Guru Perlu Menguasai Model Pembelajaran yang Relevan
Setelah pandemi, proses pembelajaran di sekolah tak lagi sama. Guru dituntut memanfaatkan teknologi pembelajaran untuk mendidik siswa menjadi pencipta.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi digital di dunia pendidikan yang terus berkembang selama pandemi Covid-19 harus dioptimalkan untuk mengubah cara pembelajaran model tradisional. Untuk itu, guru perlu menguasai model pembelajaran flipped learning/classroom yang memadukan teknologi digital dalam menyampaikan materi dengan pertemuan luring/daring yang mengasah kemampuan bernalar tingkat tinggi siswa.
Dalam acara bertajuk ”Menerapkan Flipped Learning yang Efektif untuk Menumbuhkan Nalar HOTS”, Jumat (17/12/2021), praktisi pendidikan digital Indra Charismiadji mengatakan, di era revolusi 4.0 dan society 5.0, kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam pembelajaran dibutuhkan untuk menyiapkan generasi muda yang mampu menjadi pencipta, tidak sekadar mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari.
Namun, model belajar flipped atau campuran ini belum dipahami dan dikenal luas oleh para guru. Dengan flipped learning, guru dapat menyampaikan materi dengan memanfaatkan teknologi digital, baik membuat video maupun merekomendasikan materi digital yang sesuai di internet. Idealnya, jika sekolah sudah mengembangkan learning management system (LMS), materi digital bisa diakses siswa kapan saja dan berulang kali. Saat ada jadwal pertemuan tatap muka, baik luring maupun daring, dipakai sebagai kesempatan untuk berdiskusi memperdalam kemampuan siswa ataupun merancang pembelajaran berbasis proyek atau pemecahan masalah.
”Jika sekolah punya sistem LMS yang baik, guru bisa tahu berapa lama waktu siswa menonton video, apa saja yang dipelajari, dan sejauh mana pemahaman siswa. Dengan demikian, saat tatap muka, guru sudah punya data siapa yang sudah menguasai kompetensi yang diberikan guru,” papar Indra.
Sayangnya, ujar Indra, kebanyakan LMS yang dipakai sekolah lebih untuk soal-soal ujian. ”Padahal, kita harusnya bicara proses. Kalau kita bicara menyiapkan generasi pencipta, pembelajaran harus berubah untuk menstimulasi otak yang tidak terbiasa dengan kunci jawaban, tetapi dengan karya baru,” ujar Indra.
Jika sekolah punya sistem LMS yang baik, guru bisa tahu berapa lama waktu siswa menonton video, apa saja yang dipelajari, dan sejauh mana pemahaman siswa.
Secara terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi mengatakan, masa pandemi ini harus jadi refleksi bagi pemerintah dan pemangku kepentingan pendidikan untuk menyiapkan cara belajar baru. Sebab, cara belajar di sekolah tidak akan kembali 100 persen seperti dulu.
”Guru harus terus mau belajar untuk meningkatkan diri, berinovasi, dan menguasai teknologi digital. Memakai teknologi tidak sekadar Zoom. Pembelajaran bauran, terutama flipped classroom, semakin harus dikenalkan dan dihadirkan di sekolah. Guru tidak mengajarkan semua materi saat di kelas, tetapi bisa meminta siswa menyiapkan diri dari rumah. Di sekolah jadi kesempatan untuk memecahkan masalah, berpikir kritis, dan percaya diri. Kalau perubahan ini terjadi, akan muncul gerakan siswa belajar mandiri,” kata Unifah.
Menurut Unifah, pelatihan bagi guru untuk mengenal metode flipped learning terus dikembangkan PGRI ke semua daerah. Ada Lingkar Belajar Guru atau komunitas guru yang menjadi wadah bagi guru-guru hingga di kampung/desa untuk saling belajar dan berbagi agar tetap relevan dengan perkembangan pendidikan di era digital.