PPKM Darurat, Tahun Ajaran Baru Berlangsung Daring
Tahun ajaran baru 2021/2022 berlangsung mulai Senin ini. Pembelajaran dilakukan secara daring di daerah yang menerapkan PPKM darurat.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tahun ajaran baru 2021/2022 yang dimulai hari Senin (12/7/2021) berlangsung secara daring di daerah yang menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat. Rencana pembelajaran tatap muka menunggu arahan pemerintah.
Pembelajaran di SDN Kebon Melati 01, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin, berlangsung secara virtual pukul 07.00 hingga pukul 11.30. Sebanyak 128 siswa baru kelas I mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah melalui aplikasi konferensi video.
”Untuk kelas I, sekolah dimulai pukul 07.30 hingga 11.00. Hari ini ada pengenalan guru-guru dan teman-teman. Pengenalan lingkungan sekolah dilakukan secara daring melalui foto-foto,” kata Kepala SDN Kebon Melati 01 Muhadi saat dihubungi dari Jakarta, Senin.
Satu dari delapan pasien Covid-19 adalah anak. Ini harus jadi catatan bagi orangtua. Edukasi dan sosialisasi yang utuh dan jelas bagi orangtua dibutuhkan.
Pembelajaran jarak jauh juga dilakukan SDN Cipulir 07, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Masa pengenalan lingkungan sekolah virtual diikuti 32 siswa baru kelas I. Menurut Kepala SDN Cipulir 07 Nurhayati, kendati pembelajaran masih berlangsung secara daring, tahun ajaran baru disambut antusias oleh para siswa.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMKN 44 Jakarta Estu Sulistiowati mengatakan, masa pengenalan lingkungan sekolah daring dilakukan selama tiga hari untuk 216 siswa baru kelas X. Adapun siswa kelas XI dan XII telah mulai belajar secara daring.
”Minggu ini pihak sekolah akan rapat dengan orangtua siswa untuk membahas jam pelajaran. Nanti dilihat apa mereka keberatan belajar sampai pukul 3 sore. Kalau tidak, pembelajaran sampai pukul 12 siang. Ini karena pembelajaran jarak jauh banyak kendalanya. Ada yang terkendala jaringan, ada juga yang harus meminjam gawai orangtua,” tutur Estu.
Persiapan tatap muka
Sebelumnya, sejumlah sekolah menyiapkan diri untuk menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sesuai arahan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sekolah yang dapat meggelar PTM terbatas harus memenuhi daftar isi, menuntaskan vaksinasi untuk guru, dan menerapkan protokol kesehatan ketat di sekolah.
Uji coba PTM dilakukan di SMKN 44 Jakarta pada April hingga Juni 2021. Hanya 30 persen siswa yang dapat mengikuti PTM terbatas. Pembelajaran berlangsung pada pukul 07.00-11.00. Guru hanya mengajarkan mata pelajaran esensial, yakni Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Selain itu, mata pelajaran praktik juga diajarkan.
Estu mengatakan, dari 49 guru di SMKN 44 Jakarta, 47 orang telah divaksinasi. Dua orang lainnya belum divaksinasi karena hamil dan menderita sakit jantung.
”Insya Allah, kami siap untuk PTM terbatas, tinggal menunggu arahan suku dinas pendidikan untuk PTM terbatas. Kami harap pandemi Covid-19 segera teratasi dan anak-anak bisa segera masuk sekolah. Bagi guru, materi memang bisa disampaikan, tapi entah apa murid bisa betul-betul memahami materi,” ucap Estu.
Menurut pemodelan UNESCO Institute for Statistic, setiap sebulan kehilangan waktu sekolah, siswa kehilangan dua bulan pembelajaran. Selama pandemi berlangsung delapan bulan secara global, siswa kehilangan rata-rata 54 persen waktu sekolah dalam setahun ajaran atau sekitar 25 minggu.
Kehilangan pembelajaran berdampak pada hilangnya keterampilan dasar anak-anak. Hal ini memengaruhi kompetensi siswa ketika naik ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
Terkait hal ini, sebagian orangtua mendukung PTM terbatas di tahun ajaran 2021/2022. Menurut survei Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) yang dilakukan pada 5-8 Juli 2021 terhadap 9.287 responden orangtua siswa, sebanyak 43,9 persen di antaranya setuju PTM terbatas.
Alasan orangtua, antara lain, anak jenuh berada di rumah, kesulitan akses internet di rumah, dan tidak punya kompetensi mendampingi anak belajar. Alasan lain adalah anak hanya bermain di rumah dan tidak dapat bersosialisasi dengan teman baru.
”Mayoritas orangtua setuju PTM pada Juli 2021. Padahal, kondisi kasus Covid-19 sedang meningkat tajam dan ada varian baru yang lebih cepat menular. Angka pasien Covid-19 usia anak Indonesia juga tertinggi di dunia. Satu dari delapan pasien Covid-19 adalah anak. Ini harus jadi catatan bagi orangtua. Edukasi dan sosialisasi yang utuh dan jelas bagi orangtua dibutuhkan,” kata Kepala Bidang Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri.