Awal Ramadhan, Penjualan Sandang Terus Meningkat Signifikan
Pelonggaran protokol kesehatan membuat aktivitas perdagangan produk sandang di sejumlah pasar di DKI Jakarta meningkat signifikan. Bank Indonesia siapkan uang kartal Rp 40,7 triliun untuk Jabodetabek.
Oleh
RHAMA PURNA JATI, BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelonggaran protokol kesehatan membuat aktivitas perdagangan produk sandang di sejumlah pasar di DKI Jakarta meningkat signifikan. Omzet pedagang pun meningkat dibandingkan dengan Ramadhan tahun lalu. Peningkatan geliat ekonomi itu terlihat dari melonjaknya kebutuhan uang di awal Ramadhan.
Berdasarkan pantauan Kompas di dua pasar di DKI Jakarta, terlihat geliat pembelian pakaian di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat dan Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, cukup ramai. Walaupun aktivitas hanya berlangsung setengah hari, kondisi jual-beli jauh lebih baik dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.
Hal ini dirasakan oleh Harry (33) yang mengalami peningkatan omzet cukup signifikan pada Ramadhan tahun ini. Walau belum sebaik sebelum pandemi Covid-19, omzet jualannya meningkat sekitar 100 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada Ramadhan tahun ini, dia bisa menjual 100 setel pakaian per harinya dengan pendapatan sekitar Rp 3,3 juta per hari. Jumlah itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan Ramadhan tahun lalu di mana rata-rata dia hanya menjual 50 setel per hari karena berkurangnya aktivitas di dalam pasar.
Harry memprediksi, penjualan pakaian baru akan meroket dua minggu menjelang Idul Fitri. ”Saya berharap, penjualan baju per hari bisa mencapai 200 setel per hari. Itu sudah cukup. Memang jauh dari penjualan pakaian menjelang Idul Fitri saat sebelum pandemi. Waktu itu, saya bisa menjual hingga 400 setel pakaian per hari,” ujarnya.
Wilayah Jabodebek menjadi daerah yang paling besar dalam pemenuhan uang kartal selama Ramadhan di luar daerah kepulauan.
Hal serupa juga dirasakan oleh Angga (47), pedagang celana jins di Pasar Cipulir, Jakarta Selatan. Saat ini dalam satu hari dia bisa menjual hingga 10 lusin celana jins. Jauh lebih baik dibanding Ramadhan tahun lalu, yang hanya bisa menjual sekitar 2 lusin celana jins per hari.
Bahkan ketika pertama kali pandemi masuk di Jakarta, pasar ini tutup sehingga tidak ada aktivitas sama sekali selama dua bulan berturut-turut. Pada kondisi itu, dia mencoba untuk berjualan di tempat lain demi mengais peruntungan.
Namun, saat ini pemesanan dari luar kota tidak sepesat sebelum pandemi Covid-19. Biasanya, banyak penjual dari Indonesia timur yang datang ke Pasar Cipulir untuk memesan celana yang akan kemudian dijual lagi di sana.
Angga sendiri punya beberapa pelanggan dari Ambon, Makassar, hingga Papua. ”Namun tahun ini, mereka belum datang ke sini,” kata Angga yang sudah berjualan di Pasar Cipulir sejak 30 tahun lalu.
Nada pesimistis disampaikan oleh Ahmed (52), pedagang celana di Cipulir. Penjualan saat ini memang meningkat sekitar 20 persen dibanding Ramadhan tahun lalu. Namun ia memprediksi lonjakan penjualan tidak akan sepesat sebelum pandemi, mengingat saat ini konsumen lebih memilih untuk menyimpan uangnya lantaran harga pangan dan energi yang terus melonjak.
”Daripada beli baju lebih baik buat makan,” katanya. Meskipun begitu, dia tetap akan membuka lapak dagangannya agar tetap memperoleh pendapatan.
Sebelumnya, Hery Supriatna, Manager Promosi Blok A Tanah Abang, mengatakan, jumlah pengunjung di tempatnya pada tahun ini sudah meningkat sejak Februari. Jumlah pengunjung pun bisa 80-90 persen kapasitas pusat perbelanjaan atau dua sampai tiga kali lipat rata-rata kunjungan di 2021 dan 2020, (Kompas.id, 30 Maret 2022).
”Tiga minggu terakhir, rata-rata jumlah pengunjung 25.000 sampai 30.000 orang per hari. Padahal, setelah lockdown di pertengahan 2021, rata-rata kunjungan 10.000 per hari,” katanya saat dihubungi lewat telepon kala itu.
Menanggapi ramainya pasar jelang Ramadhan, Gatra Vaganza, Manager Humas Perumda Pasar Jaya pada 29 Maret lalu, mengatakan, tidak ada kebijakan khusus untuk memperketat kontrol arus pengunjung. ”Sejauh ini belum ada. Kami mengikuti aturan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) level 2 saat ini saja,” katanya.
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 15 Tahun 2022, selama PPKM level 2, kegiatan pada pusat perbelanjaan, mal, atau pusat perdagangan dibuka dengan kapasitas maksimal 75 persen sampai dengan pukul 21.00.
Anak usia di bawah 12 tahun diperbolehkan masuk, tetapi wajib didampingi orangtua. Anak usia enam tahun sampai dengan 12 tahun wajib menunjukkan bukti vaksinasi minimal dosis pertama.
Uang kartal
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Marlinson Hakim dalam konferensi pers terkait kesiapan penukaran rupiah baru dan sistem pembayaran saat Ramadhan dan Idul Fitri, menjelaskan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari meningkatnya aktivitas ekonomi. Hal ini berdampak pada meningkatnya permintaan rupiah yang cukup signifikan.
Untuk memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) selama Ramadhan 2022, Bank Indonesia menyiapkan uang Rp 40,7 triliun atau setara dengan 23 persen dari total uang yang disiapkan untuk seluruh Indonesia, yakni Rp 175,26 triliun.
Marlinson merinci untuk wilayah Jabodebek terdiri dari uang pecahan besar (UPB) Rp 34,02 triliun dan uang pecahan kecil (UPK) Rp 6,69 triliun. UPB terdiri dari uang pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000, sedangkan UPK terdiri pecahan Rp 1.000 sampai dengan Rp 20.000.
Adapun UPB yang disiapkan untuk Jabodebek tahun ini bertumbuh 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yakni Rp 29,81 triliun. Begitu pula besaran UPK yang disiapkan untuk Jabodebek tahun tumbuh 33 persen dari periode yang sama tahun 2021, yakni Rp 5,01 triliun.
”Wilayah Jabodebek menjadi daerah yang paling besar dalam pemenuhan uang kartal selama ramadan di luar daerah kepulauan,” ujar Marlinson.