Bentara Budaya pada September 2021 memasuki usia ke-39 tahun. Capaian ini diperingati melalui Pameran Koleksi Bentara Budaya dan Foto Perintis ”Dua Menguak Seni”.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Bentara Budaya menggelar Pameran Koleksi Bentara Budaya dan Foto Perintis ”Dua Menguak Seni” secara daring dan luring. Pameran ini dapat diakses secara daring melalui kanal Youtube Bentara Budaya pada 1-27 September 2021. Publik juga dapat berkunjung langsung ke Bentara Budaya Jakarta setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 11.00-15.00. Pengunjung harus melakukan reservasi terlebih dulu.
JAKARTA, KOMPAS — Bentara Budaya menggelar Pameran Koleksi Bentara Budaya dan Foto Perintis ”Dua Menguak Seni” secara daring dan luring. Pameran ini menandai 39 tahun perjalanan Bentara Budaya dalam merawat seni dan mengapresiasi karya para seniman.
Pameran ini dapat diakses secara daring melalui kanal Youtube Bentara Budaya pada 1-27 September 2021. Publik juga dapat berkunjung langsung ke Bentara Budaya Jakarta setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 11.00-15.00. Pengunjung harus melakukan reservasi terlebih dulu
Direktur Corporate Communication Kompas Gramedia Glory Ojong, pada Rabu (1/9/2021), mengatakan, ada 30 lukisan karya maestro yang ditampilkan. Pelukis tersebut adalah Affandi, Ahmad Sadali, Agus Djaja, Barli, Basuki Resobowo, But Mochtar, Djajeng Asmoro, Dullah, H Widayat, Gusti Solichin, Hendra Gunawan, Hendro Djasmoro, M Daryono, Nashar, Otto Djaja, Otto Suastika, Popo Iskandar, Rudolf Bonnet, Rustamadji, S Sudjojono, Salim, Soedibio, Subanto, Sudarso, Sudjono Abdullah, Trisno Sumardjo, Trubus S, Wahdi, Wardoyo, dan Zaini.
Semoga semangat yang diusung Bentara Budaya tidak terhenti saat pameran ini usai, tetapi justru lebih menyala lagi, lagi, dan lagi.
Ada pula 21 lukisan tradisional Bali yang dilukis oleh Agung Gede Maregeg, I Gusti Ketut Kobot, Ketut Sudana, I Made Togog, Ida Bagus Made Poleng, Ketut Kasta, I Ketut Nama, Ketut Regig, I Made Gatera, I Gusti Nyoman Lempad, Nyoman Mandera, Nyoman Daging, I Wayan Djudjul, I Wayan Turun, dan Wayan Ketig. Lukisan-lukisan yang ditampilkan dibuat tahun 1950-an hingga 1990-an.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Direktur Corporate Communication Kompas Gramedia Glory Ojong pada pembukaan Pameran Koleksi Bentara Budaya dan Foto Perintis ”Dua Menguak Seni” oleh Bentara Budaya, Rabu (1/9/2021).
Koleksi keramik dan gerabah antik juga ditampilkan pada pameran. Ada sekitar 35 keramik dan gerabah yang berupa celengan gerabah, botol merkuri, guci kuno, hingga piring-piring keramik peninggalan berbagai dinasti China.
”Kami juga menampilkan sejumlah foto pendiri Kompas Gramedia, almarhum Bapak PK Ojong dan almarhum Bapak Jakob Oetama, dari jepretan para juru foto harian Kompas,” kata Glory pada pembukaan pameran di Jakarta.
Ia menambahkan, koleksi dan lukisan yang dipamerkan merekam kedalaman berpikir para kreatornya. Karya-karya tersebut juga merespons semangat zaman di masa itu. Menurutnya, semangat itu dapat menjadi refleksi bagi generasi masa kini.
39 tahun
Pameran tersebut sekaligus menjadi rangkaian acara peringatan 39 tahun Bentara Budaya. Bentara Budaya pertama kali diresmikan pada September 1982 di Yogyakarta.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Bentara Budaya menggelar Pameran Koleksi Bentara Budaya dan Foto Perintis ”Dua Menguak Seni” secara daring dan luring. Pameran ini menandai 39 tahun perjalanan Bentara Budaya dalam merawat seni dan mengapresiasi karya para seniman.
Manager Bentara Budaya Paulina Dinartisti mengatakan, Bentara Budaya berupaya terus hadir untuk memberi ruang ekspresi seni tradisi maupun modern. Bentara Budaya juga bermitra dengan berbagai pihak untuk menggelar program kebudayaan. Kebudayaan dinilai penting sebagai titik tolak kemajuan bangsa.
Adapun benda-benda seni yang dikoleksi Bentara Budaya dirintis sejak akhir 1970-an oleh para pendiri Kompas Gramedia. PK Ojong berpendapat bahwa membantu seniman perlu dilakukan secara nyata, seperti membeli karya seni, mengoleksi, dan merawatnya.
Kurator Bentara Budaya Ipong Purnama Sidhi mengatakan, koleksi lukisan pertama PK Ojong berjudul ”Vas Bunga”. PK Ojong melanjutkan perjalanan mengoleksi benda seni dengan beberapa metode, antara lain, dengan berburu karya seni, memesan, membeli dari kolektor, hingga membeli langsung dari pelukis. Bentara Budaya kini mengoleksi 738 lukisan yang dirawat dan dibersihkan berkala.
KOMPAS/SRI REJEKI
Pengunjung menikmati keindahan keramik dan lukisan dalam Pameran Koleksi Bentara Budaya “Jejak-Jejak PK Ojong” di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (14/2/2008).
”Bapak PK Ojong telah meletakkan dasar yang kokoh bagi keterlibatan kelompok badan perusahaan untuk mendukung kehidupan seni budaya. Fondasi itu diperkuat Bapak Jakob Oetama yang tanpa banyak diskusi menyetujui mendirikan lembaga Bentara Budaya di Yogyakarta pada 1982,” ucap Kurator Bentara Budaya Efix Mulyadi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, 39 tahun bukan waktu yang singkat buat sebuah lembaga budaya. Pameran yang dilakukan tidak hanya menandai pencapaian 39 tahun, tetapi juga refleksi atas hal yang telah dilakukan, kemudian memikirkan inovasi yang dapat mendukung kemajuan Bentara Budaya.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid pada pembukaan Pameran Koleksi Bentara Budaya dan Foto Perintis ”Dua Menguak Seni” oleh Bentara Budaya, Rabu (1/9/2021).
”Semoga semangat yang diusung Bentara Budaya tidak terhenti saat pameran ini usai, tetapi justru lebih menyala lagi, lagi, dan lagi. Semoga semangat ini mampu menginspirasi banyak pihak untuk ikut serta mengembangkan kebudayaan Indonesia,” kata Hilmar.