Magang Mahasiswa di Industri Tak Sekadar Memberi Pengalaman Kerja
Hubungan antara universitas dan industri dalam memberi kesempatan mahasiswa untuk magang kerja perlu diperkuat lagi. Mahasiswa diharapkan bisa memberikan kontribusi besar untuk dunia usaha.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian besar mahasiswa Indonesia masih mencari sendiri tempat untuk kerja praktik atau magang di dunia industri/usaha sebagai bagian dari kewajiban belajar di perguruan tinggi. Padahal, dunia usaha berharap magang mahasiswa bukan sekadar untuk meningkatkan keterampilan kerja, melainkan jadi hubungan industri dengan universitas yang saling menguntungkan. Harapannya, hubungan itu bisa membantu industri memecahkan masalah yang dihadapi dengan pemikiran ilmiah yang dimiliki perguruan tinggi.
Di acara webinar bertajuk ”Peluang Magang Industri Saat dan Pascapandemi”, Selasa (1/9/2020), yang digelar British Council, terungkap 60 persen mahasiswa selama ini mencari sendiri tempat untuk kerja praktik. Pada saat pandemi Covid-19 yang mengharuskan jaga jarak, kegiatan magang mahasiswa menjadi terbatas karena industri juga belum banyak yang menerima magang remote atau jarak jauh.
Dari riset berjudul ”University-Industry Integrated Learning Program in Indonesia” yang dilakukan Program Studi Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) bekerja sama dengan British Council (September 2019-Januari 2020), sebenarnya dukungan industri pada perguruan tinggi cukup tinggi.
Peneliti UAJY Ririn Diar Astanti memaparkan, dari riset pada 100 besar perguruan tinggi Indonesia yang masuk Webometric 2019, diketahui hubungan industri-universitas utamanya memberikan dukungan profesional dengan kuliah tamu yang menghadirkan pembicara praktisi dan kerja praktik.
Ada juga kunjungan pabrik, kompetisi menyelesaikan kasus bisnis, job fair, dan pemberian beasiswa. Selain itu, pendampingan kewirausahaan, proyek industri, mentoring indusri, dan keterlibatan penyusunan kurikulum.
Peneliti UAJY lainnya, Yosephine Suharyanti, mengatakan, praktik kerja atau magang industri oleh mahasiswa berkisar 1-2 bulan dianggap terlalu singkat oleh perusahaan. Padahal, ada industri yang bersedia menerima magang 6-12 bulan.
”Sebenarnya, masalah waktu magang yang singkat sudah bisa diatasi dengan kebijakan Merdeka Belajar atau Kampus Merdeka. Mahasiswa bisa lebih banyak mengambil waktu untuk magang di luar kampus. Sayangnya, kebijakan tersebut belum diimplementasikan karena pandemi Covid-19. Isunya jadi diperluas untuk magang secara jarak jauh atau remote,” ujar Ririn.
Direktur British Council Indonesia Hugh Moffat mengatakan, mahasiswa perlu mengakses kesempatan belajar yang berbeda, termasuk lewat magang. Kerja sama pendidikan Indonesia –Inggris jadi mendukung penguatan pendidikan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam mengatakan, upaya untuk mendekatkan universitas-industri semakin didorong lewat kebijakan Kampus Merdeka. ”Ada missmatching, ketidakselarasan industri-perguruan tinggi. Kita melakukan berbagai usaha supaya bersama industri dan perguruan tinggi bisa terus bekerja sama dalam berbagai aspek,” kata Nizam.
Menurut Nizam, semangat Kampus Merdeka untuk memberi kompetensi mahasiswa yang terus selaras dengan industri. ”Universitas dan industri perlu dijembatani supaya tidak missing link sehingga pas lulus tidak ada lagi keluhan enggak cocok atau fit dengan kebutuhan nyata,” kata Nizam.
Pengalaman kerja
Sementara itu, Cindyanto Tjong, Chief Operating Officer PT Sewu Segar Nusantara (Sunpride), mewakili industri, mengatakan, industri mendukung kegiatan magang mahasiswa. Sayangnya, kegiatan magang lebih sering dimaknai mengirim mahasiswa untuk belajar bekerja daripada sebagai kesempatan menjalin hubungan menguntungkan antara industri dan universitas.
”Sering kali mahasiswa mencari peluang magang berbekal surat rekomendasi dari kampus untuk magang. Padahal, industri ingin lebih jauh lagi, kesempatan magang untuk bisa memperdalam kemitraan yang saling menguntungkan sehingga harus terkoneksi dengan pihak universitas, yang dalam hal ini diwakili dosen,” kata Cindyanto.
Menurut Cindyanto, perusahaan yang memproduksi buah segar dengan merk Sunpride ini juga menerima magang mahasiswa dari luar negeri. Praktik magang mahasiswa luar negeri terasa berkesan profesional karena melibatkan institusi dan dosen serta ada dukungan menyelesaikan masalah lapangan yang dihadapi industri.
Menurut Cindyanto, agar magang semakin bermakna untuk mengatasi ketidakselasaran dunia industri-universitas, harus fokus memastikan univeritas terlibat langsung dengan perusahaan. Salah satu caranya, dosen bisa merekomendasikan kekuatan mahasiswa yang akan magang atau fokus riset yang mendukung industri.
Cindyanto berharap mahasiswa magang tidak hanya datang untuk tanda tangan dan mengumpulkan data tidak penting. ”Kami harap mereka sungguh bersama perusahaan dan kampus (dosen) untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi perusahaan. Ada proyek bersama yang bisa dikerjakan yang membantu ndustri dan memberikan pembelajaran dunia kerja pada mahasiswa magang,” ujar Cindyato.
Belajar dari kampus di luar negeri, Jovie Pebrihandono, Perwakilan Conventry University Inggris untuk kawasan Asia Tenggara,mengatakan, hubungan dengan industri sangat dekat dan banyak karena dulunya Conventry University merupakan politeknik. Saat ini, ada 35.000 mahasiswa dan 10.000 di antaranya mahasiswa internasional.
”Kepuasan mahasiswa dalam belajar dan pengembangan karier jadi perhatian. Di kampus ada Conventry Talent Team yang fokus membantu mahasiswa untuk dapat menemukan yang terbaik dalam pengembangan karier setelah selesai masa kuliah. Ada juga pusat riset untuk pengembangan mahasiswa internasional sehingga bisa kerja maksimal dengan mengotimalkan ilmu dan pengalaman yang didapatkan di kampus,” kata Jovie.
Jovie menambahkan, karena banyak mahasiwa internasional, program magang untuk membantu bisa kerja di perusahaan Inggris ataupun Eropa. Namun, banyak mahasiswa internasional yang kembali ke negara masing-masing seusai lulus. Pihak Conventry University sejak tahun 2019 memulai proyek membantu mahasiswa internasional magang di negaranya, termasuk Indonesia.
Kepuasan mahasiswa dalam belajar dan pengembangan karier jadi perhatian. Di kampus ada Conventry Talent Team yang fokus membantu mahasiswa untuk dapat menemukan yang terbaik dalam pengembangan karier setelah selesai masa kuliah.
”Ada 80-100 mahasiswa asal Indonesia tiap tahun kuliah di Conventry University. Kami mengundang perusahaan untuk menerima mahasiswa magang. Durasinya 3-6 bulan, bahkan ada yang sampai setahun, tergantung kebutuhan perusahaan,” kata Jovie.
Kampus sangat terlibat untuk memastikan mahasiswa dapat menjalani magang. Jovie mengatakan, ada platform daring bagi mahasiswa dan alumni untuk memasukkan curriculum vitae yang dapat diakses oleh perusahaan yang bekerja sama.
”Perusahaan dapat melihat sendiri apa mahasiswa punya kemampuan yang dibutuhkan untuk membantu perusahaan saat magang,” kata Jovie.
Magang daring
Fajar Pradana dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang mengatakan, kebijakan Kampus Merdeka memberi peluang praktik kerja lapangan (PKL) atau magang semakin penting. Kegiatan ini bisa dilakukan secara luring dengan bobot S0 sistem kredit semester (SKS) atau disebut magang penuh waktu, sedangkan magang paruh waktu atau daring diakui setara 14 sks.
Fajar mengatakan, Fasilkom UB ditunjuk sebagai percontohan Kampus Merdeka oleh Kemendikbud. Salah satu yang disiapkan adalah mengoptimalkan program PKL atau magang mahasiswa.
”Sejak Maret kami melaksanakan praktik kerja lapangan daring. PKL dimodifikasi dan dilakukan di perusahaan yang bersedia menerima magang daring,” ujar Fajar.
Magang daring masih terbatas dikenal perusahaan. Akibatnya, Fasilkom UB mengembangkan kesempatan magang daring dengan pihak industri yang bersedia hingga pekerjaan internal kampus. ”Banyak dosen yang juga butuh bantuan untuk menyediakan pembelajaran digital. Hal ini bisa dilakukan mahasiswa yang magang secara daring untuk membantu berbagai pekerjaan daring yang ada di lingkungan kampus,” ujar Fajar.
Ririn mengatakan, magang daring masih belum banyak dikenal perusahaan. Kalaupun ada yang menerima magang daring, umumnya perusahaan yang menerima magang remote memberikan peluang di bagaian analisi data, pengolahan data, analisis biaya, dan lain-lain.
”Yang bisa dikerjakan secara virtual yang berhubungan dengan pengolahan data. Kalau yang butuh pengamatan langsung atau terkait dengan alat, belum ada magang virtual,” ujar Ririn.