Sinyal dan Listrik Hambat Belajar Jarak Jauh di Maluku
Banyak peserta didik di sekolah-sekolah Maluku yang tak dapat mengikuti proses pembelajaran jarak jauh. Akses telekomunikasi dan listrik jadi kendala utama.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Hampir semua peserta didik di Maluku tidak mengalami proses pembelajaran jarak jauh. Akses telekomunikasi dan listrik menjadi kendala utama. Bagi siswa yang memiliki televisi di rumah terbantu lewat penyajian materi pelajaran yang disiarkan TVRI, sementara yang lain memanfaatkan pandemi Covid-19 sebagai liburan panjang.
Dance Latumutuani, warga Desa Piliana, Kecamatan Telutih, Kabupaten Maluku Tengah, saat dihubungi Kompas, Kamis (30/4/2020), menuturkan, banyak anak di desa itu tidak dapat mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Tak ada penugasan dari guru. ”Di sini jaringan internet tidak lancar. Sinyal hilang muncul jadi tidak bisa belajar jarak jauh,” katanya.
Oleh karena itu, anak-anak bergantung pada pelajaran yang disiarkan melalui TVRI. Itu pun bagi mereka yang memiliki televisi. ”Sekarang listrik sering padam sehingga televisi tidak bisa dihidupkan. Sejak pemerintah menggratiskan biaya listrik selama tiga bulan selama pandemi virus korona ini, malah PLN sering padam dengan alasan perawatan,” ujarnya.
Di tengah kondisi semacam itu, anak-anak mulai melepas buku pelajaran. Mereka bermain atau pergi ke kebun membantu orangtua. Masa pandemi Covid-19 ini seperti liburan panjang yang tak jelas kapan akan berakhir. Menurut Dance, siswa di desa tersebut serta desa-desa pedalaman dan terpencil lainnya belum bisa diajak untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar jarak jauh.
Piliana merupakan desa yang berada di bawah kaki Gunung Binaiya di Pulau Seram. Untuk mencapai desa itu, dari Ambon menumpang kapal cepat selama dua jam, kemudian melewati jalan darat sejauh hampir 130 kilometer. Medan jalan sekitar 5 kilometer sebelum desa itu menanjak tajam dengan kondisi rusak parah. Hampir semua warga di desa itu hidup di bawah garis kemiskinan.
Sementara itu, di Kota Ambon, banyak guru tidak lagi memberikan penugasan kepada siswa. Siswa hanya diminta mengikuti pelajaran yang ditayangkan lewat TVRI. ”Setiap menjelang siaran, anak-anak sudah harus standby di depan televisi. Kami, orangtua, mengawasi mereka,” kata Abdul F Nur, orangtua murid siswa SD Negeri 13 Kota Ambon.
Sebelumnya, beberapa hari setelah kegiatan belajar-mengajar di sekolah diliburkan akibat pandemi Covid-19, sejumlah sekolah memberlakukan pembelajaran jarak jauh. Setiap wali kelas atau guru mata pelajaran memberikan tugas lewat aplikasi percakapan. Jaringan internet di Ambon pun relatif lebih lancar.
Menurut pantauan Kompas di kompleks Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, pada saat jam tayang pelajaran di TVRI, banyak anak masih bermain di luar rumah. Hampir setiap hari mereka berkumpul lalu bermain bola dan kejar-kejaran. Jumlah mereka belasan orang. Mereka tidak menjaga jarak dan tidak mengenakan masker.
Sekretaris Daerah Kota Ambon AG Latuheru mengatakan, dinas pendidikan akan mengevaluasi pembajaran jarak jauh sebagaimana edaran Wali Kota Ambon pada awal liburan pandemi Covid-19 Maret lalu. ”Dinas akan melakukan evaluasi terhadap apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak sekolah dan guru-guru,” katanya.
Namun, ia juga meminta para orangtua agar memperhatikan jam belajar anak-anak. Orangtua wajib mengambil tanggung jawab itu. Di tengah pandemi seperti saat ini, segala hal berkaitan dengan pembelajaran serba terbatas sehingga diperlukan kesadaran keluarga. Ia juga berjanji memerintahkan setiap ketua RT untuk menertibkan anak-anak yang masih bermain secara berkelompok.