Gerakkan Koperasi-UMKM Topang ”Stay at Home Economy”
Imbauan bekerja dan belajar di rumah dan PSBB justru memunculkan ”stay at home economy”. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, koperasi dan UMKM dapat berperan menjadi penggerak ekonomi kala pandemi.
Oleh
cyprianus anto saptowalyono
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 telah memukul sektor riil termasuk usaha-usaha yang dimiliki para anggota koperasi. Koperasi memang membutuhkan stimulus, tetapi koperasi juga dapat menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan di tengah pandemi.
Dalam seminar daring berskala internasional bertajuk ”Koperasi dan UKM setelah Covid-19” pada akhir pekan lalu terungkap koperasi-koperasi di Asia Pasifik tidak tinggal diam di tengah merebaknya pandemi Covid-19. Mereka yang terimbas dampak pandemi juga ada yang bergerak menggeliatkan ekonomi.
Pendiri The Credit Union Counseling/Central Organization (CUCO) di Indonesia Robby Tulus menuturkan, ragam aksi dilakukan koperasi di sejumlah negara kawasan Asia Pasifik. Mereka memfasilitasi kolaborasi koperasi, produksi, dan donasi pasokan medis
Mereka juga memobilisasi dana solidaritas sosial, layanan pendidikan daring, distribusi masker dan makanan, dan memberikan pendampingan Keuangan. Krisis menciptakan peluang, termasuk dalam mengatur normal baru, serta memperkuat masyarakat sipil dan demokrasi ekonomi.
”Kata kuncinya adalah empati, kepemimpinan, kewaspadaan, aksi, regulasi, dan jejaring,” katanya.
Ragam aksi dilakukan koperasi di sejumlah negara kawasan Asia Pasifik. Mereka memfasilitasi kolaborasi koperasi, produksi, dan donasi pasokan medis.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki juga mengungkapkan peran koperasi yang membawahi UKM-UKM. Mereka ada yang beralih usaha menyediakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat kala pandemi, seperti membuat masker.
Mereka juga meningkatkan jejaring kerja sama pemasaran dengan penyedia laman pemasaran e-dagang. Merujuk data Bukalapak, Teten menyebutkan, transaksi e-dagang produk-produk kesehatan naik 90 persen; hobi, luar ruang, olahraga, dan permainan dalam ruang 70 persen; makanan pokok 350 persen; serta makanan minuman herbal dan instan 200 persen.
”Imbauan bekerja dan belajar di rumah dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mendorong justru memunculkan \'ekonomi tinggal di rumah\' (stay at home economy). Stay at home economy ini dapat menjadi tren baru untuk beberapa waktu mendatang,” ujar Teten.
Imbauan bekerja dan belajar di rumah dan PSBB mendorong justru memunculkan ”ekonomi tinggal di rumah” (stay at home economy).
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, per 30 April 2020 tercatat ada 1.785 koperasi dan 163.713 UMKM di Indonesia yang terdampak Covid-19. Pemerintah berupaya untuk melindungi dan memulihkan koperasi dan UMKM yang terdampak pandemi.
Upaya-upaya yang dilakukan antara lain restrukturisasi dan relaksasi pinjaman bagi koperasi dan UMKM. Kementerian, badan usaha milik negara (BUMN), dan pemerintah daerah juga menjadi penyangga produk-produk koperasi dan UMKM.
Menurut Teten, pemerintah juga akan membantu para pelaku UMKM dan koperasi yang belum berdagang secara daring melalui program-program pelatihan. Materi-materi pelatihan akan disusun sesuai kebutuhan saat ini, terutama bagi UMKM yang sedang menghadapi masalah besar.
”Nanti ada pengantar dari tutor dan motivator yang kompeten dengan konsep one stop services yang dapat diakses melalui situs edukukm.id,” katanya.
Sementara CEO of The National Confederation of Cooperatives (Natcco) Sylvia Okinlay-Paraguya mengemukakan, pandemi menjadi momentum untuk memperkuat koperasi dan UMKM. Utamanya dalam peningkatan iklim bisnis, akses keuangan, serta pengembangan kapasitas pekerja dan manajemen.
Selain itu, juga peningkatan akses teknologi, inovasi, dan pasar. ”Ada dorongan untuk mendukung usaha-usaha lokal yang telah menopang wilayah tempat kita tinggal, bekerja, dan bermain,” ujar Sylvia.
Ada dorongan untuk mendukung usaha-usaha lokal yang telah menopang wilayah tempat kita tinggal, bekerja, dan bermain.
Chairperson International Cooperative Alliance-Asia and Pacific Committee on Youth Cooperation Ahsan Ali Thakur menambahkan, Covid-19 memberikan banyak pembelajaran. ”Model bisnis koperasi adalah model berkelanjutan bagi kesejahteraan komunitas. Pandemi telah menjadikan kita lebih dekat dibanding sebelumnya,” katanya.
Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) dan pengamat koperasi Suroto, ketika dihubungi di Jakarta, Minggu (10/5/2020), mengatakan, pemerintah harus selektif dalam memberikan bantuan atau stimulus terhadap koperasi. Berikan stimulus itu kepada koperasi yang benar-benar dimiliki anggota dan menjalankan praktik berkoperasi yang baik.
”Skema perlindungan pada kondisi darurat seperti sekarang ini bisa diwujudkan dalam bentuk relaksasi. Misalnya, relaksasi pinjaman bagi anggota-anggota koperasi yang memiliki usaha kecil,” ujarnya.
Apabila nanti eskalasi pandemi Covid-19 sudah menurun, menurut Suroto, pemerintah harus menyiapkan skema untuk memulihkan atau menghidupkan kembali usaha-usaha mikro para anggota koperasi tersebut.
”Pandemi ini menghantam sektor riil. Jadi yang harus diberi dorongan adalah usaha-usaha di sektor riil anggota-anggota koperasi dan UMKM pada umumnya,” katanya.