Secara bertahap, sekitar lima juta guru, dosen, dan tenaga kependidikan akan divaksinasi Covid-19 mulai Rabu (24/2/2021). Ini diharapkan juga bisa mengedukasi masyarakat agar tidak ragu menerima vaksin Covid-19.
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semua guru, dosen, tenaga kependidikan akan mendapatkan vaksinasi Covid-19 secara bertahap mulai Rabu (24/2/2021). Selain sebagai upaya mengatasi pandemi Covid-19, pemberian vaksin ini juga diharapkan sebagai edukasi agar masyarakat tidak perlu ragu dengan vaksin Covid-19.
Total ada sekitar lima juta guru, dosen, dan tenaga kependidikan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama yang akan mendapatkan vaksinasi tahap kedua ini. Penyuntikan perdana vaksin Covid-19 akan diberikan kepada 500 guru, dosen, dan tenaga kependidikan, Rabu, di SMA Negeri 70 Jakarta.
“ Semoga setelah itu, vaksinasi Covid-19 segera bisa dilaksanakan secara masif untuk semua pendidik dan tenaga kependidikan,” kata Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Muhammad Zain, di Jakarta, Selasa (23/2/2021).
Zain menjelaskan, total ada 745.371 guru madrasah berstatus pegawai negeri maupun non pegawai negeri. Sejumlah madrasah telah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka, terutama madrasah berasrama. Meski pembelajaran tatap muka diselenggarakan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat, guru berisiko tinggi menderita Covid-19.
Hendarman, Pelaksana Tugas Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud mengatakan, pemberian vaksin untuk guru, dosen, dan tenaga kependidikan dilakukan secara bertahap mulai Rabu (24/2). Semua guru, dosen, dan tenaga kependidikan, tanpa kecuali, akan mendapatkan vaksin di tahap kedua ini.
Berdasar data Kemendikbud, total terdapat 3.274.752 guru dan tenaga kependidikan di sekolah yang berada di bawah Kemendibud. Adapun jumlah dosen sekitar 300.000 orang.
Secara terpisah Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi menyatakan gembira dan lega vaksinasi untuk guru, dosen, dan tenaga kependidikan segera dimulai. Ini momentum yang baik untuk memberikan perlindungan pada pendidik dan tenaga kependidikan, serta pendidikan.
“Mereka bisa menjadi contoh baik bagi siswa, bagi masyarakat, bahwa enggak usah ragu dengan vaksin Covid-19. Ini salah satu upaya untuk memutus mata rantai penulularan Covid-19. Harapannya segera tercapai kekebalan komunitas sehingga proses pembelajaran tatap muka segera bisa dilakukan,” kata Unifah.
Prioritas
Karena itu selain guru, dosen, dan tenaga kependidikan di sekolah formal baik negeri maupun swasta termasuk honorer, kata Unifah, PGRI mengusulkan mereka yang bergerak di pendidikan nonformal dan aktivis pendidikan juga mendapat vaksin pada tahap kedua ini.
Mereka bisa menjadi contoh bagi siswa, bagi masyarakat, bahwa enggak usah ragu dengan vaksin Covid-19. Ini salah satu upaya memutus mata rantai penulularan Covid-19.
Usulan serupa disampaikan Direktur Pondok Pesantren Kemenag Waryono untuk guru dan ustad di pesantren. “Kami mohon agar Kementerian Kesehatan juga memprioritaskan vaksin untuk pengasuh pesantren. Mereka juga rentan terinfeksi, selama ini sudah 300 pengasuh pesantren meninggal karena Covid-19. Ini jumlah yang banyak, rata-rata mereka berusia di atas 60 tahun,” tuturnya.
Dia mengatakan, terdapat 30.491 pesantren yang berada di bawah Kemenag dengan jumlah pendidik sebanyak 354.941 orang. Selain itu ada 106 lembaga pendidikan diniyah formal dengan pendidik sebanyak 1.525 orang.
Berbeda dengan sekolah formal, pesantren-pesantren tetap menyelenggarakan pembelajaran tatap mula selama pandemi ini. Diakui, ini memunculkan kluster Covid-19 di sejumlah pesantren. Tahun 2020 ada beberapa kluster pesantren di Jawa. Tahun ini ada juga, tetapi tak sebanyak pada 2020, misalnya di Tasikmalaya ada 370 santri terinfeksi Covid-19, tetapi ini segera tertangani,” kata dia.
Selain di Tasikmalaya, Jawa Barat, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat munculnya kluster baru penularan Covid-19 di pesantren antara lain di Boyolali, Jawa Tengah; di Bangka, Bangka Belitung, dan Pekanbaru, Riau.
Heru Purnomo, Sekretaris Jenderal FSGI, menegaskan, potensi kluster Covid-19 di pndok pesantren termasuk tinggi. Sebab, aktivitasnya cenderung bersama-sama (berkumpul) dalam waktu panjang, bahkan bisa dikatakan 24 jam.