Tekan Dampak Omicron, Warga Surabaya Diminta Tes Seusai Bepergian
Warga dan aparatur terpadu di Surabaya, Jawa Timur, mau tidak mau perlu meningkatkan kewaspadaan dan kinerja pengendalian pandemi Covid-19 setelah kasus varian Omicron terdeteksi agar tidak membuat situasi memburuk.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya, Jawa Timur, meminta warga tes usap PCR sekembali dari luar daerah. Tes untuk meningkatkan penjaringan kasus-kasus Covid-19 sekaligus menekan potensi perburukan situasi karena serangan varian B.1.1529 atau Omicron.
Demikian disampaikan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi selaku Ketua Satgas Covid-19, Senin (3/1/2022). Tes usap reaksi rantai polimerase (PCR) yang merupakan pemeriksaan sampel di laboratorium masih menjadi metode tersahih untuk menentukan seseorang positif terjangkit Covid-19 atau negatif.
Pemeriksaan lanjutan diperlukan ketika CT Value pasien rendah sehingga dicurigai terjangkit varian baru, misalnya Omicron, yang baru-baru ini terdeteksi di Surabaya. Pemeriksaan untuk menentukan varian virus itu melalui metode WGS (whole genome sequencing).
Kasus Omicron di Jatim sudah terkonfirmasi menjangkiti sepasang suami istri dari Surabaya. Mereka diketahui terjangkit varian yang amat cepat menular itu setelah pemeriksaan sepulang dari liburan di Bali hampir sepekan. Eri mengatakan, temuan kasus Omicron pada dua warganya kembali mendorong aparatur terpadu meningkatkan kewaspadaan dan kinerja pengendalian.
Omicron berkarakter lebih cepat menular daripada Delta yang 7-10 kali lipat penularan daripada SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Meski lebih menular, Omicron belum terbukti lebih membahayakan nyawa pasien terutama bagi yang telah divaksin.
Kasus Omicron menjangkiti dua warga Surabaya yang diketahui telah menjalani vaksinasi komplet atau dosis 1 dan dosis 2. Menurut Eri, belum ada laporan bahwa pasien Omicron di Surabaya mengalami perburukan kondisi kesehatan.
”Namun, karena karakter penularannya yang amat cepat perlu diantisipasi,” kata Eri. Pengalaman dari dua warga terjangkit Omicron, pada awalnya pasien secara mandiri memeriksakan diri sekembali dari liburan karena keluhan kesehatan. Pemeriksaan dilanjutkan dengan tes usap PCR yang kemudian mengonfirmasi bahwa pasien positif Covid-19.
Di sisi lain, karena CT Value yang rendah atau kandungan virus amat tinggi, sampel PCR pasien diperiksa dengan metode WGS di Lembaga Penyakit Tropis (Institue of Tropical Disease ) Universitas Airlangga. ITD mengonfirmasi bahwa pasien terserang varian Omicron.
Eri mengatakan, perlu kesadaran tinggi dari warga untuk terlibat dalam pengendalian pandemi. Potensi penyebaran kasus terkait Omicron masih bisa dicegah jika kembali ditingkatkan kesadaran untuk melapor dan memeriksakan diri ketika ada keluhan kesehatan terindikasi Covid-19. ”Untuk itu, saya meminta kepada seluruh warga atau mereka yang dari luar daerah ketika tiba di Surabaya agar melapor dan menjalani tes usap PCR,” ujarnya.
Warga Surabaya yang datang dari luar kota diharapkan kesadarannya menginformasikan kepada pengurus RT/RW atau Gugus Tugas Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo. Laporan agar ditindaklanjuti dengan cepat oleh gugus tugas untuk pengecekan.
Jika ada indikasi keluhan kesehatan, warga bisa segera memeriksakan diri di puskesmas terdekat sekaligus menjalani tes usap PCR. Di sisi lain, gerakan disiplin protokol kesehatan perlu kembali digencarkan.
Untuk itu, saya meminta kepada seluruh warga atau mereka yang dari luar daerah ketika tiba di Surabaya agar melapor dan menjalani tes usap PCR. (Eri Cahyadi)
Meski sudah ada temuan kasus Omicron di Surabaya, secara umum situasi pandemi di ibu kota Jatim ini masih landai. Pantauan pada laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id, Senin petang, sepekan terakhir ada penambahan 13 kasus warga terjangkit. Kasus aktif atau jumlah warga Surabaya dirawat atau isolasi di rumah sakit ada 4 orang.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan, temuan kasus Omicron harus menjadi peringatan bagi warga dan aparatur untuk kembali meningkatkan kewaspadaan. Jika dalam pekan-pekan berikutnya ada peningkatan kasus yang signifikan berarti musim libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 yang baru saja terlewati kembali menjadi pemantik perburukan situasi pandemi seperti periode sebelumnya.
Windhu mengingatkan, adanya kecenderungan pelemahan kinerja pengendalian oleh aparatur dan penurunan kesadaran warga ketika situasi pandemi melandai. Perlu diingat, situasi pandemi pernah menakutkan karena serangan varian Delta kurun Juni-Juli 2021. Setelah itu, ledakan kasus dan situasi berangsur-angsur terkendali dan melandai.
Menjelang musim libur, pemerintah berencana kembali menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), tetapi dibatalkan. Di Surabaya dan se-Jatim, pembatasan sosial memang ditempuh dengan, antara lain, penutupan jalan dan alun-alun serta larangan kegiatan peringatan pergantian 2021 ke 2022.
”Di sisi lain, mobilitas warga pada musim libur dalam kenyataannya naik di saat kasus-kasus Omicron telah terdeteksi ada di Indonesia,” ujar Windhu. Artinya, potensi penularan lokal kasus Omicron telah terjadi dan terbukti dari dua warga Surabaya yang diketahui terjangkit sepulang dari berlibur di Bali. Untuk itu, mencegah potensi penularan menjadi penting segera ditempuh melalui berbagai cara.
Tantangan dalam pencegahan akan kian berat karena sektor-sektor sosial masyarakat kian kendur dalam pembatasan. Misalnya, rencana persekolahan kembali normal karena seluruh sivitas sudah vaksinasi. Obyek wisata dan taman publik kemungkinan dibuka kembali juga karena cakupan vaksinasi umum di Surabaya memuaskan atau di atas 100 persen dari sasaran. Padahal, di sisi lain, sudah ada ada kasus Omicron yang karakter penularannya amat cepat.