Tahun ini ditargetkan ada penambahan 2 juta pelaku UMKM yang dapat mengakses atau memanfaatkan teknologi informasi untuk pemasaran. Melalui program KAU, para pemasar digital baru diharapkan mengadopsi pelaku UMKM lain.
Oleh
cyprianus anto saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah berupaya mempercepat transformasi digital bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di Indonesia. Salah satu langkah mempercepat digitalisasi tersebut adalah melalui program Kakak Asuh UMKM.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim, di Jakarta, Senin (15/6/2020), mengatakan, tahun ini ditargetkan ada penambahan 2 juta pelaku UMKM yang dapat mengakses atau memanfaatkan teknologi informasi untuk pemasaran. Selama ini, UMKM yang sudah terhubung dengan ekosistem digital atau tersambung dengan pasar daring baru 8 juta pelaku usaha atau sekitar 13 persen dari total UMKM di Indonesia.
Untuk mempercepat digitalisasi UMKM melalui program Kakak Asuh UMKM (KAU) itu, Kemenkop dan UKM memberikan pelatihan bagi pelaku usaha. Pelatihan yang diberikan ini bersifat aplikatif dan dilengkapi pendampingan.
”Jadi, bukan sekedar melatih, tetapi juga mendampingi mereka dengan konsep kakak asuh. Pelatihan ini juga terintegrasi dengan laman pemasaran. Setelah dilatih mereka harus bisa memasarkan produknya ke laman pemasaran,” kata Arif dalam acara penandatanganan kerja sama pelatihan pemasaran digital antara Kemenkop dan UKM, Lazada, serta Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Smesco).
Kerja sama ini terbuka bagi semua UMKM dan platform. Para pelaku UMKM digital diharapkan dapat disambungkan dengan UMKM yang terdaftar di Kemenkop dan UKM. Melalui program KAU, para pemasar digital baru ini diharapkan dapat mengadopsi pelaku usaha mikro dan ultramikro.
Direktur Utama Smesco Kemenkop dan UKM Leonard Theosabrata mengemukakan, inisiatif program KAU dilatari kebutuhan membantu para pelaku UMKM masuk ke platform digital.
”Tidak berhenti di situ saja, kami juga mendampingi para UMKM. Kami belajar juga dari platform-platform lain bahwa membentuk seorang pelaku usaha menjadi pemasar digital itu bukanlah hal mudah,” katanya.
Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Monika Rudijono mengatakan, sejak awal Lazada berkomitmen membantu perekonomian Indonesia melalui e-dagang dan teknologi. Ini terutama melalui pemberdayaan UMKM karena UMKM menyumbang sekitar 60 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, UMKM menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak, tetapi juga paling mungkin segera bangkit kembali. Saat ini Lazada banyak berinisiatif memberdayakan UMKM agar mereka segera bertransformasi ke teknologi digital dengan masuk ke platform e-dagang.
Monika menambahkan, salah satu bentuk kontribusi Lazada adalah alih pengetahuan mengenai seluk beluk e-dagang dan cara mencapai sukses di industri tersebut. Lazada memiliki program pelatihan menyeluruh mulai suatu UMKM masuk hingga menjadi penjual profesional,” ujarnya.
”Penjual yang sudah profesional dan mengerti betul seluk-beluk berjualan secara daring dijadikan kakak asuh. Kami menginginkan penjual-penjual ini mengadopsi 2-3 penjual lain, terutama yang berada di sekitar mereka,” katanya.
Penjual yang sudah profesional dan mengerti betul seluk-beluk berjualan secara daring dijadikan kakak asuh. Kami menginginkan penjual-penjual ini mengadopsi 2-3 penjual lain, terutama yang berada di sekitar mereka.
Sementara itu, melalui siaran pers, Investree menyatakan siap mendukung UKM beradaptasi di fase transisi normal baru. Fase transisi dinilai krusial bagi UKM-UKM Indonesia.
”Selama fase transisi, peran teknologi finansial melayani kebutuhan UKM terpusat dalam inovasi melalui teknologi yang akan memudahkan kolaborasi serta peningkatan keamanan. Kami siap mendukung mereka kembali bertumbuh dengan menyediakan akses permodalan yang lebih mudah bagi mereka,” kata Co-Founder and CEO Investree Adrian Gunadi.