5 Orang Meninggal dalam Dua Minggu di Sumsel, Beberapa Belum Vaksin Lengkap
Dalam dua minggu terakhir, lima orang meninggal akibat Covid-19 di Palembang, Sumatera Selatan. Mereka diketahui memiliki penyakit penyerta dan belum menjalani vaksinasi secara lengkap.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Dua pekan terakhir, lima orang meninggal akibat Covid-19 di Palembang, Sumatera Selatan. Mereka diketahui memiliki penyakit penyerta dan belum menjalani vaksinasi secara lengkap. Percepatan vaksinasi terus dilakukan untuk mengurangi risiko sakit, bahkan kematian, akibat Covid-19.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy, Selasa (15/2/2022), di Palembang. Kelima orang yang meninggal merupakan pasien yang dirawat di empat rumah sakit di Palembang. ”Memang kasus kematian terbanyak terjadi dalam dua hari terakhir, yakni mencapai empat orang, sedangkan satu kasus terjadi di awal Februari,” ujarnya.
Lesty menyampaikan, pasien yang meninggal diketahui memiliki penyakit penyerta. Namun, belum diketahui apakah mereka terpapar varian Omicron atau tidak. ”Untuk memastikan sebuah sampel itu Omicron atau tidak, membutuhkan waktu paling cepat dua minggu,” katanya.
Selain itu, pasien yang meninggal tersebut, beberapa di antaranya belum menjalani vaksinasi lengkap. Hal ini tentu menjadi peringatan bagi seluruh warga untuk segera mempercepat vaksinasi.
Hingga saat ini, ujar Lesty, cakupan vaksinasi di Sumsel untuk dosis pertama sudah cukup baik karena sudah menyentuh angka 91,44 persen. Namun, vaksinasi dosis kedua baru mencapai 57,51 persen.
Ada empat daerah yang cakupan vaksinasi dosis keduanya masih di bawah 50 persen, yakni Ogan Komering Ulu Selatan (42,93 persen), Ogan Komering Ilir (43,21 persen), Ogan Ilir (45,72 persen), dan Banyuasin (47,40 persen). Untuk mengantisipasi kesenjangan ini, menurut Lesty, akan dilakukan realokasi vaksin agar kebutuhan vaksin di empat daerah tersebut bisa terpenuhi.
Percepatan vaksinasi ini juga telah didukung dengan diterbitkannya Instruksi Gubernur Sumatera Selatan. ”Harapannya, dengan banyak orang yang telah divaksin, risiko kematian atau keparahan sakit juga dapat berkurang,” kata Lesty.
Selain percepatan vaksinasi, lanjut Lesty, tiga daerah di Sumsel juga harus menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3. Daerah itu adalah Palembang, Prabumulih, dan Ogan Komering Ulu.
Penetapan tersebut berdasarkan tingkat respons tenaga kesehatan, ketersediaan tempat tidur, dan peningkatan kasus dalam beberapa minggu terakhir. ”Memang dalam beberapa hari terakhir ada peningkatan kasus di Sumsel,” ucap Lesty.
Namun, per Senin (14/2/2022) mulai terjadi penurunan kasus positif. Ia berharap masa puncak sudah berakhir. Masa puncak kasus Covid-19 di Sumsel terjadi pada Minggu (13/2) dengan jumlah kasus positif mencapai 639 kasus. Namun, pada Senin (14/2) jumlah kasus menurun menjadi 480 kasus.
Dengan penetapan PPKM level 3 ini, daerah-daerah tersebut harus melakukan sejumlah pembatasan, seperti untuk sektor non-esensial orang yang bekerja di kantor dibatasi menjadi 50 persen, sisanya bekerja dari rumah. Sementara untuk sektor esensial bisa menjalani kegiatan 100 persen dengan protokol kesehatan ketat. ”Mengenai perkembangannya akan dievaluasi setiap minggu,” kata Lesty.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, pemberlakuan PPKM di tiga kota tersebut diharapkan dapat mengurangi risiko penularan. Namun, jangan sampai mengganggu aktivitas perekonomian. ”PPKM kali ini lebih fleksibel. Protokol kesehatan memang diperketat, tetapi kegiatan ekonomi bisa terus berjalan,” tuturnya.
Disinggung mengenai pasien yang meninggal, Herman akan memastikan apakah itu karena Covid-19 atau memang mereka memiliki penyakit penyerta yang sudah parah. ”Akan kita selidiki kasus tersebut,” ucap Herman.
Warga yang merasakan gejala ringan atau tidak bergejala agar melakukan isolasi mandiri secara benar. Berbeda jika mereka sudah memiliki gejala sedang atau berat yang tentu akan membutuhkan penanganan medis lebih lanjut.
Sebelumnya, pakar molekuler Universitas Sriwijaya, Yuwono, telah memperkirakan kasus Covid-19 varian Omicron di Sumsel akan lebih cepat hilang dibandingkan dengan varian Delta. Sebab, ketika tren perkembangan sebuah virus cepat, penurunannya juga akan lebih cepat. Berbeda ketika varian Delta yang membutuhkan waktu 8 bulan untuk mencapai masa puncak sehingga proses pelandaian kasus juga lebih lama.
Dia pun menyarankan agar warga yang merasakan gejala ringan atau tidak bergejala agar melakukan isolasi mandiri secara benar. Berbeda jika mereka sudah memiliki gejala sedang atau berat yang tentu akan membutuhkan penanganan medis lebih lanjut. ”Kita tetap harus waspada, tetapi jangan panik,” ujar Yuwono.