Tujuh SMA/SMK di Jawa Tengah Disiapkan Gelar Simulasi Belajar Tatap Muka
Sebagian sekolah di Jawa Tengah bakal uji coba kegiatan belajar mengajar tatap muka. Protokol kesehatan wajib ditegakkan guna mencegah penularan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak tujuh SMA/SMK di tiga kabupaten/kota di Jawa Tengah disiapkan untuk menggelar simulasi pembelajaran tatap muka. Protokol kesehatan wajib diterapkan, mulai dari siswa berangkat sekolah hingga kembali ke rumah.
Ketujuh sekolah tersebut ialah SMKN 1 Temanggung, SMAN 1 Parakan (Temanggung), SMAN 2 Wonosobo, SMKN 2 Wonosobo, SMAN 2 Kota Tegal, SMKN 2 Kota Tegal, dan SMA Pius Kota Tegal. Ketiga daerah itu berada di luar zona merah pada peta risiko.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Padmaningrum, Kamis (3/9/2020), mengatakan, di setiap sekolah, hanya sekitar 30 persen siswa yang ikut simulasi. Pihaknya sudah meminta setiap kepala cabang dinas untuk menyiapkan rencana ini dengan matang.
”Ini baru uji coba. Sesuai instruksi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pembelajaran tatap muka boleh dibuka di daerah zona kuning dan hijau. Memang (kondisi daerah) fluktuatif, ada hijau, kuning, oranye, merah. Itu kami antisipasi,” katanya.
Kepala Bidang Pembinaan SMK di Dikbud Jateng Hari Wulyanto menambahkan, setiap sekolah yang menggelar simulasi harus berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait, seperti rumah sakit dan puskesmas. Kondisi siswa dan guru harus dipastikan sehat. Selain itu, izin orangtua siswa juga sangat diperlukan.
Dari simulasi itu, pihaknya ingin melihat bagaimana pelaksanaan pembelajaran tatap muka. ”Termasuk transportasi siswa dari rumah, ke sekolah, dan kembali ke rumah. Kami amati setidaknya 14 hari. Kalau nanti ada potensi berisiko, harus dihentikan,” kata Hari.
Tanpa istirahat
Kepala SMAN 2 Tegal Sri Ningsih mengatakan sudah menyiapkan sarana pendukung protokol kesehatan, seperti tempat cuci tangan, sabun cair, pelindung wajah, masker cadangan, gel pembersih tangan, dan alat pengukur suhu.
Ruangan kelas juga sudah ditata sedemikian rupa untuk menjaga jarak aman. Jarak tempat duduk antarsiswa diatur menjadi 1,5 meter. Dari total 927 siswa, hanya 100 siswa dari kelas X, XI, dan XII yang diikutkan dalam simulasi itu. Simulasi pembelajaran tatap muka dilaksanakan dua minggu penuh. Setiap hari, simulasi digelar selama 4 jam tanpa istirahat, mulai pukul 07.30 hingga pukul 10.30.
”Siswa yang menjadi peserta simulasi tidak diganti-ganti untuk memudahkan pelacakan apabila ada penyebaran Covid-19. Mereka harus mendapatkan izin dari orangtua untuk mengikuti proses simulasi,” kata Sri di Kota Tegal.
Menurut Sri, siswa yang menjadi peserta simulasi adalah yang tinggal di Kota Tegal. Pada saat simulasi, siswa itu harus dalam kondisi sehat, tidak sedang flu, tidak sedang batuk, dan tidak sedang demam.
”Saat berangkat atau pulang sekolah, mereka harus dijemput orangtua atau berjalan kaki. Mereka tidak boleh menumpang angkutan umum untuk meminimalkan kontak dengan orang lain selama perjalanan,” tutur Sri.
Adapun siswa lain yang tak mengikuti simulasi tetap belajar secara daring. Dalam pembelajaran daring, materi yang disampaikan sama dengan materi dalam tatap muka. Dengan demikian, tidak ada siswa yang lebih dulu atau lebih akhir mendapat materi pelajaran.