Kewaspadaan disertai kinerja pengendalian dan pencegahan Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, diharapkan tetap maksimal meski kasus varian Omicron belum sampai memperburuk situasi pandemi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mencoba mengantisipasi penularan Covid-19 (Coronavirus disease 2019) varian B.1.1529 atau Omicron tidak berpotensi memperburuk situasi pandemi yang masih melandai. Penanganan pasien tetap berpedoman pada Surat Edaran Menteri Kesehatan tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus Covid-19 Varian Omicron.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina, Jumat (7/1/2022), di ibu kota Jatim ada satu pasien Covid-19 yang terkonfirmasi terjangkit varian Omicron. Varian ini berdaya tular amat cepat. Omicron lebih cepat menular dibandingkan dengan Delta yang berdaya tular 7-10 kali SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang mendera Nusantara sejak Maret 2020.
Meski lebih ganas dalam penularan, daya rusak terhadap kesehatan pasien belum sampai tahap lebih menakutkan daripada Delta. Omicron berdaya penularan mampu menembus orang-orang yang sudah menerima vaksin. Pasien Omicron di Surabaya terjangkit setelah pulang berlibur di Bali pada akhir tahun. Pasien warga Surabaya barat itu sudah menerima vaksinasi komplet atau dosis 1 dan dosis 2.
Menurut Nanik, pasien Omicron sedang menjalani isolasi dan penanganan di rumah sakit sepekan terakhir. Kondisi kesehatan diklaim baik atau tidak mencemaskan ketika penyakit sekadar bergejala ringan. Jika kondisinya membaik dan diperkuat hasil tes usap PCR, pasien dimaksud kemungkinan besar bisa pulang setelah menjalani isolasi 14 hari.
Nanik melanjutkan, karena daya tular yang amat cepat itulah, seluruh kasus probable dan konfirmasi Omicron bergejala (simptomatik) atau tidak bergejala (asimptomatik) harus ditangani melalui skema isolasi di RS penyelenggara pelayanan Covid-19. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 juga telah menempuh pelacakan maksimal 24 jam sejak kasus pasien terkonfirmasi untuk menemukan dan memeriksa kalangan kontak erat.
Kalangan ini juga sedang dikarantina secara terpusat di fasilitas yang telah disediakan, yakni Asrama Haji Sukolilo, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jatim, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan, atau cadangan, yakni Rumah Sakit Darurat Lapangan Bangkalan dan Asrama Marinir Surabaya.
Selama karantina ada pemeriksaan saat pasien masuk dan akan keluar melalui nucleic acid amplification test (NAAT). Jika hasil pemeriksaan positif, ditempuh pemeriksaan lanjutan dengan metode S-Gene Target Failure (SGTF) untuk melihat indikasi awal positif Omicron sekaligus pemeriksaan sampel secara whole genome sequencing (WGS) di laboratorium terdekat yang ditunjuk. Pemeriksaan WGS akan menghasilkan varian virus yang menyerang.
Situasi pandemi akan diuji. Jika kasus meningkat di pekan-pekan berikutnya secara konsisten berarti situasi pandemi memburuk. (Windhu Purnomo)
Nanik melanjutkan, ada dua kriteria seseorang dinyatakan selesai menjalani isolasi atau ”sembuh” pada kasus probable dan positif Omicron. Pasien tidak bergejala telah menjalani isolasi 10 hari disertai hasil NAAT negatif dua kali berturut-turut. Untuk pasien bergejala, isolasi minimal 10 hari sejak muncul gejala ditambah minimal tiga hari bebas demam dan gangguan pernapasan. Selain itu, hasil NAAT negatif dua kali berturut-turut.
”Setiap kasus, terutama Omicron, dicatat dan dilaporkan melalui aplikasi All Record TC-19 kepada Kementerian Kesehatan,” kata Nanik.
Berdasarkan pantauan pada laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id/, Jumat petang, sepekan terakhir di Surabaya ada penambahan 13 kasus konfirmasi Covid-19. Sampai petang itu ada 8 kasus aktif atau jumlah warga Surabaya yang dirawat atau diisolasi. Penambahan kasus rata-rata 1-2 dalam sehari dan jumlah kasus aktif yang di bawah sepuluh belum mengkhawatirkan atau belum pada tahap memperburuk situasi pandemi.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, meski situasi pandemi belum memburuk walaupun sudah ditemukan varian Omicron, aparatur terpadu dan masyarakat jangan terlena. Kinerja pengendalian pandemi harus tetap andal melalui gencarnya pengetesan, pelacakan, penelusuran, dan penanganan (4T) serta penegakan protokol kesehatan dan vaksinasi.
Windhu kembali mengingatkan, tantangan dalam pencegahan akan kian berat karena sektor-sektor sosial masyarakat kian kendur dalam pembatasan. Misalnya, rencana persekolahan kembali normal karena seluruh sivitas sudah vaksinasi. Obyek wisata dan taman publik kemungkinan dibuka kembali juga karena cakupan vaksinasi umum di Surabaya memuaskan atau di atas 100 persen dari sasaran.
”Situasi pandemi akan diuji. Jika kasus meningkat di pekan-pekan berikutnya secara konsisten berarti situasi pandemi memburuk,” kata Windhu.
Persiapan PTM
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh menyatakan, rencana persekolahan penuh dengan uji coba dimulai pada Senin (10/1/2022) untuk sekolah usia dini, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. ”Pembelajaran tatap muka penuh atau 100 persen akan dicoba melalui dua sif,” ujarnya.
Untuk murid usia dini pembelajaran berlangsung pukul 08.00-09.20 WIB. Untuk murid SD sif pertama berlangsung pukul 07.00-09.00 WIB, sedangkan sif kedua pukul 09.30-11.30 WIB. Untuk SMP sif pertama pukul 06.30-09.30 WIB, sedangkan sif kedua pukul 10.00-13.00 WIB.
Berkaitan dengan rencana persekolahan penuh itu, Jumat ini, hampir semua sekolah di Surabaya mempersiapkan diri dengan melibatkan murid-murid. Di SMP Negeri 62 di Gunung Anyar, persiapan mencakup seluruh kompleks sekolah. Rangkaian tanaman ditata kembali, penyiapan area parkir kendaraan dan sepeda, serta penataan kembali ruang belajar. Nantinya, murid tidak harus diantar tetapi dapat bersepeda atau jasa antar jemput.
Di SMP Negeri 21 di Jambangan, persekolahan terbatas masih dilakukan. Siswa yang hadir telah diinformasikan bahwa mulai Senin nanti akan ada uji coba PTM penuh. Mereka rata-rata antusias mendengarkan informasi itu dan berharap persekolahan penuh dapat segera terwujud setelah selama hampir dua tahun harus melalui skema dalam jaringan (online) dan pembelajaran terbatas.
Kalangan guru juga menyebarkan informasi aturan-aturan dan jadwal murid yang akan PTM selama uji coba. Informasi disebarkan melalui grup Whatsapp kelas dan wali. Nantinya, murid diharapkan membawa telepon seluler untuk kepentingan pemindaian kode batang aplikasi PeduliLindungi. Melalui aplikasi ini akan terpantau banyaknya sivitas yang berada di sekolah demi memastikan salah satunya penerapan protokol kesehatan, yakni jaga jarak dapat terwujud.