Harga minyak mentah sedang melemah. Namun, pemerintah meminta produsen migas tak menghentikan operasinya agar efek ganda perekonomian tetap berjalan.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas meminta industri hulu migas di dalam negeri tak menghentikan kegiatan dan mencegah pemutusan hubungan kerja. Dengan mempertahankan operasi di hulu, efek ganda bagi perekonomian dapat dijaga di tengah kelesuan harga minyak mentah.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, industri migas masih menjadi salah satu urat nadi penggerak ekonomi Indonesia. ”Dengan mempertahankan kegiatan di hulu, lapangan kerja tetap tersedia karena efek ganda ataupun kegiatan penunjang lainnya masih berjalan,” ujarnya dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Dengan mempertahankan kegiatan di hulu, lapangan kerja tetap tersedia karena efek ganda ataupun kegiatan penunjang lainnya masih berjalan.
SKK Migas terus berkoordinasi dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) hulu migas agar target pada 2020 bisa berjalan optimal. SKK Migas memberi surat apresisasi terhadap KKKS yang mencapai target di tahun kerja 2019 dan triwulan I-2020. Selain itu, KKKS yang belum berhasil mencapai target mereka diberikan surat teguran.
Target produksi siap jual (lifting) minyak dalam APBN 2020 sebesar 755.000 barel per hari direvisi menjadi 735.000 barel per hari.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menambahkan, hingga triwulan I-2020 ada tujuh KKKS yang produksi minyaknya melampaui target APBN 2020. Untuk penyaluran gas bumi, lima KKKS melampaui target APBN tahun ini.
”Ini tentu patut diapresisasi di tengah situasi hulu migas sekarang ini. Harapannya, kinerja tersebut dapat dijaga sampai akhir tahun sesuai dengan target yang ditetapkan,” kata Julius.
Data dari SKK Migas menyebutkan, lifting minyak pada triwulan I-2020 sebanyak 701.600 barel per hari atau di bawah target APBN 2020 yang sebanyak 755.000 barel per hari. Adapun lifting gas bumi sebanyak 5.866 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau di bawah target APBN 2020 yang sebanyak 6.670 MMSCFD.
Terkait penerimaan negara sektor hulu migas, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Senin lalu, menyatakan, proyeksi penerimaan negara di sektor hulu migas pada tahun ini diperkirakan Rp 100 triliun. Proyeksi tersebut hasil evaluasi pemerintah menyusul kejatuhan harga minyak mentah akibat pandemi Covid-19.
”Mengacu pada APBN atau saat sebelum pandemi Covid-19, target penerimaan negara dari sektor hulu migas sebesar Rp 192 triliun. Semua disesuaikan akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan harga minyak mentah turun dan perubahan kurs rupiah terhadap dollar AS,” kata Arifin.
Proyeksi penerimaan negara di sektor hulu migas pada tahun ini diperkirakan Rp 100 triliun. Saat sebelum pandemi Covid-19, target penerimaan negara dari sektor hulu migas sebesar Rp 192 triliun.
Beberapa asumsi makro berubah akibat pandemi Covid-19. Target lifting minyak dalam APBN 2020 sebesar 755.000 barel per hari direvisi menjadi 735.000 barel per hari. Begitu pula harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang dalam APBN 2020 ditetapkan 63 dollar AS per barel diubah menjadi 38 dollar AS per barel.
Harga minyak mentah yang di awal tahun ada di level 60-an dollar AS per barel merosot secara perlahan seiring kian meluasnya penyebaran Covid-19. Hal itu disebabkan permintaan minyak mentah melemah akibat kebijakan karantina wilayah sehingga industri tak beroperasi, termasuk terhambatnya sektor transportasi. Harga minyak sempat menyentuh level kurang dari 20 dollar AS per barel pada akhir April lalu.