Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta belum akan menerapkan pembelajaran tatap muka untuk jenjang SD-SMA, pada Januari 2021. Penularan Covid-19 juga masih terhitung tinggi di daerah tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta belum akan menerapkan pembelajaran tatap muka untuk siswa SD, SMP, dan SMA pada Januari 2021. Keselamatan peserta didik menjadi pertimbangan utama dalam penerapan kebijakan tersebut. Penularan Covid-19 juga masih terhitung tinggi di daerah tersebut.
”Kami belum bisa melakukan tatap muka. Jadi, saat ini siswa masih meneruskan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring dari rumah,” kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta Didik Wardaya saat dihubungi, Rabu (6/1/2021).
Didik menyampaikan, keputusan melanjutkan pembelajaran jarak jauh didasari kondisi penularan Covid-19 yang masih tinggi di DIY. Ia menyatakan, keselamatan siswa menjadi faktor utama dalam pengambilan kebijakan tersebut. Jangan sampai pembelajaran tatap muka mengakibatkan penularan Covid-19.
Menurut data Dinas Kesehatan DIY, penambahan kasus positif Covid-19 masih terus terjadi setiap hari. Pada Rabu, ada 272 kasus positif baru. Jumlah total pasien positif Covid-19 di DIY saat ini mencapai 13.612 orang.
”Di DIY, kategori penularannya masih rawan. Ini sebagai dasar pertimbangan kami. Keselamatan dan kesehatan siswa menjadi faktor utama yang harus diprioritaskan,” kata Didik.
Didik menyatakan, pembelajaran tatap muka belum dimulai bagi siswa pada jenjang SD hingga SMA. Namun, ia mengungkapkan, ada sejumlah perguruan tinggi yang sudah mulai mengadakan perkuliahan tatap muka secara terbatas, hanya untuk materi praktikum. Materi kuliah yang berkaitan dengan teori tetap disampaikan dengan pembelajaran jarak jauh.
”Keputusan menggelar pembelajaran tatap muka untuk jenjang pendidikan lain akan melihat dari pelaksanaan tatap muka perguruan tinggi. Selama satu bulan ini, akan dilihat timbul kluster baru atau tidak. Nantinya pembelajaran tatap muka juga akan dimulai berjenjang dari yang usianya paling dewasa,” kata Didik.
Sejumlah SMK juga sudah diperkenankan melakukan praktik di sekolah. Namun, praktik dilakukan dengan pembatasan ketat. Satu alat praktik hanya boleh dioperasikan 50 persen dari kapasitas alat praktik tersebut. Langkah tersebut merupakan upaya penerapan pembatasan fisik.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyampaikan, pihaknya telah meminta sekolah-sekolah dari jenjang SD-SMP untuk melengkapi kesiapan protokol kesehatan di sekolahnya masing-masing. Pemkot Yogyakarta bakal melakukan verifikasi terkait dengan kesiapan sekolah terhadap protokol tersebut. Diharapkan pada 15 Januari, semua sekolah sudah mampu memenuhi standar protokol kesehatan.
”Saat ini kami masih menunggu kondisi sebaran (Covid-19) memungkinkan untuk proses pembelajaran tatap muka. Sekarang pembelajaran akan masih jarak jauh atau daring karena tingginya tingkat penularan. Sampai kapan? Ya, sampai kondisinya memungkinkan,” kata Heroe.
Heroe menambahkan, pihaknya memprioritaskan keselamatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu, perlu kehati-hatian tinggi di tengah proses perumusan kebijakan tersebut. Pihaknya meminta protokol kesehatan agar bisa diterapkan ketat di setiap sekolah.
”Kami punya persyaratan-persayaratannya agar sekolah bisa menggelar pembelajaran tatap muka. Salah satu di antaranya adalah keberadaan Satgas Covid-19 di sekolah. Fungsinya, satgas itu akan mengawasi pelaksanaan pembelajaran supaya selalu mengikuti protokol yang ditetapkan,” kata Heroe.
Mario Renaldhi (16), siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta, mengatakan, dirinya kurang setuju dengan rencana pembelajaran tatap muka di tengah kondisi pandemi Covid-19. Risiko penularan yang dihadapi siswa terlampau tinggi. Ancaman yang ada justru membuat siswa belajar dalam kondisi yang serba tidak nyaman.
”Saya pikir, guru tidak bisa selalu mengontrol siswanya selama di sekolah. Dalam saat-saat tertentu, siswa bisa abai dengan protokol kesehatan, seperti tidak menerapkan social distancing. Pulang sekolah juga jadi bisa terjadinya kerumunan,” kata Mario.
Mario menambahkan, pembelajaran daring menjadi solusi yang paling memungkinkan dalam kondisi ini. Namun, ia mengharapkan agar metode pembelajaran bisa dilakukan secara interaktif. Tidak sekadar memberikan rekaman video. Komunikasi dalam pembelajaran daring dinilainya mampu membuat kegiatan belajar mengajar semakin menyenangkan.