Kejadian ikutan setelah vaksinasi Covid-19 mesti diantisipasi. Sejauh ini, efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi umumnya ringan dan bisa segera diatasi.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi memastikan vaksin Covid-19 yang diberikan kepada masyarakat masuk dalam kategori aman. Efek samping setelah vaksinasi umumnya ringan dan tak ada yang berakibat fatal. Meski demikian, pemantauan kejadian setelah vaksinasi mesti terus dilakukan.
”Dari data yang masuk umumnya gejalanya bersifat ringan, seperti mual, kesulitan bernapas, kesemutan, dan lemas. Tanpa pengobatan, biasanya gejala itu hilang. Ada juga yang serius, seperti kolaps, setelah disuntik. Namun, semuanya tertolong dan tak ada kejadian fatal,” kata Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari, dalam jumpa pers secara daring, di Jakarta, Senin (22/2/2021).
Berdasarkan laporan dari 22 provinsi, ada 5 dari 10.000 kejadian ikutan pascaimunisasi kategori ringan dan 42 dari 1 juta kasus dalam kategori serius, tetapi tak ada yang fatal dan memicu kematian.
”Sebanyak 64 persen kasus yang dilaporkan dinilai sebagai kelompok immunization stress related response (kecemasan terkait vaksin). Jadi, mereka panik karena imunisasi, bukan karena vaksinnya. Misalnya lumpuh dan kejang, yang setelah diobservasi selama satu sampai dua hari kembali normal,” ungkapnya.
Menurut Hindra, tak semua kejadian medis pascaimunisasi terkait imunisasi sehingga jika ada laporan kejadian, harus diinvestigasi lebih lanjut. ”Yang terkait imunisasi itu dampak yang terjadi karena kandungan vaksinnya,” ujarnya.
Dari data yang masuk umumnya gejalanya bersifat ringan, seperti mual, kesulitan bernapas, kesemutan, dan lemas. Tanpa pengobatan, biasanya gejala itu hilang.
Dari laporan yang diterima Komnas KIPI, penggunaan vaksin Covid-19 buatan Sinovac dinilai aman. ”Vaksin Sinovac ini dari virus yang dijadikan tak aktif dengan zat kimia. Sangat mungkin tidak ada penyakit karena vaksin ini,” ujarnya.
Pembentukan antibodi
Akan tetapi, pemberian vaksin tidak menjamin bebas dari infeksi Covid-19. Mengacu dari riset sebelumnya, vaksin harus diberikan dua kali dengan interval 14-28 hari. Pemberian vaksinasi pertama belum memicu pembentukan antibodi atau titernya kecil sehingga masih rentan terpapar. Setelah imunisasi kedua, kekebalan baru terbentuk 2 minggu-28 hari setelahnya.
”Karena itu, setelah divaksin, tetap terapkan protokol kesehatan. Kalau lengah, bisa tertular juga. Dengan demikian, vaksin tidak menjamin 100 persen. Ini perlindungan tambahan yang akan mengurangi risiko,” ucap Hindra.
Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menambahkan, ada sejumlah kasus orang terpapar Covid-19 bahkan meninggal setelah divaksinasi Covid-19.
”Sebagian besar tenaga kesehatan dan warga yang terpapar itu baru divaksinasi tahap pertama dan belum mendapat suntikan dosis kedua. Jadi, kemungkinan sudah terpapar sebelum divaksinasi, mengingat masa inkubasi virus ini mencapai 14 hari dan umumnya dengan gejala ringan atau tak bergejala sama sekali,” ucapnya.
Selain itu, sebagian orang yang dilaporkan meninggal setelah mendapat vaksinasi disebabkan penyakit atau berbagai penyebab lain, misalnya infeksi demam berdarah.
Berdasarkan rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan, vaksin Covid-19 buatan Sinovac aman dan bermutu sehingga warga jangan ragu menggunakannya.
Berdasarkan data Kemenkes, hingga Senin ada penambahan 16.297 orang yang mendapat suntikan vaksin Covid-19 tahap pertama sehingga total ada 1.244.215 orang. Untuk suntikan kedua ada penambahan 28.195 orang sehingga secara akumulatif 764.905 orang.
Sejumlah daerah, seperti Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur, menanti pasokan vaksin Covid-19 untuk tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik, dan penduduk lansia. Sementara di Kota Semarang, Jawa Tengah, vaksinasi Covid-19 tahap kedua bagi petugas pelayanan publik mulai digelar kemarin.
Distribusi bertahap
Sebanyak 2,6 juta dosis vaksin Covid-19 dari PT Bio Farma (Persero) didistribusikan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan vaksinasi tahap kedua kepada warga lanjut usia dan petugas pelayanan publik. Untuk sementara, vaksin itu didistribusikan ke enam provinsi, yakni Sumatera Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, dan Bali.
Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari PT Bio Farma, Bambang Heriyanto, menuturkan, 7,5 juta dosis vaksin Covid-19 diperkirakan bisa diproduksi sampai akhir Februari 2021. Vaksin itu diolah dari bahan baku yang dikirim Sinovac BioNTech pada Januari 2021. ”Kami perkirakan Maret bisa bertambah lagi 11,4 juta dosis vaksin yang diproduksi,” ujarnya.
Siti Nadia menyampaikan, sasaran vaksinasi tahap kedua lebih dari 38 juta orang. Itu terdiri dari 17,4 juta petugas pelayanan publik dan 21,5 juta warga lansia. Untuk vaksin Sinovac, vaksinasi perlu dilakukan dengan dua dosis sehingga jumlah dosis yang dibutuhkan 76 juta dosis vaksin.
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Alexander K Ginting menyampaikan, pelacakan serta pengawasan isolasi kasus Covid-19 perlu jadi perhatian serius dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat skala mikro. Kerja sama semua pihak dibutuhkan untuk mendukung upaya itu.
Sementara itu, pemerintah mengurangi cuti bersama pada 2021 menjadi dua hari untuk mengurangi mobilitas warga dalam upaya mengurangi laju penularan Covid-19.
”Cuti bersama dikurangi dari tujuh hari menjadi dua hari,” ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam siaran pers.