Mantra Waspada Menyambut Nadi Kampus Kembali Berdenyut
Kuliah tatap muka sangat dirindukan seluruh sivitas akademika perguruan tinggi. Namun, saat pandemi belum benar-benar usai, kewaspadaan jangan dianggap sepele. Cegah kluster baru muncul dari ruang-ruang kuliah.
Lebih dari satu tahun, para mahasiswa di Kota Surakarta, Jawa Tengah, menjalani kuliah jarak jauh di masa pandemi Covid-19. Dosen dan mahasiswa bertatap muka dari layar gawai. Kini, seiring situasi pandemi yang relatif melandai, mereka bisa berjumpa langsung secara terbatas. Kehati-hatian tetap jadi mantra agar kuliah berlangsung aman tanpa memicu lonjakan kasus.
Bias sinar surya menerobos sela-sela rimbun pepohonan di kompleks Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS), Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (6/9/2021). Suasana kampus sunyi senyap. Lalu lalang mahasiswa tak terlihat.
Berbeda dengan hari-hari sebelum pagebluk Covid-19, suara sepeda motor mahasiswa yang melintas sudah menjadi pelengkap riuh suasana kampus. Saat ini, suara gesekan sapu lidi dari setiap ayunan petugas kebersihan bahkan terdengar dari kejauhan.
Di tengah sunyi, kaki Belinda Putri Herawati (19), mahasiswa Fakultas Hukum UNS, berderap cepat menuju pintu utama gedung perkuliahan. Langkahnya terhenti begitu menemui wastafel yang terpasang di muka gedung. Dengan teliti, ia membersihkan tangannya dengan sabun yang sudah tersedia lalu membilasnya di air yang mengalir dari keran.
Baca juga: UNS Gelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Belinda kembali melangkah menuju dua petugas yang berjaga di pintu utama. ”Sudah vaksin, Mbak?” kata petugas.
Tanpa banyak bicara, perempuan yang pagi itu memakai kerudung biru tersebut langsung membuka aplikasi Peduli Lindungi dari ponselnya. Sertifikat vaksin dua dosis ditunjukkan kepada petugas. Kedua petugas menganggukkan kepala. Kemudian, Belinda pun bergegas memasuki kelas di ujung lorong gedung sambil menenteng tas kanvasnya.
Di dalam kelas, ada tujuh mahasiswa lain yang sudah masuk lebih dahulu. Belinda segera mencari bangku kosong lalu duduk di bagian tengah. Satu bangku dengan yang lain diberi jarak. Buku tulis dan pena dikeluarkan begitu ia sudah duduk nyaman.
Lima menit kemudian, seorang pria berkacamata mengenakan batik biru memasuki ruang kelas. Suara lantangnya menyapa mahasiswa. Sosok itu adalah Rektor UNS Jamal Wiwoho. Hari itu, ia akan mengajar para mahasiswa mata kuliah Hukum Perdagangan.
Dibatasi
Itu adalah pertama kalinya pertemuan tatap muka digelar kembali di perguruan tinggi negeri tersebut. Sudah lebih dari satu tahun mahasiswa menjalani pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19.
Menerapkan kewaspadaan tinggi untuk menekan potensi penularan Covid-19, berbagai aturan diterapkan, mulai dari menunjukkan sertifikat vaksin Covid-19 hingga membatasi jumlah mahasiswa di kuliah tatap muka. Siang itu, misalnya, ruang kelas hanya terisi sekitar 10 mahasiswa. Sebab, jumlah peserta kuliah tatap muka hanya dibatasi 30 persen dari kapasitas kelas.
Baca juga: Surakarta Prioritaskan Pembelajaran Tatap Muka bagi Sekolah yang Sudah Simulasi
Untuk itu, kebanyakan siswa tetap mengikuti pembelajaran dari rumah dan indekos masing-masing. Terlihat sebuah kamera dipasang di kelas guna menyiarkan proses kuliah kepada siswa yang belum bisa bergabung langsung. Layar dari aplikasi Zoom juga ditayangkan di kelas.
Adapun kuliah berlangsung selama sekitar dua jam. Selama itu pula, para siswa yang hadir menyimak dengan sungguh-sungguh. Tanya jawab sesekali terjadi antara dosen dan mahasiswa. Kelas yang selama ini dihuni bangku kosong seakan hidup kembali.
Kebanyakan siswa tetap mengikuti pembelajaran dari rumah dan indekos masing-masing. Sebuah kamera dipasang di kelas guna menyiarkan proses kuliah kepada siswa yang belum bisa bergabung langsung.
”Senang sekali bisa kuliah tatap muka seperti ini. Sudah lama saya menanti-menanti,” kata Belinda seusai kuliah.
Kini, Belinda sudah semester III. Ia menjadi angkatan pertama yang masuk ke perguruan tinggi tersebut di saat pandemi melanda. Pembelajaran jarak jauh harus rela dijalaninya sejak awal menyandang status sebagai mahasiswa.
”Saya merasa lebih mudah memahami perkuliahan dalam pertemuan tatap muka. Pembelajaran daring kendala utamanya pada sinyal. Jaringan sering kurang stabil dengan internet yang terputus-putus,” kata mahasiswi asal Kabupaten Sukoharjo itu.
Meski harus menjalani pembelajaran jarak jauh, Belinda tak mengeluh. Keterbatasan tak menjadi soal. Ia menganggap semua pengajar juga telah berusaha maksimal menyalurkan ilmunya. Buktinya, ia mampu meraih indeks prestasi kumulatif senilai 3,8 pada semester lalu.
Belinda berharap, pembelajaran tatap muka bisa terus dilangsungkan. Ia tak mempermasalahkan serangkaian pembatasan yang diterapkan di kampus. Beraktivitas dengan protokol kesehatan ketat telah menjadi kebiasaan baru.
”Saya selalu pakai masker. Cuci tangan sebelum beraktivitas. Selalu membawa hand sanitizer. Alhamdulillah belum pernah tertular selama ini. Semoga pandemi segera berakhir sehingga pembelajaran tatap muka bisa semakin nyaman,” kata Belinda.
Ainun Ridayanti (20), mahasiswi lain Fakultas Hukum UNS, juga merasa bersyukur pembelajaran tatap muka akhirnya digelar lagi. Ia menilai, pihak kampus sebenarnya sudah berupaya optimal menggelar perkuliahan selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Namun, bagi dia, materi pembelajaran lebih mudah dipahami dengan diajarkan langsung di kelas.
”Kalau pertemuan langsung, kami bisa berinteraksi dengan dosen. Pertanyaan-pertanyaan yang terlintas juga bisa ditanyakan langsung. Menyerap ilmu langsung dari para dosen ini yang kami tunggu-tunggu selama belajar di rumah,” kata Ainun.
Ainun sadar, pandemi belum rampung. Potensi penularan Covid-19 masih dimungkinkan terjadi. Namun, dia tak ingin terlalu khawatir dengan ancaman tersebut. Dia selalu berikhtiar melindungi diri dari penularan, termasuk dengan menjalani vaksinasi Covid-19. Sudah dua dosis vaksin diterimanya.
”Selebihnya, saya berupaya menerapkan protokol kesehatan sebaik mungkin. Masker jangan sampai dilepas. Kerumunan harus dihindari. Saya sebisa mungkin meminimalisasi biar tidak tertular (Covid-19),” tutur Ainun.
Baca juga: Kuliah di Universitas Terbuka Semakin
Secara bertahap
Rektor UNS Jamal Wiwoho menjelaskan, pembelajaran tatap muka di perguruan tingginya dilakukan secara bertahap. Dari total 11 fakultas, tidak semuanya dijadwalkan menggelar pembelajaran tatap muka secara bersamaan. Kuliah tatap muka hanya berlangsung di tiga atau empat fakultas secara bersamaan.
”Jarak satu fakultas dengan fakultas lainnya juga berjauhan. Nanti semuanya saling bergantian,” ujarnya.
Perkuliahan tatap muka, kata Jamal, juga baru diprioritaskan bagi warga di wilayah Kota Surakarta dan sekitarnya. Sebab, salah satu syarat utama mengikuti kegiatan tersebut adalah sudah tervaksinasi. Praktis, mahasiswa yang masih berada di luar daerah dan belum divaksinasi tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut. Hal itu terkait dengan vaksinasi sebagai syarat perjalanan antardaerah.
Jamal menyatakan, saat ini, warga UNS yang sudah tervaksinasi jumlahnya lebih dari 30.000 orang. Mereka terdiri dari dosen, pegawai, mahasiswa, dan pegawai lainnya. Pihaknya mengaku mendapat tawaran dari Pemerintah Kota Surakarta untuk memvaksinasi mahasiswa yang belum tervaksinasi.
Baca juga: Kuliah Tatap Muka di Unnima Magelang Sebatas Praktikum
”Saya akan menginventarisasi berapa banyak mahasiswa kami (yang belum tervaksinasi). Utamanya di semester satu. Seandainya ada yang belum, saya akan minta datanya kepada wakil rektor untuk inventarisasi berapa saja yang belum,” kata Jamal.
Jamal mengungkapkan, apabila kelak ditemukan kasus positif dari aktivitas kuliah tatap muka, penghentian sementara bakal dilakukan. Penghentian kegiatan bertujuan untuk melakukan penelusuran kontak erat. Sistem penelusuran kontak erat dilakukan dengan aplikasi Peduli Lindungi yang secara bertahap juga tengah disiapkan agar mudah diakses di kampus.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyebutkan, baru UNS yang memulai perkuliahan tatap muka di kota tersebut. Perguruan tinggi lain akan menyusul setelahnya. Ia meminta jika sudah siap dengan segala protokol kesehatan, pihak perguruan tinggi bisa memulai pertemuan tatap muka kembali secara terbatas. ”Tetapi harus mengajukan dulu ke Satgas Covid-19 Kota Surakarta. Biar bisa kami monitor,” kata Gibran.
Kuliah tatap muka sangat dirindukan seluruh sivitas akademika perguruan tinggi. Namun, pada saat pandemi belum benar-benar usai, kewaspadaan tak bisa dianggap sepele. Seluruh protokol mesti berlangsung ketat supaya jangan sampai kluster baru penularan Covid-19 justru muncul dari ruang-ruang kuliah.