Risiko Penularan Covid-19 Saat PTM di Sidoarjo Dinyatakan Rendah
Risiko penularan Covid-19 menyusul digelarnya pembelajaran tatap muka di lingkungan sekolah di Sidoarjo dinyatakan rendah meski ada lima siswa ditemukan positif Covid-19.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Dari 800 pelajar yang diperiksa dengan metode uji usap antigen saat pembelajaran tatap muka atau PTM kembali digelar di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, lima siswa ditemukan positif Covid-19. Dengan hasil itu, risiko penularan Covid-19 di lingkungan sekolah di Sidoarjo dinyatakan rendah. Penerapan protokol kesehatan secara ketat perlu terus dijaga.
Pemeriksaan, antara lain, dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Pertama Insan Kamil di Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, Puluhan pelajar mengikuti pemeriksaan uji usap antigen yang dilakukan petugas puskesmas setempat, Selasa (5/10/2021). Hasilnya, seluruh siswa tersebut dinyatakan negatif Covid-19.
Pemeriksaan serupa digelar di empat sekolah lain di Sidoarjo. Di setiap sekolah terdapat 50 pelajar yang diperiksa sehingga total ada 250 pelajar yang diperiksa dalam sehari. Pemeriksaan uji usap antigen ini telah berlangsung sejak pekan lalu dengan menyasar pelajar dari jenjang sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas.
”Sampai saat ini, total sudah 800 pelajar yang diperiksa dari target 1.300 pelajar. Dari 800 pelajar tersebut, hanya lima yang hasilnya positif Covid-19. Hal ini menunjukkan risiko sebaran Covid-19 di lingkungan sekolah rendah,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Syaf Satriawarman. Namun, Syaf tidak menerangkan parameter pengukurannya.
Lima pelajar yang hasil pemeriksaannya dinyatakan positif Covid-19 itu semuanya tanpa gejala. Mereka langsung diminta isolasi atau karantina mandiri di rumah selama tujuh hari. Selama masa karantina, pasien dipantau oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat sesuai alamat domisili.
Syaf mengatakan, pihaknya telah menyiapkan tempat isolasi khusus bagi anak-anak yang terpapar Covid-19 di Puskesmas Sedati. Tempat isolasi itu ditunjang dengan fasilitas layanan kesehatan yang lengkap serta petugas yang memadai, terutama dokter dan paramedis.
Namun, lokasi tempat isolasi tersebut dinilai terlalu jauh karena berada di wilayah paling utara dari Sidoarjo. Di sisi lain, pasien Covid-19 anak memerlukan pendampingan terus-menerus dari orangtua. Oleh karena itu, pihaknya memutuskan isolasi dilakukan di rumah pasien masing-masing dengan pengawasan petugas puskesmas.
Selain merawat pasien, dinas kesehatan juga menelusur seluruh kontak erat, baik yang ada di lingkungan sekolah maupun di rumah. Semua kontak erat pasien Covid-19 itu diuji usap antigen untuk mendeteksi sebaran penyakit dan mencegah penularan lebih luas.
Syaf menambahkan, sebagai upaya deteksi dini sebaran Covid-19 di lingkungan sekolah, pihaknya akan mengadakan uji usap antigen secara rutin terhadap para pelajar, terutama yang mengikuti PTM. Sebanyak 30 pelajar akan diperiksa di setiap sekolah guna mendeteksi sebaran virus SARS-CoV-2.
Selain itu, juga dilakukan disinfeksi sekolah secara rutin dan berkala. Dinas Kesehatan Sidoarjo telah menyebar surat pemberitahuan pelaksanaan disinfeksi kepada seluruh pengelola sekolah di berbagai jenjang pendidikan.
Di Madrasah Muslimat NU Pucang Sidoarjo, misalnya, pihak sekolah mengalihkan seluruh kegiatan belajar-mengajar tatap muka menjadi daring pada Kamis (7/10/2021) karena seluruh areanya akan didisinfeksi.
Level 2
Wakil Bupati Sidoarjo Subandi mengatakan, wilayahnya saat ini masuk dalam kategori level 2 berdasarkan asesmen Kementerian Kesehatan. Meski demikian, kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) masuk dalam kategori level 3 berdasarkan Instruksi Mendagri Nomor 47 Tahun 2021.
Sidoarjo masuk dalam kriteria PPKM level 3 bersama 32 kabupaten dan kota lainnya di Jatim, antara lain Surabaya, Gresik, Mojokerto, Kota Malang, Batu, Kabupaten Malang, Tulungagung, Sumenep, Sampang, dan Probolinggo. Di Jatim, hanya Kota Blitar yang berada di level 1 dan lima daerah berada di level 2, yakni Kota Madiun, Kota Kediri, Jombang, Banyuwangi, dan Kota Pasuruan.
”Sidoarjo tengah berupaya turun level dengan meningkatkan capaian vaksinasi Covid-19 menjadi 70 persen. Saat ini, capaian penyuntikan dosis pertama sudah 65 persen sehingga tinggal mengejar 5 persen lagi,” ujar Subandi di sela-sela menghadiri Sosialisasi dan Deteksi Dini Tuberkulosis, Selasa.
Sidoarjo tengah berupaya turun level dengan meningkatkan capaian vaksinasi Covid-19 menjadi 70 persen. (Subandi)
Untuk meningkatkan capaian vaksinasi tersebut, gelaran vaksinasi massal dilakukan di tingkat kecamatan. Salah satu alasannya untuk menyasar kelompok lanjut usia karena capaian vaksinasinya masih rendah. Angkanya masih di kisaran 38 persen sehingga belum menenuhi syarat menuju PPKM level 2.
Berdasarkan instruksi mendagri, syarat menuju PPKM level 2 antara lain capaian vaksinasi dosis pertama 50 persen dan capaian vaksinasi lansia minimal 40 persen. Untuk menuju level 1, capaian vaksinasi dosis pertama minimal 70 persen dan capaian vaksinasi lansia minimal 60 persen.
Selain pendataan yang lebih rinci di setiap kecamatan, pihaknya juga berupaya menggelar vaksinasi dengan sistem jemput bola untuk mengatasi kendala mobilisasi lansia. Selain itu, memeriksa kesehatan para warga lansia secara lebih detail untuk mengantisipasi kejadian ikutan pascaimunisasi.