Gita Bahana Nusantara bak Indonesia mini. Kelompok orkestra yang terdiri dari paduan suara dan pemain instrumen ini terdiri atas ratusan musisi muda dari seluruh provinsi di Indonesia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·5 menit baca
Ibarat Olimpiade, Gita Bahana Nusantara merupakan ajang musik besar buat musisi muda Indonesia. Momen bermusik di Istana Merdeka memberi kebanggaan bak atlet yang berhasil naik podium. Kendati kini tidak bisa tampil langsung di istana karena pandemi Covid-19, kebanggaan tetap terpatri di diri para musisi.
Ada tiga momen yang biasanya ditunggu-tunggu anggota Gita Bahana Nusantara (GBN). Pertama, konser perdana di hadapan petinggi di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kedua, Pidato Kenegaraan Presiden di Gedung DPR/MPR. Ketiga, Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka. GBN tampil di ketiga momen itu.
Adapun GBN merupakan kelompok orkestra yang terdiri dari paduan suara dan pemain instrumen. Anggota GBN ada ratusan. Mereka tampil setelah menjalani proses audisi di provinsi masing-masing. Yang terpilih kemudian dikarantina bersama ratusan remaja usia 16-23 tahun se-Indonesia, dilatih, dan diberi pembekalan materi setiap hari selama lebih kurang 20 hari.
Proses itu menjadi berbeda dua tahun terakhir. Pada 2020, audisi GBN ditiadakan karena pandemi Covid-19. Tidak ada karantina, latihan, dan pembekalan materi seperti tahun-tahun sebelumnya. Alumni GBN 2019 dipanggil kemudian diminta tampil secara virtual di momentum Kemerdekaan Indonesia pada 2020.
Audisi GBN kembali diadakan pada 2021. Ada 26 provinsi yang mengadakan audisi. Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Kepulauan Riau, Bali, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah tidak mengadakan audisi karena dana daerahnya dialokasikan untuk penanganan Covid-19.
GBN tahun ini
Gabriela Patricia Winny Gracia (20) adalah salah satu pemudi yang beruntung karena bisa ikut audisi. Audisi dimulai dengan mengirimkan video saat ia bernyanyi kemudian audisi lagi secara daring melalui Zoom. Beberapa daerah lain melakukan audisi luring secara terbatas.
Winny terpilih untuk mewakili DKI Jakarta bersama tiga orang lainnya. Setiap orang mengisi suara sopran, alto, tenor, dan bas. Winny bersuara alto.
Begitu dinyatakan terpilih pada 14 Juli 2021 sore, ia langsung berlatih pada malam hari secara daring. ”Ternyata ini bukan latihan pertama. Teman-teman dari daerah lain sudah latihan karena mereka lebih dulu terpilih. Audisi GBN kebetulan bergilir, tidak serentak. DKI Jakarta termasuk yang audisinya selesai belakangan,” kata mahasiswa semester VII di Universitas Indonesia itu.
Hal itu membuat ia harus cepat beradaptasi. Ia hanya punya waktu sekitar seminggu untuk berlatih dua lagu sebelum rekaman. Adapun latihan berlangsung setiap hari selama dua jam. Peserta dapat memilih sesi latihan siang atau malam.
GBN akan membawakan empat lagu, yaitu ”Maju Tak Gentar”, ”Syukur”, ”Cinta Indonesia”, serta medley lagu Nusantara. Lagu Nusantara yang dimaksud ialah ”Jambo-jambo” dari Aceh, ”Bebilin” dari Kalimantan Utara, dan ”Benggong” dari NTT.
”Kami latihan lagu ’Maju Tak Gentar’ dan ’Syukur’ dulu lalu rekaman. Kami harus merekam video dan audio secara terpisah, lalu dikirim untuk diedit. Setelah itu kami berlatih dua lagu terakhir lalu direkam lagi,” kata Winny.
Tantangan
Perekaman pun tidak selalu berjalan mulus. Anggota GBN perlu suasana hening untuk merekam audio yang jernih. Karena rumahnya ada di tepi jalan raya, Winny baru bisa rekaman tengah malam saat jalanan sepi. Kadang ia harus rekaman berulang-ulang saat ada kendaraan lewat.
Rekaman para anggota GBN kini telah diserahkan ke panitia dan kini sedang disunting. Rekaman itu akan disiarkan secara langsung di televisi dan internet pada momen kemerdekaan Indonesia.
Pemain biola GBN 2021, Clara Nadia Frascha Renata (17), juga terkendala saat latihan daring. Sinyal internet yang buruk menjadi salah satu penyebabnya.
Tantangan lain adalah kami tidak bisa mendengar satu sama lain. Padahal, bermain dalam orkestra perlu telinga yang peka mendengarkan alat musik lain.
”Tantangan lain adalah kami tidak bisa mendengar satu sama lain. Padahal, bermain dalam orkestra perlu telinga yang peka mendengarkan alat musik lain,” kata Clara, yang kerap dipanggil Nada.
Untuk mengatasinya, Nada kerap latihan mandiri. Ia membaca partitur dan mengikuti apa yang dicontohkan pelatih dalam rekaman.
Adapun latihan berlangsung setiap hari selama 1-1,5 jam secara daring. Anggota orkestra berlatih dalam kelompok kecil sesuai jenis alat musiknya (misalnya alat musik tiup, gesek, dan perkusi). Mereka diminta memainkan alat musik satu per satu lalu dievaluasi.
Pelatih orkestra GBN 2021, Surti Hadi, mengatakan, melatih GBN tahun ini sungguh menantang karena seluruh sumber daya manusianya merupakan anggota baru. Sebagai pelatih, ia perlu membaca kemampuan dan karakter setiap anggota, memoles kemampuan mereka, lalu memadukan mereka dalam harmoni. Semua dilakukan tanpa pertemuan tatap muka.
”Beban tahun ini lebih berat dibandingkan tahun lalu,” ujar Surti saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (8/8/2021).
Membangun kekompakan antaranggota juga menjadi pekerjaan rumah pelatih. Surti menekankan pada tiap anggota untuk tampil atas nama GBN, bukan institusi atau kampus para anggota. Visi mereka adalah merayakan kemerdekaan RI dengan bermusik. Untuk itu, mereka perlu bekerja sama.
”Dalam orkestra diperlukan kerja sama. Ibarat bermain sepak bola, tim yang isinya pemain-pemain hebat akan kalah dengan tim yang biasa saja, tetapi mampu bekerja sama. Harus ada harmoni dalam keberagaman. Ada konsep Bhinneka Tunggal Ika dalam orkestra,” kata Surti.
Pamong Budaya Ahli Madya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Syukur Asih Suprojo, mengatakan, GBN bertujuan untuk menguatkan karakter anak bangsa. GBN jadi sarana membangun optimisme sekaligus menyalakan gairah seni di masa pandemi. Lebih jauh, GBN menanamkan rasa cinta Tanah Air ke generasi muda dan mendorong regenerasi talenta musik.
Di sisi lain, ada perasaan yang bercampur bagi anggota GBN 2021. Mereka bangga bisa terpilih dari ratusan peserta, serta bangga bisa tampil di hadapan petinggi negara dan publik. Pada saat bersamaan, ada sedikit rasa kecewa karena batal menginjakkan kaki di Istana Merdeka.
Kendati demikian, baik Nada, Winny, maupun anggota GBN lainnya menerima kondisi ini dengan besar hati. Mereka tetap semangat dan teguh menjalankan tugas, yakni bermusik. Bagi mereka, panggung virtual di masa pandemi pun cukup. Rasa bangga tetap membuncah karena tugas negara telah dilaksanakan.