Pembelajaran Tatap Muka di 1.509 Sekolah Mulai 1 Oktober
Pembelajaran tatap muka atau PTM di 1.509 sekolah di Jakarta ditunda empat hari untuk menghindari terjadi kluster penularan Covid-19 selama diadakannya asesmen nasional berbasis komputer di jenjang SMA.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana belajar di salah satu kelas SD Negeri 07 Cideng, Jakarta, Jumat (24/9/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Pembukaan kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas ditunda dari rencana awal mulai Senin (27/9/2021) menjadi 1 Oktober 2021. Sebanyak 899 sekolah sudah siap bergabung dengan 610 sekolah lain yang sudah menggelar pembelajaran tatap muka sejak akhir Agustus lalu.
Kepala Subbagian Humas Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Taga Radja menyampaikan, penundaan pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan karena empat hari terakhir bulan September ini akan dipakai untuk kegiatan ujian nasional atau asesmen nasional berbasis komputer (ANBK). ANBK yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi diikuti semua SMA di Jakarta.
”Penundaan ini jadi pertimbangan karena untuk mengurangi kerumunan siswa dan guru. Kedua, kita menghindari kluster baru di sekolah,” katanya saat dikonfirmasi hari Minggu (26/9/2021).
DKI Jakarta buka sekolah PTM tidak serta-merta, tetapi dengan asesmen ketat.
Sementara itu, validasi dan verifikasi oleh pengawas sudah dilakukan terhadap 899 sekolah dari tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, sejak awal bulan ini. Sekolah itu bersama semua sekolah di Jakarta sebelumnya diharuskan mengikuti dua tipe asesmen untuk melihat kesiapan infrastruktur protokol kesehatan, manajemen sekolah, dan pelatihan kurikulum pendidikan yang disiapkan.
”DKI Jakarta buka sekolah PTM tidak serta-merta, tetapi dengan asesmen ketat untuk menjaga kehati-hatian agar yang ikut PTM tetap terjaga keselamatannya, baik guru maupun siswa. Jadi, penyelenggaraan PTM di 1.509 sekolah akan dimulai pada 1 Oktober,” ujarnya.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Sejumlah murid Kelas XI Jurusan Tata Boga di SMK Negeri 38 Jakarta Pusat melakukan praktikum membuat kue, Jumat (24/9/2021).
Adapun kegiatan PTM yang sudah berjalan sebulan terakhir, secara umum, dinilai lancar sesuai dengan aturan berlaku. Namun, beberapa hal dinilai masih perlu diperhatikan. Ini seperti mitigasi kerumunan orangtua saat mengantar dan menjemput siswa yang dikoordinasikan dengan Satpol PP.
Dinas Pendidikan (Disdik) DKI juga mengingatkan agar sekolah berkoordinasi dengan orangtua, khususnya siswa sekolah menengah, agar memantau anak-anak sepulang sekolah.
Lalu, Disdik DKI juga sudah membuat standar prosedur rem darurat atau emergency break dengan melakukan tracing, testing, dan treatment, serta prosedur penutupan sementara sekolah selama 3 x 24 jam untuk dilakukan disinfektasi.
Selama masa penyelenggaraan PTM sebulan terakhir, Disdik DKI Jakarta pernah menutup tujuh sekolah karena temuan kasus positif Covid-19 dan pelanggaran protokol kesehatan. Dari tujuh sekolah, enam di antaranya ditutup karena ada satu temuan kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Satu di antaranya tutup karena melanggar protokol kesehatan.
Lalu, ada satu sekolah, yakni SD Klender 03, yang menjadi kluster karena ada dua siswa yang terinfeksi. Definisi kluster digunakan karena memenuhi syarat minimal dua orang dalam satu lingkungan terkonfirmasi positif Covid-19.
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM
Ketua Ombudsman Perwakilan Jakarta Raya Teguh Nugroho.
Dihubungi terpisah, Kepala Ombudsman Perwakilan Jakarta Raya Teguh P Nugroho mengatakan, penambahan sekolah yang akan melaksanakan PTM juga sudah sesuai rekomendasi Organsiasi Kesehatan Dunia (WHO) yang membolehkan sekolah dibuka saat positivity rate Covid-19 sudah di bawah 5 persen. Sepekan terakhir, positivity rate di Jakarta sudah di bawah 3 persen.
Evaluasi terkait dengan penyelenggaraan PTM terbatas belakangan ini masih dikerjakan, tetapi Ombudsman masih berpegang pada saran korektif yang mereka keluarkan pada masa uji coba PTM pertengahan tahun ini.
”Penyelenggaraan PTM harus dilakukan pengukuran dengan indikator jelas, misal diadakan tes swab kepada siswa yang mau masuk sekolah, lalu random pada masa sekolah, dan setelah masa uji coba untuk memastikan proses PTM clear and clear. Lalu, vaksinasi guru dan siswa yang sudah dilaksanakan dengan baik karena sudah di atas 80 persen. Ketiga, terkait dengan pendataan orang yang menjemput siswa untuk memudahkan pelacakan,” ujarnya.