Distribusi Daring Perlu Jangkau Kelas Menengah Bawah dan Petani
Kebuntuan distribusi harus segera dipecahkan, antara lain dengan menggandeng penyedia e-dagang untuk membantu petani menjual produknya. Di samping itu, menyalurkan produk pangan juga sangat diperlukan konsumen.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tren masyarakat berbelanja barang kebutuhan pokok secara daring terus meningkat. Pemasaran barang kebutuhan pokok secara daring itu memang membantu mengurangi kebuntuan distribusi, tetapi diharapkan lebih menjangkau masyarakat menengah bawah dan menjembatani produsen pangan.
Rektor IPB University Arif Satria mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak pada ketidakpastian distribusi barang. Di hulu, persoalan distribusi menyebabkan kelebihan suplai produksi pangan sehingga harga jual di tingkat petani jatuh.
Di hilir, konsumen terbebani harga yang tinggi. Di tengah ancaman krisis pangan, jaminan stok harus ditopang distribusi yang baik sehingga petani tetap berproduksi.
”Kebuntuan distribusi harus segera dipecahkan, antara lain dengan menggandeng penyedia e-dagang untuk membantu petani menjual produk agar harga jual meningkat. Di samping itu, menyalurkan produk pangan sangat diperlukan konsumen,” kata Arif dalam telekonferensi pers kerja sama Lazada dan Rumah Sayur Group, Selasa (28/4/2020), di Jakarta.
Kebuntuan distribusi harus segera dipecahkan, antara lain dengan menggandeng penyedia e-dagang untuk membantu petani menjual produk agar harga jual meningkat. Di samping itu, menyalurkan produk pangan sangat diperlukan konsumen.
Menurut Arif, terobosan pemasaran ini sangat penting. Belanja daring mendorong pengiriman barang dengan waktu yang lebih singkat serta memutus mata rantai pasar sehingga masalah rantai pasok selama masa pandemi Covid-19 bisa teratasi.
IPB University telah menginisiasi pendampingan pemasaran untuk petani di 53 desa di enam kabupaten/kota melalui Rumah Sayur, sebuah unit usaha pemasaran dan distribusi. Pendampingan itu diperuntukkan bagi petani hortikultura, tanaman perkebuhan, tanaman pangan, dan peternakan.
”Lewat pemasaran daring, harga jual produk petani kini bisa lebih tinggi dengan selisih sekitar Rp 2.000 dan harga di konsumen lebih terjangkau. Kerja sama pemasaran secara daring merupakan momentum mendorong proses distribusi produk, yang juga harus ditunjang dengan produk yang lebih bervariasi,” ujarnya.
Untuk memperkuat program pendampingan dan peningkatan kesejahteraan petani, lanjut Arif, IPB University juga membentuk Program Desa Sejahtera dengan menggandeng perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, yakni Astra. Tahun ini, jumlah desa binaan ditargetkan mencapai 100 desa.
Arif menambahkan, dua pertiga penduduk Indonesia masih membutuhkan pasar tradisional. Namun, tren belanja daring terus meningkat seiring penguasaan akses digital dan masa pandemi Covid-19. Ia berharap jangkauan belanja kebutuhan pokok secara daring juga bisa dinikmati masyarakat menengah bawah.
Vice President Sales & Product Rumah Sayur Group Tubagus Diahinnur Hadikusuma menuturkan, Rumah Sayur terus memperbanyak jaringan logistik dan distribusi untuk memperluas pemasaran produk pangan. Sistem pemasaran telah berjalan, antara lain di Rumah Sayur Cisarua, dan akan meluas di kabupaten/kota lain di Jawa Barat.
EVP Commercial FMCG Category Lazada Indonesia Bobby Gandasaputra mengatakan, tren konsumen yang berbelanja daring untuk kebutuhan sehari-hari kian terakselerasi sebagai dampak pandemi Covid-19. Penjualan bahan kebutuhan pokok lewat laman e-dagang itu bahkan meningkat hingga 10 kali lipat.
Hingga kini, Lazada telah menjual 20.000 kemasan barang kebutuhan pokok dari 100 jenis produk. ”(Penjualan) Hampir semua tumbuh. Permintaan barang kebutuhan pokok, sayur-mayur, dan kesehatan tumbuh pesat,” katanya.
Bobby menambahkan, Lazada berupaya meningkatkan ketersediaan bahan pangan dan bahan kebutuhan pokok untuk konsumen melalui kolaborasi dengan penjual lokal; usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); serta petani lokal. Upaya itu antara lain melakukan transformasi digital untuk penjual lokal yang belum pernah berjualan secara daring serta terus memperkuat jejaring logistik.
”Produk UMKM dan petani lokal punya potensi besar untuk dibeli konsumen,” katanya.
Konsolidasi stok
Lonjakan permintaan juga terjadi untuk produk ikan kaleng yang meningkat hingga 200 persen pada masa pandemi Covid-19 dan memasuki bulan Ramadhan. Industri pengalengan ikan menyatakan siap memasok kebutuhan masyarakat dan menopang ketahanan pangan.
Ketua Harian Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (Apiki) Ady Surya menyebutkan, permintaan ikan masyarakat Indonesia terus meningkat, terutama permintaan produk ikan kaleng. Apiki telah melakukan konsolidasi stok ikan nasional untuk mengutamakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
”Meskipun terjadi peningkatan permintaan produk ikan kaleng, kami berkomitmen tidak akan menaikkan harga jual produk,” ujarnya.
Ady juga mengharapkan dukungan pemerintah untuk menjaga suplai bahan baku ikan dan pembenahan di sektor hulu. Industri padat karya itu diharapkan memperoleh fasilitas bebas bea masuk untuk komponen impor penunjang industri, yakni kaleng (tin-plate), pasta, dan tepung pengental.