas pelanggan juga cenderung memilih hotel-hotel yang telah mendapat label ”bersih dan aman” karena menerapkan protokol kesehatan.