Sekolah Menyiasati Kendala Teknologi Belajar Jarak Jauh
Karena kendala teknologi, sejumlah sekolah tidak dapat memanfaatkan laman pembelajaran darnig yang disediakan pemerintah bersama swasta.
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah sekolah menghadapi kendala dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh karena tidak semua siswa dapat mengakses internet di rumah mereka. Jangankan untuk pembelajaran daring, untuk pembelajaran jarak jauh pun terkendala teknologi. Sekolah akhirnya menyesuaikan kondisi siswa agar proses belajar-mengajar dapat berjalan selama libur sekolah untuk menekan penyebaran virus korona baru ini.
Banyak siswa yang hanya mempunyai perangkat telepon seluler dengan fasilitas untuk melakukan dan menerima panggilan serta mengirim dan menerima pesan singkat (short message service) saja. Bahkan, tak jarang perangkat itu pun milik orangtuanya. Demikian pula belum semua siswa dapat menggunakan perangkat komputer dengan baik, terutama siswa sekolah dasar, sehingga mereka tidak bisa mengakses laman pendidikan daring.
”Karena kebanyakan orangtua siswa tidak bisa menggunakan aplikasi pembelajaran daring, kami menggunakan aplikasi Whatsapp untuk menyampaikan tugas-tugas kepada siswa. Untuk siswa yang orangtuanya hanya punya HP (telepon seluler) untuk telepon dan SMS saja, bisa minta bantuan temannya,” kata Sara Tania, guru kelas III SD Negeri Sukamaju Baru 02, Depok, Jawa Barat, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (18/3/2020).
Jangankan untuk pembelajaran daring, untuk pembelajaran jarak jauh pun terkendala teknologi.
Tania mengatakan, ada dua siswanya yang tidak bisa mengakses aplikasi Whatsapp. Dia hanya bisa berharap dua siswanya tersebut mendapat bantuan siswa lain agar tidak tertinggal selama masa belajar di rumah hingga akhir Maret ini. Setiap hari siswa mendapat tugas yang harus dikerjakan dan dikirimkan kepada guru pada hari itu juga.
Di SD Negeri Ciater 2 Kota Tangerang, Banten, pun demikian. Para guru menggunakan aplikasi Whatsapp untuk metode belajar-mengajar jarak jauh ini. Kendalanya, jika ada siswa yang kurang paham dengan bahan ajar yang diberikan, siswa harus telepon guru. ”Itu dia, saya kesulitan juga dengan sistem (jarak jauh) ini. Yang namanya pelajaran tatap muka saja banyak siswa yang sering kali tidak paham, apalagi dengan jarak jauh begini,” kata Rodiah, guru kelas III.
Meskipun begitu, kata Rodiah, respons orangtua yang positif sangat membantu dalam pembelajaran jarak jauh ini. Bahkan, tak sedikit orangtua yang proaktif bertanya kepada guru jika anaknya kesulitan memahami materi pelajaran yang ada di buku paket. ”Saya biasanya menjelaskan melalui aplikasi voice note agar orangtua paham dan kemudian bisa mengajari anaknya,” katanya.
Grup Whatsapp
Membuat grup Whatsapp menjadi salah satu solusi untuk menghadapi kendala pembelajaran daring, seperti dilakukan di SMP Tirta Buaran Serua, Kota Tangerang, Banten. ”Setiap kelas mempunyai grup Whatsapp yang dikoordinasi wali kelas. Tugas dari guru mata pelajaran untuk siswa disampaikan melalui wali kelas, demikian juga siswa mengumpulkan tugas melalui wali kelas. Kalau ada siswa yang kurang jelas, bisa telepon langsung guru mata pelajaran,” kata Dea Gusvita, guru Bahasa Indonesia.
Dea mengatakan, tidak semua siswa aktif bertanya dengan menghubungi guru mata pelajaran jika kurang memahami materi pelajaran yang dipelajari di rumah. Ada juga yang tidak langsung mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. ”Mungkin tidak ada kuota (internet). Hanya sekitar separuh siswa yang aktif bertanya (telepon guru),” katanya. Karena itu, penjelasan bahan pelajaran akan dilakukan saat para siswa sudah masuk kembali.
Selain menggunakan aplikasi Whatsapp, SD Smart Eureka Kota Depok juga menggunakan metode audiovisual selama pembelajaran jarak jauh. Terlebih dulu guru membuat grup Whatsapp dengan orangtua siswa untuk menginfomasikan tugas dan materi pelajaran yang harus dipelajari siswa.
”Tiap pagi diabsen apakah sudah siap online atau belum. Kemudian tiap pukul 10.00 guru memberi tugas untuk dikerjakan, misalnya di buku cetak (paket) halaman sekian sampai sekian. Setelah anak-anak selesai mengerjakan tugas, difoto dan dikirim japri (jalur pribadi) ke guru, ditunggu sampai pukul 20.00,” kata Anastasia, salah satu orangtua siswa SD Smart Eureka.
Kepala SD Smart Eureka Kota Depok Hizkia Tabitha dan Ayu, salah satu guru, mengatakan, sejauh ini, pembelajaran jarak jauh di tempatnya berlangsung dengan lancar. ”Pendidik perlu mengetahui dan mempelajari metode pengajaran agar dapat menyampaikan materi dan dimengerti dengan baik oleh peserta didik,” kata Ayu.