Tempat Wisata dan Hiburan di Sidoarjo Belum Boleh Buka
Sidoarjo belum buka obyek wisata dan tempat hiburan di wilayahnya meski pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat telah diturunkan ke level 2. Situasi pandemi di kawasan aglomerasi Surabaya Raya menjadi pertimbangan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo belum akan membuka obyek wisata dan tempat hiburan meski status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat kini berada di level 2. Situasi pandemi yang masih terjadi di kawasan aglomerasi Surabaya Raya menjadi pertimbangan utama.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Sidoarjo termasuk bagian dari 16 kabupaten dan kota di Jawa Timur yang menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 2. Sesuai ketentuan, pelaksanaan kegiatan pada sektor non-esensial, seperti pariwisata dan hiburan, diberlakukan 50 persen dan wajib vaksin.
Selain itu, warga juga wajib menggunakan aplikasi Peduli Lindungi pada pintu akses masuk dan keluar tempat wisata serta sarana hiburan. Namun, Sidoarjo belum berencana membuka tempat wisata dan hiburan. Salah satu pertimbangannya, Instruksi Mendagri Nomor 39 Tahun 2021 tentang PPKM.
”Dalam warkat Mendagri tersebut, Sidoarjo sebagai wilayah aglomerasi bersama Surabaya dan Kabupaten Gresik masih berstatus PPKM level 3. Ini yang membuat Pemkab Sidoarjo bertanya-tanya. Namun, saya yakin ada pertimbangan tersendiri terhadap penilaian tersebut,” ujar Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali, Rabu (8/9/2021).
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Periwisata Sidoarjo Djoko Supriyadi menambahkan, sektor pariwisata dan hiburan sangat terdampak pandemi Covid-19 karena tidak diizinkan beroperasi. Pelaku sektor pariwisata mengalami pukulan ekonomi yang cukup berat selama dua tahun belakangan ini.
”Diharapkan penanganan pandemi Covid-19 yang sudah dilakukan selama ini membuahkan hasil maksimal sehingga sektor pariwisata dapat beroperasi kembali meskipun dengan kapasitas terbatas,” kata Djoko.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, penanganan pandemi Covid-19 membuahkan hasil signifikan. Salah satu indikatornya, penurunan level PPKM pada sejumlah daerah. Berdasarkan data Kemenkes, dari 38 kabupaten dan kota, mayoritas atau sebanyak 19 daerah berada di level 3 PPKM.
Selain itu, sebanyak 16 kabupaten dan kota berada di level 2 PPKM dan tersisa dua daerah yang masih berada di level 4 PPKM, yakni Ponorogo dan Magetan. Kabupaten Lamongan menjadi satu-satunya daerah yang berhasil masuk ke PPKM level 1.
”Terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah bekerja keras dan berpartisipasi dalam mencegah penyebaran Covid-19 di Jatim,” ujar Khofifah.
Mantan mensos ini menambahkan, membaiknya penanganan pandemi Covid-19 juga terlihat dari sejumlah indikator, seperti tren penurunan kasus terkonfirmasi positif dan jumlah pasien aktif yang dirawat maupun isolasi mandiri. Selain itu, menurunnya angka kematian serta tingkat keterisian tempat tidur perawatan pasien Covid-19.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jatim sampai dengan Rabu, jumlah kumulatif terkonfirmasi positif mencapai 388.709 kasus. Tambahan kasus harian sebanyak 613 kasus. Adapun jumlah pasien yang masih dirawat 6.729 kasus atau 1,73 persen.
Tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Jatim mencapai 90 persen atau tercatat sebanyak 353.078 kasus secara kumulatif. Sementara itu, angka kematian pasien Covid-19 tercatat mencapai 28.902 kasus atau 7,44 persen.
Meski kesembuhan meningkat dibandingkan Juli dan awal Agustus lalu, Jatim masih tertinggal dibandingkan daerah lain, seperti Jakarta yang angka kesembuhannya mencapai 97 persen, Jabar (96,73 persen), Banten (96,35 persen), serta Yogyakarta (92 persen).
Berdasarkan peta risiko penularan, tidak ada lagi kabupaten dan kota yang berisiko tinggi atau berada di zona merah. Sebanyak 25 kabupaten dan kota di Jatim berada di zona kuning dan 13 daerah lainnya berada di zona oranye.
Meski penanganan pandemi Covid-19 terus menunjukkan perbaikan, Khofifah mengingatkan masyarakat agar tidak kendur menerapkan prokes, terutama saat beraktivitas di luar rumah. Ikhtiar lain ditempuh dengan meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 di berbagai kalangan masyarakat terutama kelompok rentan seperti pelajar.