Memastikan Siswa Tetap Aman dan Kreatif di tengah Pandemi
Persiapan pembelajaran tatap muka di sekolah perlu dipersiapkan secara matang agar tidak terjadi kluster penularan Covid-19. Baik tatap muka maupun daring, pembelajaran diharapkan bisa membuka potensi para siswa.
Pandemi Covid-19 mengubah pola pembelajaran siswa. Namun, kondisi ini tidak menjadi hambatan untuk mendekatkan para siswa kepada potensi dan cita-cita mereka.
Hal ini ditunjukkan Nabila Nur Wafa (19) siswa Kelas 12 SMKN 9 Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (2/5/2021). Tiga desain busananya dipamerkan kepada puluhan pejabat Provinsi Jawa Barat, termasuk Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum.
Berdiri di sebelah kiri Kepala Sekolah SMKN 9 Anne Sukmawati, Nabila tidak bisa menyembunyikan kegugupannya. Dia tampak berdiri kaku selama hampir setengah jam di hadapan layar monitor. Mereka melakukan peragaan busana bertema The Art of Shibori.
Di belakangnya, tiga peraga busana berpelindung wajah luwes berjalan di karpet merah dengan menggunakan pakaian rancangan Nabila. Campuran warna cerah dan hangat seperti oranye, kuning, hijau berpadu dengan teknik pewarnaan pakaian khas Jepang bernama Shibori.
Mereka disaksikan ribuan pasang mata melalui konferensi video dan kanal media sosial Pemprov Jabar dalam perayaan Hari Pendidikan Nasional. Selain SMKN 9, sejumlah sekolah juga menunjukkan karya dan kebolehannya di dalam rangkaian acara tersebut.
Apresiasi pun bermunculan, salah satunya dari Wakil Komisi 5 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jabar Abdul Hadi Wijaya. Dia menyatakan, karya-karya ini telah layak untuk meramaikan Perayaan Ulang Tahun Jabar ke-76 pada Agustus 2021 nanti.
“Kreativitas yang muncul ini akan sangat terhormat dan layak jika dimunculkan di Hari Ulang Tahun Jabar yang biasanya dirayakan setiap Agustus. Ini keren, kebanggaan kita, ini adalah karya anak Jabar. Kemampuan ini bisa menjadi bekal, lifeskill, yang berguna bagi siswa,” ujarnya.
Riuh dan tawa lega pun ramai terdengar, tidak hanya dari Nabila, tetapi juga 12 tenaga pendidik dan kependidikan SMKN 9 yang turut mempersiapkan dari balik layar. Kerja keras mereka dibayar dengan apresiasi yang memuaskan.
Nabila pun lebih percaya diri untuk menjadi perancang busana. Apalagi, dia ingin melanjutkan bisnis butik milik ibunya di Kecamatan Sukasari, Kota Bandung.
“Minat ini muncul saat saya mau masuk ke SMK. Ibu ingin saya meneruskan bisnisnya. Dengan belajar seperti ini, saya harap tidak hanya meneruskan, tetapi ingin membuat butik ibu lebih maju lagi,” ujarnya sambil tersenyum.
Baca juga: Kluster Sekolah di Jambi Meluas, Belajar Tatap Muka agar Ditunda
Bukan hambatan
Di tengah segala keterbatasan akibat pandemi, para siswa lainnya juga tetap menuntut ilmu demi mengejar impian dan cita-cita. “Selama belajar di Kelas 12, saya belum pernah belajar di kelas. Semua serba online. Setiap minggu saya mengirim video kepada para guru untuk menunjukkan hasil belajar saya,” ujarnya.
Anne Sukmawati memaparkan, hampir 70 persen pembelajaran di SMKN 9 menggunakan praktikum yang membutuhkan pertemuan. Sekolah ini memiliki enam program keahlian, yaitu Usaha Perjalanan Wisata, Perhotelan, Tata Boga, Tata Kecantikan Rambut dan Kulit, Tata Busana, serta Desain Komunikasi Visual.
Namun, saat pandemi melanda, proses belajar mengajar sekolah mau tidak mau harus dibatasi untuk mencegah penularan Covid-19. Bahkan, sejak Maret 2020, pembelajaran rutin ditiadakan.
Para guru dan murid pun melakukan adaptasi dengan pembelajaran jarak jauh, mulai dari materi pembelajaran hingga penugasan kepada para siswa.“Semua pembelajaran jarak jauh. Namun, sekolah tidak mungkin ditutup karena siswa butuh konsultasi praktik, dan alat-alatnya di sini. Tetapi, kami sangat membatasi orang-orang yang masuk ke sini,” ujarnya.
Meski demikian, Anne tidak melihat itu sebagai hambatan, tetapi sebagai peluang. Saat sekolah telah terbiasa menggunakan teknologi informasi dan digital, dia melihat ada peluang untuk menunjukkan karya para siswanya kepada masyarakat.
SMKN 9 akhirnya mengadakan pameran virtual. Anne menjelaskan, sejak akhir tahun 2020, sekolah ini telah mengadakan setidaknya tiga kali pameran hingga peragaan busana di hari lahir Ki Hadjar Dewantara ini.“Kami juga tengah mempersiapkan ekspo lagi pertengahan tahun ini. Penerapan teknologi ini kami anggap sebagai peluang. Pertunjukan ini mengoptimalkan hasil karya siswa. Mereka jadi lebih percaya diri dengan kemampuan yang didapatkan selama belajar,” ujarnya.
Persiapan matang
Setelah setahun lebih pandemi Covid-19, SMKN 9 akan mencoba menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan sangat hati-hati. Pada satu bulan pertama PTM hanya 10 persen dari 1.400-an siswa yang akan belajar tatap muka terlebih dahulu.
“Untuk PTM nanti juga kami hanya bisa 30 persen saja atau 500 siswa. Kalau separuhnya, jujur kami tidak sanggup karena terlalu banyak. Karena itu, kami tetap mengoptimalkan modul pembelajaran daring dan pembagian tugas untuk para guru,” ujarnya.
Pemberian jarak dipersiapkan. Seluruh kelas, laboratorium, hingga ruang praktik hanya bisa digunakan setengah dari kapasitas normalnya. Di setiap pintu ruang kelas dan praktik dipasang poster peraturan protokol kesehatan hingga tempat mencuci tangan.
“Kami tidak ingin sekolah menimbulkan kluster persebaran baru. Karena itu, kami akan persiapkan semuanya, mulai dari sarana prasarana hingga modul pengajaran,” ujarnya.
Kewaspadaan ini beralasan karena kasus Covid-19 di Kota Bandung masih tinggi. Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar, Minggu pukul 18.00, jumlah warga yang positif Covid-19 di Kota Bandung mencapai 17.989 orang, dan 1.890 di antaranya masih dalam isolasi.
Wali Kota Bandung Oded M Danial menyatakan, persiapan terus dilakukan jelang PTM Juli mendatang, termasuk vaksinasi Covid-19 untuk tenaga pendidik dan kependidikan SD hingga SMA. Dari 36.000 tenaga pendidik dan kependidikan, 32.000 orang di antaranya telah divaksinasi.
“Mudah-mudahan ke depan anak-anak bisa belajar tatap muka kembali. Tapi tentu saja ini harus kita siapkan seluruh infrastrukturnya,” ujar Oded.
Vaksinasi tenaga pendidik hingga persiapan sarana prasarana ini perlu dipastikan sebelum kegiatan belajar tatap muka diadakan. Komitmen dari sekolah hingga pemerintah dibutuhkan agar tempat belajar siswa ini tidak menjadi klaster persebaran Covid-19.
Baca juga: Tanpa Mitigasi Memadai, Sekolah Tatap Muka Picu Covid-19 ke Keluarga
Namun, pembelajaran yang dilakukan tetap memprioritaskan pengembangan potensi siswa tanpa harus menempatkan mereka dalam bahaya pandemi. Baik belajar tatap muka atau pun daring, para siswa ingin tetap menuntut ilmu tanpa hambatan di tengah keterbatasan.