Borobudur Marathon, Inspirasi Kreasi Penuh Arti dari Lintasan Lari
Selalu ada beragam kisah baik muncul dari lintasan lari. Borobudur Marathon ingin menjadi tempat mewujudkannya selalu penuh arti.
Mengusung tema semangat persaudaraan, Borobudur Marathon 2023 bakal semakin menegaskan ajang lari adalah milik semua. Banyak pintu kebahagiaan dan kesejahteraan baru terbuka bagi orang di sekitarnya. Semua menjadi modal baik untuk kembali kuat selepas pandemi.
Minggu (4/6/2022) subuh, tangan Siti Mundia (53) cekatan mengemas kuliner buatannya, mangut ikan beong, ke dalam wadah makanan. Anaknya, Laila Nurul Hakim (29), juga tidak kalah sigap. Laila telaten memasukan orek tempe dan beragam lalapan ke tempat yang sama.
Dingin udara di pelataran Balai Kota Bandung, Jawa Barat, seperti tidak mampu menghapus semangat mereka. Lelah harus menyiapkan makanan sejak sehari sebelumnya terbayar dengan tingginya pesanan mangut beong.
”Pesanannya mencapai 600 porsi. Sejauh ini terbesar di 2023. Ini menjadi semangat bagi kami, Mangut Iwak Bu Siti, bangkit lagi setelah Covid-19,” kata Siti semringah, yang usahanya sempat tersendat akibat pandemi.
Mangut Iwak Bu Siti merupakan satu dari empat kuliner khas Magelang, Jawa Tengah, yang disajikan dalam acara Bank Jateng Friendship Run 2023 di Bandung, Minggu. Bersama Telo Badjingan, Ayam Geprek Mbak Bah, dan Jamu Gendhis Arum, mangut iwak memanjakan lidah sedikitnya 1.000 pelari.
Baca juga: Jakarta, Kota Pertama ”Bank Jateng Friendship Run”
Berangkat dan finis di Balai Kota Bandung, para pelari melintasi kawasan ikonik, seperti Braga, Cicendo, hingga Padjadjaran. Total jarak yang ditempuh 5 kilometer.
Bandung merupakan satu dari 10 kota yang akan menggelar acara serupa. Kota lainnya adalah Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, Banjarmasin, Medan, dan Palembang. Diperkirakan diikuti lebih kurang 10.000 orang, semuanya seperti hendak mengantar para pelari menuju Borobudur Marathon 2023 Powered by Bank Jateng.
Digelar atas kerja sama Pemerintah Provinsi Jateng, Bank Jateng, Yayasan Borobudur Marathon, dan Harian Kompas, ajang itu akan digelar pada 19 November. Tema tahun ini ”Voice of Unity” untuk menyuarakan semangat persatuan masyarakat Indonesia.
Bahagia dan sejahtera
Sejauh ini, Siti merasakan semangat itu. Tidak heran, Borobudur Marathon selalu ia nantikan sejak pertama kali ikut di tahun 2019. Diramaikan ribuan pelari dari daerah-daerah di Indonesia, dia kebanjiran pesanan sekaligus menambah pelanggan baru.
”Mangut beong yang diambil langsung dari Sungai Elo dan Sungai Progo yang melintasi Magelang ini menjadi favorit. Kini, ratusan porsi terjual setiap minggu,” katanya.
Akan tetapi, lebih dari sekadar keuntungan ekonomi, Borobudur Marathon juga membuat Siti disiplin merawat kulinernya. Lewat pelatihan dari mentor berpengalaman, ia kini ketat memilih bahan terbaik. Hanya ikan segar yang ia gunakan. Kebersihan saat penyajian juga tidak pernah dilupakan.
”Saya juga terpacu berkreasi. Khusus untuk para pelari, misalnya, mangut dibuat tanpa santan dan tidak terlalu pedas,” kata Siti yang mendapat kesempatan hadir di Friendship Run di Medan dan Surabaya.
Bagi Widya Kusuma Wati (38), Borobudur Marathon, juga punya peran unik selain mendatangkan cuan. Kepercayaan dirinya naik setelah terpilih menjadi salah satu kuliner pendukung. Ujungnya, ia tidak sungkan mengeksplorasi banyak menu baru.
Borobudur Marathon berhasil menyampaikan kepada banyak orang bahwa ajang lari tidak hanya milik pelari. Lewat sajian kuliner dan karya UMKM lainnya, banyak orang bisa merasakan kebahagiaan dan kesejahteraan lebih baik. (Agus Prayogo)
Telo badjingan, yang ia bawa ke Bandung, menjadi contohnya. Ditawarkan sejak Borobudur Marathon 2019, ia kembali dengan kreativitas di tahun ini. Tetap menggunakan bahan utama singkong asli Magelang, Widya memilih gula aren ketimbang gula pasir karena dianggap lebih menyehatkan. Dia juga hanya sedikit membubuhkan garam, tapi menaburkan keju untuk menjaga rasa gurih.
”Meski UMKM, inovasi tidak boleh berhenti,” kata pemilik usaha Widy’s Kitchen ini. Selain Bandung, menu istimewa ini juga akan hadir di Friendship Run di Makassar.
Inovasi pelaku kuliner Magelang itu tidak bertepuk sebelah tangan. Atlet lari nasional, Agus Prayogo, mengatakan, kehadiran ragam kuliner lokal adalah ciri khas Borobudur Marathon. Katanya, hal serupa sulit ditemukan di ajang lari lainnya.
”Borobudur Marathon berhasil menyampaikan pada banyak orang, bahwa ajang lari tidak hanya milik pelari. Lewat sajian kuliner dan karya UMKM lainnya, banyak orang bisa merasakan kebahagiaan dan kesejahteraan lebih baik,” katanya.
Baca juga: ”Friendship Run” Pamungkas Digelar di Makassar, Borobudur Marathon 2022 Siap Dihelat
Milik Indonesia
Potensi kesejahteraan yang lebih baik bukan isapan jempol. Berdasarkan survei Litbang Kompas, dalam rentang 2016-2019, lebih dari Rp 72 miliar keluar dari kantong para pelari peserta Borobudur Marathon.
Total pengeluaran pelari terbesar ada di tahun 2019 mencapai Rp 30,50 miliar. Bahkan, dalam Borobudur Marathon 2021, setiap pelari mengeluarkan kocek hingga Rp 6,3 juta. Porsi pengeluaran terbesar untuk hiburan dan rekreasi yang mencapai Rp 1,9 juta (Kompas.id, 12/11/2022).
”Kompas tidak sekadar membuat event. Dalam setiap kegiatan itu ada penelitian dan menunjukkan seberapa besar uang yang berputar. Saat Borobudur Marathon diselenggarakan, ada peningkatan perputaran uang, dan itu menggairahkan perekonomian,” ujar Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo.
Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chi An juga melihat potensi besar dari ajang pariwisata olahraga dalam meningkatkan perekonomian. Karena itu, dia juga ingin daerah lain merasakan hal yang sama sekaligus mendekatkan ajang Borobudur Marathon kepada lebih banyak pelari.
”Dampaknya terasa oleh masyarakat di sekitar Candi Borobudur. Saat kegiatan, penginapan dan UMKM semakin ramai. Di Bandung, kami ingin mengajak lebih banyak pelari untuk mengenal lebih dekat Borobudur Marathon,” ujarnya
Hal senada dinyatakan Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno. Ikut berlari bersama para peserta, dia melihat semangat dari kemeriahan para pelari dalam ajang yang menjadi rangkaian Borobudur Marathon tersebut.
”Ajang ini tidak hanya milik daerah sekitar Borobudur. Borobudur Marathon ini dari Jateng untuk Indonesia,” ujarnya.
Kenalkan budaya
Kehadiran Asep Gumilar Hidayat (40), peserta lari, memperlihatkan semangat merawat keindonesiaan itu. Saat berlari, dia menggunakan kostum gunungan wayang berwarna emas. Mahkota berwarna serupa juga menghiasi kepala salah satu pelari ultra ini. Total berat kostumnya 7 kilogram.
”Ini bentuk penghormatan saya pada maestro wayang golek Tanah Air, Asep Sunandar Sunarya. Momennya pas. Beliau berasal dari Bandung,” katanya.
Asep mengatakan, persiapannya tidak sebentar. Ia butuh tiga bulan agar kostumnya tetap nyaman ketika dipakai berlari. Hasilnya, seperti yang ia harapkan. Ia finis tanpa cedera. Keinginannya membuat banyak orang mengenal sosok Asep Sunandar Sunarya kesampaian.
Ajang ini tidak hanya milik daerah sekitar Borobudur. Borobudur Marathon ini dari Jateng untuk Indonesia. (Supriyatno)
Tiga konten foto yang menggambarkan kostum tersebut dan diunggah di akun instagram @maharrrrrrrun milik Asep disukai ratusan pengikutnya kurang dari 24 jam. Usaha Asep yang memiliki 14.000 pengikut di Instagram itu pun diganjar Juara Harapan 1 untuk kostum terbaik.
”Ternyata pelari-pelari juga banyak yang tidak kenal beliau, jadi ini menambah pengetahuan mereka,” ujarnya yang kerap ikut ajang lari, termasuk Borobudur Marathon.
Tidak hanya menjadi jalan untuk mengenalkan budaya, Asep juga melihat ajang lari maraton ini sebagai jalan untuk menggairahkan ekonomi masyarakat.
Dia, misalnya, selalu mencicipi jajanan lokal hingga membeli oleh-oleh di setiap kota yang menjadi tempat lomba maraton atau lari rekreasi berlangsung. Kali ini, kehadiran Mangut Iwak Bu Siti, Badjingan Telo, Ayam Geprek Mbak Bah, hingga Jamu Gendhis Arum, sedikit banyak meredakan kerinduannya pada Magelang.
”Makanan itu yang wajib dibawa pulang dari mana pun tempat saya berlari. Jadi, lari itu nomor sekian, jalan-jalan dan makanan tetap nomor satu,” ujarnya sambil tertawa.
Selalu ada beragam kisah baik muncul dari lintasan lari. Borobudur Marathon ingin menjadi tempat mewujudkannya selalu penuh arti.
Baca juga: Borobudur Marathon Terus Berinovasi