Transformasi Pendidikan Kembalikan Semangat Ki Hadjar Dewantara
Presiden Joko Widodo menegaskan sistem pendidikan Indonesia harus memerdekakan manusia serta membangun jiwa dan raga. Hal ini menjadi semangat Ki Hadjar Dewantara.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi pendidikan menjadi kunci dalam menciptakan pendidikan berkualitas dan kemerdekaan belajar sejati bersandarkan pada sejarah bangsa. Amanat pendidikan itu telah lama dimiliki bangsa Indonesia melalui pemikiran Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Presiden Joko Widodo dalam acara podcast memperingati Hari Pendidikan Nasional 2021 bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, Minggu (2/5/2021), di Jakarta mengatakan, sistem pendidikan Indonesia harus memerdekakan manusia serta membangun jiwa dan raga. Hal ini menjadi semangat Ki Hadjar Dewantara agar semua orang merdeka untuk menjadi apa saja, tetapi tetap menghormati kemerdekaan orang lain.
Presiden berharap kemajuan pendidikan Indonesia mengarah pada pendidikan inklusif bagi semua warga sampai ke pelosok negeri. Pendidikan harus berkualitas dan kompetitif yang sekarang dapat dipercepat dengan dukungan digitalisasi.
Presiden juga meminta agar pembelajaran tatap muka disiapkan dengan baik. Dengan pendidik dan tenaga pendidik yang diprioritaskan divaksinasi Covid-19, pelajaran tatap muka dilakukan secara terbatas untuk mengejar ketertinggalan pembelajaran akibat Covid-19.
”Dengan segala upaya, kita kembalikan anak-anak ke sekolah. Namun, harus dipastikan aman dari penyebaran Covid-19. Harus ketat menjalankan protokol kesehatan dan dievaluasi tiap wilayah. Setelah itu akan diputuskan lagi kebijakan ke depan,” ujar Presiden.
Nadiem Anwar Makarim pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional 2021 secara luring dan daring, Minggu (2/5/2021), bertema ”Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar” mengatakan terlalu lama pemikiran Ki Hadjar Dewantara tidak dimanfaatkan sepenuhnya.
Kebahagiaan batin
Padahal, pendidikan diamanatkan harus menuju lahirnya kebahagiaan batin serta keselamatan hidup. Esensi dasar pendidikan harus memerdekakan kehidupan manusia. ”Mulai hari ini, pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia harus kita jiwai dan hidupkan kembali agar tercipta pendidikan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, serta terwujudnya kemerdekaan belajar yang sejati,” ujarnya.
Nadiem mengajak agar pada tahun kedua peringatan Hardiknas di masa pandemi Covid-19 ini dengan keyakinan untuk membuka lembaran baru pendidikan Indonesia. Hal ini diraih dengan bertransformasi yang kini difokuskan dengan semangat Merdeka Belajar.
Pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia harus kita jiwai dan hidupkan kembali agar tercipta pendidikan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, serta terwujudnya kemerdekaan belajar sejati.
Nadiem menambahkan, krisis pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini menjadi ladang optimisme untuk menuai kemajuan. Saat ini ada sebagian sekolah dan daerah yang sudah menerapkan pembelajaran tatap muka secara terbatas, ada juga yang tengah bersiap.
”Saya sangat bersemangat melihat masyarakat sadar bahwa kita harus terus bergerak maju dan melakukan berbagai lompatan kemajuan tanpa keraguan, dengan mengedepankan keselamatan dan kesehatan,” kata Nadiem.
Berbagai transformasi pendidikan melalui Merdeka Belajar bertujuan untuk menyiapkan anak-anak Indonesia menjadi pelajar yang menggenggam teguh falsafah Pancasila, pelajar yang merdeka sepanjang hayatnya, dan pelajar yang mampu menyongsong masa depan dengan percaya diri.
Kemendikbudristek, lanjut Nadiem, bersama berbagai elemen masyarakat bekerja sama untuk terus memperbaiki mutu pendidikan. Ada empat elemen perbaikan yang dikerjakan, yakni perbaikan pada infrastruktur dan teknologi, kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian otonomi lebih bagi satuan pendidikan. Selain itu, perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya. Yang terakhir, perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.
”Transformasi yang bermakna lewat terobosan Merdeka Belajar kami kerjakan agar segala sesuatu yang membuat bangsa ini hanya berjalan di tepat berubah jadi lompatan kemajuan. Kita bergerak maju menghadapi berbagai tantangan dengan inovasi dan solusi. Dengan bergotong royong, upaya kita mewujudkan Merdeka Belajar akan makin cepat terlaksana demi tujuan sumber daya manusia unggul, Indonesia Maju,” papar Nadiem.
Tantangan pendidikan
Secara terpisah, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti, mengatakan, tantangan pendidikan di masa pandemi Covid-19 memberi dampak signifikan pada menurunnya mutu pendidikan. Salah satunya, angka putus sekolah, antara lain karena masalah ekonomi dan perkawinan anak meningkat, yang berarti target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk meningkatkan lama sekolah terancam tidak tercapai.
Menurut Retno, kualitas pembelajaran dari rumah atau pendidikan jarak jauh juga bermasalah karena kesenjangan digital belum terpetakan. Sementara itu, upaya memulai pertemuan tatap muka juga harus dipikirkan dengan cermat.
Praktisi pendidikan Indra Chardismadji menegaskan, sampai saat ini belum ada langkah strategis baru bidang pendidikan yang diambil pemerintah menghadapi kemungkinan terjadi lonjakan kasus Covid-19. Pembelajaran jarak jauh atau daring yang jadi solusi belum diyakini sepenuhnya sebagai kesempatan menghasilkan manfaat pembelajaran atau berdampak positif bagi perkembangan anak.
”PJJ (pembelajaran jarak jauh) akan memberikan dampak peningkatan mutu pembelajaran jika implementasinya tidak dengan cara tradisional. Sampai kini tak terlihat upaya serius dan masif membenahi kualitas PJJ atau belajar daring,” ujar Indra.
Sementara itu, Ketua Umum Yayasan BPK Penabur Adri Lazuardi mengatakan, pemberdayaan peran guru dalam perkembangan dunia pendidikan harus menjadi upaya nyata pemerintah. Program guru penggerak perlu menjadi wujud nyata perubahan peran guru menjadi lebih signifikan.
Di masa pendemi Covid-19 dengan pembelajaran daring, guru tetap jadi sosok yang dibutuhkan. Peserta didik membutuhkan sosok guru yang hadir secara nyata dalam kehidupan mereka untuk memotivasi, berempati, memberi sentuhan, dan mengeluarkan potensi yang dimiliki anak-anak didik.
”Guru harus terus-menerus menjadi pembelajar sepanjang hayat dan menjadi sosok guru yang mampu memotivasi, memberikan empati, serta membentuk anak-anak berkarakter benar dan baik,” kata Adri.
Terkait penggabungan nomenklatur riset dan teknologi (ristek) ke Kemendikbud menjadi Kemendikbudristek, Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda menantang Menteri dan jajarannya untuk segera melakukan konsolidasi struktural maupun anggaran sehingga output kinerja memberi dampak optimal bagi perbaikan layanan pendidikan di Indonesia.
Berbagai persoalan dalam penyelenggaraan pendidikan yang belum tuntas, seperti pengangkatan guru honorer, kesenjangan akses pendidikan, dan tidak optimalnya pembelajaran di masa pandemi, harus bisa diselesaikan sambil juga meningkatkan kinerja riset, teknologi, dan inovasi bangsa.