Belajar di Sekolah Lebih Repot, tetapi Menyenangkan
Pembelajaran tatap muka terbatas butuh persiapan panjang. Para guru harus mengikuti pelatihan dengan para praktisi kesehatan, beragam fasilitas sanitasi dan kesehatan di sekolah harus lengkap, serta guru harus divaksin.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·4 menit baca
Ada satu tripod di tiap kelas di SMA Negeri 25 Jakarta. Tripod digunakan untuk menyokong telepon seluler pintar para guru selama mengajar. Kamera ponsel diarahkan agar menyorot papan tulis. Jadi, siswa yang mengikuti pelajaran secara daring tetap bisa melihat apa yang gurunya tulis dan ajarkan selama mengajar di kelas.
”Untuk sementara kami pakai ponsel para guru,” kata Kepala SMA Negeri 25 Saryanti di Jakarta, Jumat (24/9/2021). ”Kami menyelenggarakan PTM (pembelajaran tatap muka) terbatas karena ada permintaan dari siswa. Sebagai guru, kami menyediakan itu,” ujarnya.
Penyelenggaraan PTM terbatas yang dimulai sejak 30 Agustus itu butuh persiapan panjang. Para guru harus mengikuti pelatihan dengan para praktisi kesehatan, beragam fasilitas sanitasi dan kesehatan di sekolah harus dilengkapi, dan para guru harus divaksinasi terlebih dulu.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Seorang guru sedang mengatur posisi kamera di ponsel pintarnya saat mengajar di SMA Negeri 25 Jakarta. Jumat (24/9/2021). Kamera diarahkan ke papan tulis agar siswa yang belajar dari rumah tetap bisa mengikuti pelajaran. Sekolah ini menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang diikuti 50 persen siswa, sementara sebagian lainnya mengikuti pelajaran dari rumah.
Setelah sekitar 1,5 tahun tutup selama pandemi Covid-19, SMA Negeri 25 Jakarta akhirnya menyelenggarakan PTM terbatas untuk pertama kali bulan lalu. Siswa kelas X, Alif Syahdan (16), adalah salah satu siswa yang beruntung bisa belajar langsung di kelas. Sejak masuk SMA pada tahun ajaran baru, ia baru empat kali belajar di sekolah. Selama ini ia bersekolah dari rumah.
Belajar di sekolah, menurut dia, jauh lebih menyenangkan daripada di rumah. Ia bisa berinteraksi langsung dengan orang-orang dan lebih paham penjelasan guru ketika ada di sekolah.
”Salah satu mata pelajaran yang sulit buat saya adalah Fisika. Biasanya ini sulit dipahami jika saya belajar sendiri di rumah. Rumus-rumusnya sering tertukar. Saat guru menjelaskan langsung di kelas tadi, saya lebih paham,” kata Alif.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana belajar di salah satu kelas di SD Negeri 07 Cideng, Jakarta, Jumat (24/9/2021). Pada pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, guru melakukan pembelajaran campuran (blended learning) untuk memfasiltasi anak yang belajar di sekolah sekaligus anak yang belajar dari rumah.
Bersekolah juga jadi sarana bersosialisasi dengan teman-teman. Ada sejumlah orang yang baru pertama kali ia jumpai saat PTM terbatas, bahkan ada teman sekelas yang belum pernah ia temui sama sekali hiingga kini. Selama ini Alif berkenalan dan mengobrol dengan teman-teman sekolahnya secara daring. Sesekali mereka janjian bertemu di rumah salah satu teman.
Kami harap pandemi cepat berakhir. Kalau pandemi sudah terkendali, hal pertama yang saya inginkan adalah bisa sekolah barang-bareng dengan semua teman di kelas.
”Kami harap pandemi cepat berakhir. Kalau pandemi sudah terkendali, hal pertama yang saya inginkan adalah bisa sekolah barang-bareng dengan semua teman di kelas,” ucap Alif.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana SMA Negeri 25 Jakarta pada Jumat (24/9/2021). SMA Negeri 25 Jakarta adalah salah satu sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas per 30 Agustus 2021. Jumlah siswa yang bisa mengikuti PTM terbatas hanya 50 persen dari kapasitas maksimal, sementara sebagian lainnya mengikuti pelajaran dari rumah.
Frananda (11), siswa kelas VI SD Negeri 07 Cideng, Jakarta, juga mengaku senang bisa kembali ke sekolah. Ia bisa berinteraksi langsung dengan teman-temannya, tidak lagi melalui Google Meet, apalagi main gim Mobile Legend bareng secara virtual.
Agar Frananda, Alif, dan semua anak bisa bersekolah dengan aman, para guru memastikan protokol kesehatan berjalan ketat. Anak yang ketahuan jalan berdekatan diminta menjaga jarak. Mereka juga diminta segera pulang setelah jam sekolah usai.
Para guru di SMA Negeri 25 Jakarta, misalnya, langsung bersiap di posisi masing-masing menjelang jam pulang sekolah. Mereka berkoordinasi dengan handy talkie untuk mengatur alur pergerakan siswa. Para siswa dibubarkan kelas demi kelas.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Seorang bapak (kanan) menjemput anaknya pada jam pulang sekolah di SD Negeri 07 Cideng, Jakarta, Jumat (24/9/2021). SD Negeri 07 Cideng merupakan salah satu sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di Jakarta. Para siswa wajib diantar-jemput untuk meminimalkan risiko paparan virus Covid-19.
Persiapan PTM terbatas juga dilakukan SD Negeri 07 Cideng, Jakarta, sejak jauh-jauh hari. Sebelumnya, pihak sekolah pernah melakukan uji coba PTM terbatas. PTM terbatas juga sudah berlangsung berkali-kali. Setelah kasus Covid-19 melonjak sekitar Juni 2021, PTM terbatas ditiadakan sementara.
Pengalaman itu membuat pihak sekolah cukup percaya diri menyelenggarakan PTM terbatas lagi. Skema protokol kesehatan, fasilitas sanitasi dan kesehatan, syarat vaksinasi guru, dan lain sebagainya sudah dipenuhi.
Saat dihubungi pada Kamis (23/9/2021), Customer and Public Relations Manager Lazuardi Global Compassionate School Fatima Mutia mengatakan, sekolah mereka telah dinyatakan siap menyelenggarakan PTM terbatas oleh dinas pendidikan setempat. Namun, mereka belum menerima surat keputusan kepala daerah untuk menyelenggarakan PTM terbatas. Karena itu, mereka masih menunda PTM terbatas.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana di SMA Negeri 25 Jakarta pada Jumat (24/9/2021). SMA Negeri 25 Jakarta adalah salah satu sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas per 30 Agustus 2021. Jumlah siswa yang bisa mengikuti PTM terbatas hanya 50 persen dari kapasitas maksimal, sementara sebagian lainnya mengikuti pelajaran dari rumah.
Kendati demikian, mereka siap jika sewaktu-waktu sekolah dibuka kembali. Para guru sudah disiapkan menggelar pembelajaran campuran, yakni campuran luring dan daring. Peraturan sekolah sudah disusun sesuai dengan protokol kesehatan. Nyaris semua guru pun sudah divaksinasi.
”Kami sebenarnya sudah menyiapkan PTM terbatas di awal tahun ajaran baru, tapi kasus Covid-19 saat itu naik sehingga kami batalkan PTM terbatas. Sebelumnya, kami sudah melakukan survei ke orangtua dan membuat perjanjian,” kata Fatima.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana di SMA Negeri 25 Jakarta pada Jumat (24/9/2021). SMA Negeri 25 Jakarta adalah salah satu sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas per 30 Agustus 2021. Jumlah siswa yang bisa mengikuti PTM terbatas hanya 50 persen dari kapasitas maksimal, sementara sebagian lainnya mengikuti pelajaran dari rumah. Guru pun melakukan pembelajaran campuran daring dan luring.
Jika sekolah dibuka kembali, pembelajaran tidak hanya akan dilakukan di ruang kelas. Anak-anak akan diarahkan untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar dan memanfaatkan fasilitas sekolah, seperti kebun, mini zoo (kebun binatang), dan lapangan.
”Terkait hybrid learning, anak-anak di rumah akan dapat pengajaran yang sama dengan yang belajar di sekolah. Kami sudah menyiapkan perangkat, seperti kamera dan layar untuk memantau keadaan (anak) di rumah. Guru juga akan didampingi asisten guru untuk mengajar anak di sekolah dan di rumah. Mereka akan berbagi tugas (mengajar),” kata Fatima.