Dari ”Pelajaran Mengarang” Menjadi ”Marti dan Sandra”
Novela ”Marti dan Sandra” karya Seno Gumira Ajidarma resmi diluncurkan. Novela ini dulu berawal sebagai cerpen yang terbit di koran ”Kompas”, lalu menjadi skenario film televisi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Novela Marti dan Sandra karya Seno Gumira Ajidarma diluncurkan pada Sabtu (14/5/2022) secara daring. Novela ini sebelumnya berupa cerpen berjudul Pelajaran Mengarang yang terbit di harian Kompas edisi 5 Januari 1992.
Peluncuran novela ini diadakan secara daring oleh Penerbit Buku Kompas. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi bersama penulis novela, Seno, serta novelis Andina Dwifatma dan Redaktur Kompas Putu Fajar Arcana. Peluncuran buku juga dihadiri Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra.
Marti dan Sandraberangkat dari cerita tokoh Sandra, anak SD berusia 10 tahun, yang diminta gurunya menulis karangan. Tema-tema karangan yang ditentukan sang guru tidak membuat pekerjaan Sandra jadi mudah, malah sebaliknya. Ada tiga tema, yaitu liburan ke rumah nenek, keluarga bahagia, serta ibu. Masalahnya, pengalaman Sandra sangat berbeda dengan orang kebanyakan.
Fiksi dapat membahas berbagai persoalan dengan cara-cara yang menarik.
Jika menulis tentang ibu (yang bernama Marti), Sandra juga tak yakin sisi mana dari ibunya yang patut diceritakan. Pelajaran mengarang selama 60 menit pun mengantar Sandra mengembara jauh ke dalam pikirannya. Di situ Sandra bertemu kembali dengan memori masa lalu, serta pertanyaan-pertanyaan tentang jati dirinya, seperti siapa bapaknya. Pertanyaan itu tidak pernah terjawab.
Novela ini memotret kehidupan anak yang tidak selalu bahagia, dekat dengan kekerasan, dan ”dipaksa” memahami orang dewasa. Seno membiarkan pembacanya menginterpretasi cerita ini secara terbuka. Menurut dia, tugasnya sebagai penulis sudah tuntas. ”Tulisan yang baik itu yang membiarkan pembaca berpartisipasi,” ujarnya.
Putu Fajar Arcana mengatakan, pelajaran mengarang pada novela Marti dan Sandra membenturkan hal-hal normal dengan kejujuran. Sesuatu yang jujur belum tentu bisa ditulis karena bertentangan dengan norma. Misalnya, Sandra ragu menulis pengalaman bermain di rumah nenek karena ”nenek” yang dia kenal adalah mucikari.
”Ada nilai-nilai normatif yang coba digugat Seno lewat tokoh Sandra,” kata Putu. ”Betapa sulitnya menyebut kejujuran. Ada nilai-nilai normatif yang justru mengekang kita sebagai manusia untuk berpikir bebas.”
Hal serupa juga dialami tokoh Marti. Ia ingin jujur kepada diri sendiri bahwa dia tidak bisa mengidentifikasi bapaknya Sandra, tetapi sulit.
Andina Dwifatma mengatakan, cerita ini merupakan karya sastra yang menyegarkan. Cara berpikir dan prinsip yang dianut tokoh-tokohnya tidak umum. Novela pun disusun dengan unsur pembuka, improvisasi, dan ditutup dengan lompatan atau perkembangan karakter yang apik.
Pengembangan cerpen
Novela Marti dan Sandra bisa dibilang berupa pengembangan dari cerpen Pelajaran Mengarang yang juga ditulis Seno Gumira Ajidarma. Jika sebelumnya Pelajaran Mengarang terdiri dari 1.300 lebih kata, Marti dan Sandra terdiri dari 152 halaman.
Setelah terbit pada 1992 di koran Kompas, Pelajaran Mengarang menjadi salah satu cerpen pilihan Kompas pada 1993. Pada 1997, cerpen dikembangkan menjadi skenario film televisi, tetapi baru diproduksi pada 2013. Film televisi itu digarap sutradara Vemmy Sagita dan dibintangi oleh Nikita Mirzani. Film televisi tersebut diberi judul Ibuku Seorang P (Kompas, 27/4/2022).
Sebelum diluncurkan sebagai buku, Marti dan Sandra diterbitkan sebagai cerita bersambung (cerbung) di koran Kompas dalam 15 bagian. Cerbung itu terbit pada 27 April 2022 hingga 14 Mei 2022.
Seno mengatakan, beberapa karya tulisannya pernah dialihkan menjadi wahana lain, misalnya cerpen Matinya Seorang Penari Telanjang menjadi skenario film televisi. Cerita Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi juga digubah menjadi film layar lebar yang tayang di bioskop pada 2019.
Putu menambahkan, fiksi, terutama yang terbit di media massa, berperan untuk menyegarkan pikiran dari berbagai berita keras di media. Fiksi juga menawarkan pemikiran alternatif terhadap isu sosial di masyarakat.
Seno menambahkan, fiksi dapat membahas berbagai persoalan dengan cara-cara yang menarik. Kritik juga bisa disisipkan. Fiksi juga ”membengkokkan” bacaan serius, tetapi tetap mampu menggugat isu dan mengajak pembacanya merenung.