Sekolah dan Orangtua agar Aktif Awasi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Pengawasan dan kesadaran, baik dari pihak sekolah maupun orangtua, menjadi kunci keberhasilan dan keamanan selama pertemuan tatap muka (PTM) di sekolah.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pengawasan oleh pihak sekolah dan orangtua menjadi kunci keberhasilan dan keamanan selama pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Selama proses itu, upaya menumbuhkan kesadaran untuk saling menjaga dan mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum berlalu harus terus dilakukan.
Di Kota Malang, Jawa Timur, pembelajaran tatap muka untuk siswa sekolah sudah mulai berlangsung sejak 6 September 2021. Hal itu dilakukan seiring dengan kasus terus menurun, tingkat kematian bisa ditekan, dan tingkat kesembuhan tinggi. Saat ini, sesuai dengan Instruksi Mendagri Nomor 43 Tahun 2021, Kota Malang (dan Malang Raya) masuk dalam kategori PPKM level 3.
”Sampai sekarang, untuk sekolah yang melaksanakan PTM sudah memenuhi protokol kesehatan, baik sarana dan prasarananya maupun dari unsur tenaga pendidiknya. Mereka sudah divaksinasi. Penguatannya adalah siswa yang ikut PTM tetap sepengetahuan dan seizin orangtua. Adapun kondisi anak didik dan guru yang kurang sehat tidak boleh ikut PTM dan setiap wali kelas sudah menjadi pengawasnya,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Hunul Muarif, Kamis (23/9/2021).
Siswa pun juga diminta langsung dijemput dan diajak pulang agar tidak mampir ke mana-mana. Menurut saya, ini sangat bagus.
Menurut Husnul, kunci keberhasilan dan keamanan selama PTM adalah pengawasan orangtua dan sekolah. ”Pengawasan, misalnya, saat pulang sekolah langsung pulang ke rumah dan saat sakit tidak boleh datang ke sekolah. Sedangkan di sekolah, siswa harus diingatkan tidak boleh saling meminjam alat tulis, tetap mengenakan masker selama prose belajar, dan seterusnya. Saling mengawasi dan mengingatkan ini kuncinya,” katanya.
Dengan kesadaran semua pihak melakukan tugasnya secara baik, Husnul yakin, PTM di sekolah akan aman bagi siswa dan keluarganya. Selain disiplin menerapkan prokes, hal dilakukan di Kota Malang adalah dengan melakukan tes Covid-19 secara acak dan rutin kepada guru dan siswa.
Wali Kota Malang Sutiaji menambahkan, Pemkot Malang juga memiliki kebijakan tes Covid-19 kepada guru dan siswa secara rutin dalam kurun waktu tertentu. ”Tes swab secara dilakukan oleh puskesmas setempat. Jadi bertahap, dilakukan oleh puskesmas setempat,” katanya.
Mengingatkan
Novianti (41), orangtua siswa kelas 2, sebuah SMP negeri di Kota Malang, mengaku beberapa kali harus bertanya dan mengingatkan pihak sekolah jika dirasa ada hal yang melanggar protokol kesehatan. Ia mencontohkan, beberapa waktu lalu anaknya ada tugas kelompok olahraga dan diminta membuat video.
Awalnya tugas dilakukan dengan berkumpul per kelompok. ”Namun, setelah saya protes karena hal itu bisa menimbulkan kerumunan, akhirnya metodenya diganti dengan mengerjakan sendiri-sendiri video tugasnya dan video kemudian digabung dalam satu kelompok,” katanya.
Menurut Novianti, orangtua siswa memang harus aktif mengawasi dan ikut mengingatkan. Tidak diam saja sebab hal itu dilakukan demi keselamatan bersama.
”Untuk menyadarkan semua orang bahwa pandemi belum berlalu memang harus terus dilakukan. Kesannya saya jadi cerewet. Tapi, mau bagaimana lagi, ini demi keselamatan bersama karena pandemi masih mengancam,” katanya.
Sebagai orangtua siswa, Novianti sebenarnya merasa galau, apalagi saat ini mulai muncul kasus Covid-19 hasil PTM. Namun, jika ia tidak mengizinkan anaknya melakukan PTM, anaknya akan ketinggalan dari siswa lain.
”Jika yang lain PTM, tetapi kita tidak PTM, secara psikologis si anak akan terganggu. Dulu saat anak saya tidak masuk sekolah dan belajar dari rumah, anak saya yang harus aktif mencari kabar perkembangan tugas dan hal-hal lain di sekolah kepada teman-temannya. Tentu ini membuat rasa tak nyaman juga jika dilakukan dalam jangka panjang. Kasihan,” kata Novianti.
Pelaksanaan PTM di Kota Malang secara umum berjalan cukup baik. Sekolah dengan kemampuan SDM dan fasilitas bagus bisa menggelar pembelajaran secara paralel (bersamaan sekaligus) antara tatap muka dan daring.
Di SMP Laboratorium UM, misalnya, satu kelas berisi 30-an anak dibagi menjadi kelas nomor absen ganjil dan genap. Mereka masuk sekolah secara bergiliran, dengan jam dan jadwal pelajaran yang sama.
Saat berlangsung pembelajaran di sekolah, guru juga melakukan pembelajaran daring untuk siswa di rumah. Kegiatan itu terhubung dengan aplikasi belajar daring dan interaksi oleh guru pun dilakukan secara bergantian antara siswa daring dan luring.
”Di luar teknis pembelajaran itu, sekolah juga aktif mengingatkan agar orangtua terus mendorong siswa taat protokol kesehatan. Pengingat itu disebarkan ke grup orangtua siswa. Di sekolah, menggunakan pengeras suara, pihak sekolah juga aktif mengarahkan siswa agar menjaga jarak, terutama saat bubar sekolah. Siswa pun juga diminta langsung dijemput dan diajak pulang agar tidak mampir ke mana-mana. Menurut saya, ini sangat bagus,” kata Anang (45), orangtua siswa SMP di Kota Malang.
Dengan sedikit berbeda, kreasi seputar PTM juga dilakukan di sekolah swasta SD Kartika IV-6 Kota Malang. Di sini, kelas juga dibagi menjadi dua (absen ganjil dan genap). Hanya saja, semua siswa masuk secara bersamaan (tidak ada kelas daring karena orangtua mengizinkan kelas luring). Meski masuk secara bersama, konsentrasi guru bisa tetap fokus sebab mata pelajaran di dua kelas tersebut dibedakan.