Kita, apalagi anak dan remaja, mungkin jadi kecewa dan uring-uringan karena sudah sangat ingin bersosialisasi di luar rumah. Bagaimana dapat menenangkan dan mendampingi anak dengan baik?
Oleh
KRISTI POERWANDARI
·4 menit baca
Setelah infeksi Covid-19 sempat melandai, banyak warga masyarakat yang penuh harap dapat menjalankan kembali kegiatan tatap muka. Ternyata angka penularan meningkat kembali dan banyak kegiatan tatap muka dibatalkan atau ditunda.
Kita, apalagi anak dan remaja, mungkin jadi kecewa dan uring-uringan karena sudah sangat ingin bersosialisasi di luar rumah. Bagaimana dapat menenangkan dan mendampingi anak dengan baik? Pertama-tama, tidak dapat beraktivitas tatap muka di luar rumah perlu dilihat sebagai kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan anak.
Akan baik bila orangtua dapat menyisihkan waktu khusus untuk beraktivitas atau berbicara dengan anak. Dapat dianggarkan waktu bersama yang berkualitas, misalnya 30 menit atau 1 jam tiap hari, yang akan ditunggu-tunggu oleh anak dan orangtua.
Berbagi tanggung jawab tugas rumah tangga perlu dibiasakan sedari awal agar semua memiliki kepekaan dan ringan hati membantu.
Pada waktu khusus tersebut kita beraktivitas bersama sesuai usia dan karakteristik anak. Misalnya bermain, membaca buku, menggambar, membahas tugas sekolah, berlatih menyanyi, atau menari bersama. Benda-benda yang ada di rumah dapat digunakan untuk bermain dan menghadirkan kesenangan. Misalnya meja dipakai sebagai organ, sendok sebagai mikrofon, tongkat panjang sebagai gitar, dan seterusnya.
Bisa juga keluarga menjalankan aktivitas rumah, misalnya memasak atau bersih-bersih bersama sambil mengobrol. Yang dibicarakan dapat apa saja, soal musik, teman, ataupun obrolan lain yang lebih bersifat dari hati ke hati.
Tetap tenang
Pandemi membuat struktur dan rutinitas hidup terganggu. Mengatur kembali struktur dan rutinitas akan membantu, disesuaikan dengan jadwal sekolah dan waktu bekerja.
Kita perlu paham tugas perkembangan anak dan bersikap realistis dalam memberikan tuntutan pada anak. Tentu sulit mengharapkan anak kecil dapat duduk diam dalam waktu lama, tetapi kita dapat mengajari mereka untuk tidak berisik saat anggota keluarga sedang menelepon atau membereskan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi.
Lingkungan yang berantakan dan berisik atau menghadapi perilaku anak yang sulit memang dapat membuat kita sangat tertekan. Tetapi berteriak atau meledak marah hanya membuat semua menjadi makin kesal.
Hindari bersikap kasar, upayakan untuk tetap berbicara dengan tenang. Kita beri penjelasan bahwa bila rumah berantakan dan suasana sangat ribut ayah dan ibu tidak dapat bekerja dengan baik, anak juga tidak dapat belajar dan beristirahat. Anak dapat dimintai pendapat, apa alternatif-alternatif solusi yang dapat diambil?
Bila ide yang disampaikan anak tidak sesuai dengan protokol kesehatan yang dibutuhkan saat pandemi, hal tersebut menjadi kesempatan bagi kita untuk menjelaskan dan mengajak mereka untuk memahami.
Lebih baik berkata: ”Dik, tolong bajunya ditaruh yang rapi,” daripada ”Jangan bikin berantakan dong, kamu susah banget diatur sih.” Tetapkan aturan dan batas-batas yang harus dihormati semua dan anak kita puji bila berperilaku baik. Misalnya, ”Terima kasih ya kakak sudah membantu mencuci piring, terima kasih ya adik ikut membersihkan ruangan.”
Kegiatan daring
Internet sudah tidak terpisahkan dari kehidupan kita, apalagi saat ini. Karena itu, perlu disepakati bersama bagaimana caranya agar kegiatan belajar atau bekerja daring dapat berjalan lancar. Di sisi lain, keluarga tetap perlu menganggarkan waktu bebas dari internet. Tujuannya agar ada waktu berkualitas dan semua memperoleh perhatian mencukupi dalam keluarga.
Remaja, pada khususnya, perlu berkoneksi dan berkomunikasi dengan teman sebaya. Jadi, mereka perlu diberi kebebasan yang bertanggung jawab dan mendapat penjelasan tentang etika berhubungan daring. Orangtua dapat memanfaatkan kesempatan untuk berselancar bersama anak di internet. Ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk mengetahui minat anak.
Orangtua perlu awas mengenai tanda-tanda adanya masalah pada anak. Misalnya bila anak menarik diri, mudah marah, atau sembunyi-sembunyi beraktivitas daring. Orangtua perlu membuat suasana nyaman agar anak bersedia terbuka bercerita mengenai pengalaman di internet.
Berbagi dan beristirahat
Bertanggung jawab atas keluarga dan anak bukan hal mudah. Wajar bila kadang kita merasa cemas, tertekan, atau marah. Apalagi bila harus mengurus bayi, yang sepenuhnya tergantung dan menuntut perhatian penuh. Akan jauh lebih mudah bila kita dapat berbagi dengan yang lain, dan mulai melibatkan anak dalam tanggung jawab mengurus rumah sesuai usia mereka.
Kadang satu pihak saja yang membereskan tugas bertumpuk. Misalnya ibu, yang sebenarnya merasa sangat terbeban dan kewalahan. Berbagi tanggung jawab tugas rumah tangga perlu dibiasakan sedari awal agar semua memiliki kepekaan dan ringan hati membantu. Bila tidak dibiasakan, yang lain tidak paham beban yang kita rasakan, tidak mengerti apa yang harus dilakukan, atau jadi cenderung egois dan mau tahu beres saja.
Kita perlu memiliki waktu untuk beristirahat. Ketika anak sedang tidur, mungkin ibu atau ayah juga dapat tidur dulu untuk menyimpan energi, atau melakukan sesuatu yang menyenangkan bagi diri sendiri. Saya menemukan panduan praktis dalam tautan yang bisa diakses berikut, yang mungkin dapat membantu orangtua di masa pandemi: https://www.unicef.org/media/67211/file.
Pada akhirnya, orang dewasa merupakan model peran bagi anak dan remaja. Aktivitas kita, serta bagaimana kita berbicara dan memperlakukan orang lain berperan besar pada perilaku mereka. Jadi berbicara dan berperilaku baik pada orang lain itu penting, termasuk pada mereka yang rentan, sakit, dan dalam posisi kurang beruntung. Semoga kita dapat melalui situasi sulit saat ini dan pandemi dapat segera berakhir.