Pelestarian dan pengembangan naskah kuno Nusantara penting. Berbagai upaya pun dilakukan, termasuk dengan melibatkan anak muda.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Naskah kuno Nusantara dapat digali dan disesuaikan dengan konteks kehidupan masa kini. Selain untuk memahami sejarah, pengkajian naskah juga penting untuk memahami identitas bangsa.
Menurut Guru Besar Filologi Universitas Indonesia Achadiati Ikram, Indonesia memiliki kekayaan naskah kuno, tetapi belum semuanya berhasil diungkap. Padahal, naskah tersebut merupakan rujukan untuk mempelajari sejarah dan identitas Indonesia sekaligus bekal pengetahuan untuk generasi masa kini dan mendatang.
”Saat ini kita perlu memikirkan (bagaimana) mengembangkan studi naskah untuk masa yang akan datang. Saat ini sudah ada peminat untuk studi naskah. Saya harap studi ini akan berkembang lagi dan dituju mahasiswa,” kata Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) periode 1996-2004 tersebut pada peringatan 25 tahun Manassa secara daring, Rabu (25/8/2021).
Menurut Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando, pengelolaan naskah Nusantara masuk dalam prioritas utama Perpusnas. Pelestarian naskah kuno Nusantara diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Syarif mengatakan, naskah penting sebagai bukti peradaban bangsa. Naskah-naskah kuno yang ada menunjukkan peradaban Nusantara yang maju di masa lalu.
”Selain simbol kemajuan bangsa, naskah Nusantara menjadi identitas bangsa. Penting bagi kita untuk menghadirkan naskah ini dalam bentuk yang kontekstual,” ujarnya.
Menurut Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Nurhayati Rahman, naskah merupakan pencapaian tertinggi dalam kebudayaan dan peradaban manusia. Naskah kuno menunjukkan adanya tradisi literasi di masa lalu. Interaksi tradisi dan kebudayaan antarpulau di Nusantara zaman dulu juga terekam dalam naskah.
”Naskah perlu dipelihara karena itu menjadi sumber persatuan dan sumber berbagai informasi di Indonesia,” ucap Nurhayati.
Sementara itu, Ketua Umum Manassa Munawar Holil menjelaskan, upaya menggali dan mengembangkan naskah Nusantara akan terus dilakukan dengan menerbitkan jurnal dan buku setiap tahun. Manassa telah menerbitkan dua judul buku pada 2017, satu judul buku pada 2018, dan satu judul buku pada 2019.
Manassa juga menjalin kerja sama dengan Perpusnas. Kerja sama itu menghasilkan penerbitan ratusan judul buku, seminar, hingga diskusi soal naskah Nusantara.
”Saat ini kami mendorong anak-anak muda di Manassa untuk memanfaatkan media sosial (untuk kegiatan pernaskahan). Kami juga menjangkau komunitas pernaskahan yang digerakkan anak muda di berbagai daerah,” tutur Munawar.
Menurut dia, memajukan kajian naskah Nusantara dapat dilakukan apabila semua pihak mau bekerja bersama-sama. Sebab, naskah bukan hanya milik akademisi, melainkan juga komunitas serta masyarakat. Semua orang perlu diajak melestarikan dan mengembangkan naskah agar pengetahuan yang dihasilkan bisa dimanfaatkan bersama.