logo Kompas.id
Bebas AksesTerus Berlari biar Bahagia
Iklan

Terus Berlari biar Bahagia

Dengan berlari, hormon yang memicu rasa bahagia bisa diproduksi tubuh lebih baik. Oleh karena itu, beberapa orang merasa melepaskan stres setelah berlari.

Oleh
DEONISIA ARLINTA
· 5 menit baca
Anggota komunitas lari RUNMDN latihan lari santai di tengah gerimis di Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (26/10/2023). Dalam beberapa tahun ini, komunitas lari berkembang pesat di Kota Medan.
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Anggota komunitas lari RUNMDN latihan lari santai di tengah gerimis di Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (26/10/2023). Dalam beberapa tahun ini, komunitas lari berkembang pesat di Kota Medan.

Berlari merupakan olahraga yang mudah dan murah. Berlari juga bisa dilakukan kapan pun dan oleh siapa pun. Banyak manfaat kesehatan yang didapatkan dengan berlari. Aktivitas berlari bisa membuat orang yang menjalankannya menjadi lebih bahagia.

Hal itu pula yang menjadi alasan bagi Sartika T (31), pegawai swasta di Jakarta Selatan untuk terus menekuni olahraga lari. Awal ia mencoba untuk menjalani olahraga lari justru bukan karena alasan untuk meningkatkan kesehatan fisik, melainkan lebih untuk kesehatan mentalnya.

”Awalnya lari itu malah sebagai pelarian buat kesehatan mental karena kerjaan yang lagi overload. Jadi, saya coba lari sepulang kerja. Setelah berlari, saya yang tadinya stres jadi terasa plong. Bukan berlebihan, lari benar-benar membuat saya lebih bahagia,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Rabu (15/11/2023).

Selain itu, Tika merasa, setelah mulai rutin berlari, setidaknya setiap dua minggu sekali, ia lebih mudah untuk tidur lebih cepat pada malam hari. Olahraga lari pun kini menjadi sebuah kebutuhan bagi dirinya untuk tetap waras dan sehat.

Baca juga: Para Penyebar ”Virus” Lari di Nusantara

”Lari ini, menurut saya, juga olahraga yang paling murah asal lari tidak terlalu mengikuti tren gear (perlengkapan) lari yang mahal-mahal. Kalau saya, paling cuma investasi di sepatu agar tidak cedera,” ucap Tika.

Sejumlah orang berlari bersama.
SARIE FEBRIANE

Sejumlah orang berlari bersama.

Semangatnya untuk lari semakin besar karena banyak teman di sekelilingnya yang memiliki hobi yang sama. Beberapa kali, ia memberanikan diri untuk mengikuti ajang lari maraton.

Manfaat baik dari olahraga lari juga dirasakan Sekar Rarasati (30). Pegawai swasta yang tinggal di Jakarta Selatan tersebut merasa hal yang paling berubah setelah ia rutin menjalankan olahraga lari ialah tingkat kebugaran pada tubuhnya. Sebelum ia rutin berlari, untuk berjalan menaiki jembatan penyeberangan orang (JPO) saja dirasa sangat melelahkan.

”Saya sangat ngos-ngosan kalau harus menyeberang JPO. (Saya) butuh berhenti untuk bernapas. Padahal, waktu itu usia saya masih sekitar 25 tahun-an. Berbeda dengan sekarang, saya bisa berlari dengan stabil dengan jarak 21 kilometer, bahkan 30 kilometer, tuturnya.

Menurut Sekar, berlari menjadi pilihan olahraga yang membuatnya senang dalam menjalaninya. Lari bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun. Dengan berlari, kondisi tubuhnya juga semakin baik. Berat badannya bisa terjaga dan berbagai risiko penyakit pun bisa dicegah.

Hormon

Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Ria Lestari, menyampaikan, olahraga termasuk berlari dapat membuat tubuh memproduksi hormon dopamin, serotonin, dan endorfin. Hormon tersebut dapat memicu timbulnya rasa bahagia pada seseorang.

Pelari peserta Bootcamp Bank Jateng Young Talent berlari cepat 300 meter di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (19/10/2023). Sebanyak 25 pelari berusia 15-18 tahun dari sejumlah daerah mengikuti kegiatan untuk mengasah kemampuan mereka agar kelak dapat jadi atlet profesional. Peserta kegiatan ini akan ikut berlomba pada ajang Borobudur Marathon kategori Young Talent 10K tanggal 19 November 2023 mendatang di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pelari peserta Bootcamp Bank Jateng Young Talent berlari cepat 300 meter di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (19/10/2023). Sebanyak 25 pelari berusia 15-18 tahun dari sejumlah daerah mengikuti kegiatan untuk mengasah kemampuan mereka agar kelak dapat jadi atlet profesional. Peserta kegiatan ini akan ikut berlomba pada ajang Borobudur Marathon kategori Young Talent 10K tanggal 19 November 2023 mendatang di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

”Itulah kenapa setelah seseorang selesai berlari, ia akan merasa lebih lega dan bahagia. Itu juga yang membuat orang justru merasa berlari bisa menyenangkan dan merasa ingin kembali melakukannya,” ujarnya.

Iklan

Dengan rutin berlari, seseorang bisa memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Pikiran pun bisa lebih tajam serta lebih mudah fokus pada suatu hal. Bagi seseorang dengan kepribadian tertutup atau introvert, berlari dapat menjadi cara yang tepat untuk menghabiskan waktu untuk diri sendiri (me time) sambil mendengarkan musik atau sekarang mendengarkan siniar (podcast) dan buku dalam bentuk suara (audio book).

Olahraga termasuk berlari dapat membuat tubuh memproduksi hormon dopamin, serotonin, dan endorfin. Hormon tersebut dapat memicu timbulnya rasa bahagia pada seseorang.

Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sekaligus Ketua Bidang Penelitian Pengembangan dan Survei Keprofesian Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Listya Tresnanti Mirtha menambahkan, banyak studi menyebut berlari memiliki banyak manfaat kesehatan secara fisik dan mental. Berlari pun bisa meningkatkan kebugaran yang bermanfaat dalam jangka pendek dan panjang.

Dengan rutin berlari, kesehatan jantung bisa terjaga. Berlari dapat melatih kekuatan jantung agar lebih kuat. Selain itu, berlari juga dapat meningkatkan kesehatan tulang, otot, dan sendi. Stamina bisa lebih baik dengan berlari secara rutin.

Baca juga: Berjalan 8.000 Langkah Sehari Kurangi Risiko Kematian Dini

”Berlari dapat menjadi alternatif olahraga yang jika dilakukan secara rutin dapat efektif membakar lemak di dalam tubuh. Berat badan bisa terjaga sehingga risiko obesitas bisa dikurangi,” kata Listya.

Para pelari Bank Jateng Friendship Run Medan mengangkat handuk bertuliskan parsadaan (persatuan) seusai menyelesaikan 5 kilometer lintasan di Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu (17/9/2023). Acara yang membawa semangat Voice of Unity itu merupakan rangkaian Borobudur Marathon 2023 Powered by Bank Jateng.
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Para pelari Bank Jateng Friendship Run Medan mengangkat handuk bertuliskan parsadaan (persatuan) seusai menyelesaikan 5 kilometer lintasan di Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu (17/9/2023). Acara yang membawa semangat Voice of Unity itu merupakan rangkaian Borobudur Marathon 2023 Powered by Bank Jateng.

Tidak hanya itu, berlari dapat meningkatkan kualitas tidur serta meningkatkan kinerja otak. Sirkulasi darah menjadi lebih lancar sehingga oksigen yang masuk ke jaringan tubuh, termasuk otak bisa lebih baik. Penurunan daya ingat pun bisa dicegah.

Berlari dengan tepat

Ria menuturkan, manfaat yang didapatkan dari olahraga lari bisa optimal apabila aktivitas fisik tersebut dilakukan dengan benar. Sesuai dengan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), aktivitas fisik perlu dilakukan minimal 150 menit per minggu atau sekitar 30 menit per hari selama lima hari dalam seminggu.

Sebelum berolahraga, pastikan pula untuk melakukan pemanasan. Gerakan pemanasan yang benar sebelum berlari dengan melakukan gerakan dynamic warm-ups. Gerakan tersebut dilakukan menyerupai dengan gerakan yang dilakukan ketika berlari. Area tubuh yang lebih banyak melakukan gerakan pemanasan pada bagian area panggul.

Ria menambahkan, setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing ketika berlari. Karena itu, dengarkan kemampuan tubuh ketika berlari. Jangan terlalu emosi dan terburu-buru dalam berlari. Penggunaan jam pintar (smart watch) bisa membantu untuk menghitung denyut jantung yang ideal saat berolahraga.

Atlet dayung Indonesia melakukan pemanasan saat berlatih di arena dayung kompleks olahraga Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (18/8/2018).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Atlet dayung Indonesia melakukan pemanasan saat berlatih di arena dayung kompleks olahraga Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (18/8/2018).

”Sebelum melakukan olahraga, termasuk olahraga lari, disarankan untuk mengikuti tes PAR-Q. Tes itu untuk menilai seberapa besar kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas fisik. Ada tujuh pertanyaan, seperti apakah ada nyeri dada ketika beraktivitas fisik. Jika dari tujuh pertanyaan itu, ada satu dengan jawaban ”ya”, disarankan untuk konsultasi ke dokter, terutama dokter olahraga sebelum melakukan aktivitas fisik,” ujarnya.

Maraton

Terkait dengan aktivitas maraton yang saat ini banyak dilakukan masyarakat, menurut Ria, persiapan matang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk turut dalam kegiatan lari jarak jauh tersebut. Persiapan untuk memutuskan mengikuti maraton perlu waktu yang cukup panjang. Untuk mengikuti maraton dengan jarak 5 kilometer saja butuh waktu sekitar tiga bulan.

Baca juga: Borobudur Marathon, Inspirasi Kreasi Penuh Arti dari Lintasan Lari

Jarak yang dipilih dalam lari mataron perlu bertahap. Latihan yang dilakukan untuk mengikuti maraton dengan jarak tempuh yang lebih panjang pun tidak bisa sembarangan. Adanya pelatih atau pendamping diperlukan agar persiapan yang dilakukan lebih tepat.

”Banyak hal yang harus disiapkan sebelum maraton. Seseorang harus latihan kekuatan otot. Pastikan juga fondasinya sudah baik. Mulailah dari jarak yang kecil. Mantapkan dulu fondasinya untuk bisa melanjutkan jarak yang lebih jauh,” ucapnya.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000