Menghadirkan jurnalisme berkualitas menjadi tantangan media massa di tengah disrupsi digital. Dukungan masyarakat dalam mengakses informasi yang valid dari sumber terpercaya sangat penting demi keberlanjutan pers.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
Kompas
Foto tumpukan sejumlah koran yang terbit di Jakarta, Rabu (22/5/2019). Di tengah gempuran media sosial, media arus utama saat ini masih menjadi acuan informasi bagi warga.
JAKARTA, KOMPAS – Disrupsi digital melahirkan tantangan bagi media massa untuk menghadirkan jurnalisme berkualitas. Namun, hal ini membutuhkan dukungan masyarakat dalam mengakses informasi yang valid dari sumber terpercaya.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong mengatakan, produk jurnalisme berkualitas akan mendapat kepercayaan publik yang tinggi. Oleh sebab itu, pers tidak cukup adaptif di tengah disrupsi digital, tetapi juga harus proaktif menghadapi perubahan yang sangat cepat.
“Media harus mengintervensi dan terlibat dalam arus besar disrupsi ini. Menjadi subjek, bukan sebatas objek,” ujarnya dalam diskusi peluncuran Hari Pers Nasional 2022, di Jakarta, Minggu (30/1/2022).
Usman menuturkan, ke depan media massa mesti tetap sebagai media arus utama yang menjadi rujukan. Oleh karenanya, jangan sampai mengekor media sosial serta tidak mengejar umpan klik atau clickbait.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Konten koran dalam bentuk digital Kompas
“Hari Pers Nasional (HPN) menjadi momentum untuk menata ulang pers kita. Tantangan semakin hari semakin luar biasa. Kita berharap HPN 2022 pada 9 Februari mendatang di Kendari (Sulawesi Tenggara) bisa menghasilkan sesuatu bagi kemajuan pers Indonesia,” ucapnya.
Usman menambahkan, pemerintah berkomitmen mendukung keberlanjutan media massa. Komitmen itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam HPN 2020 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
“Kami bersama komunitas pers sedang menyusun publisher rights. Terkait revisi Undang-Undang Penyiaran juga urgen untuk mengatur siapa yang berhak melakukan siaran. Ini harus didorong agar perlindungan terhadap media semakin konkret,” jelasnya.
Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Atal S Depari mengatakan, kemajuan teknologi membuat jurnalisme berubah. Karya jurnalistik tidak lagi cukup dihadirkan melalui tulisan, tetapi juga lewat gambar, statistik, dan item lainnya.
Kondisi ini membuat wartawan harus meningkatkan kompetensinya untuk menjawab kebutuhan itu. “(Kemampuan) wartawan harus komplit, multi-tasking. Kalau ilmunya setengah-setengah, tidak bisa diharapkan,” katanya.
Atal menyebutkan, beberapa media berupaya menggarap jurnalisme berkualitas dibarengi dengan penguatan pemasaran. Namun, tidak mudah menggaet pelanggan yang mau membayar untuk produk jurnalistik tersebut.
“Kemauan berlangganan masih rendah. Maunya gratis. Sikap dan perilaku masyarakat (dalam mengakses informasi) juga harus berubah,” ucapnya.
Menurut Atal, media sosial bertumbuh sangat pesat di tengah perkembangan teknologi digital. Ia menilai diperlukan UU khusus untuk mengatur medsos tersebut.
“Medsos dipakai untuk menyebarkan kebencian dan provokatif. Saya berharap medsos diatur, jangan terus dibiarkan,” ujarnya.
Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch Bangun mengatakan, disrupsi digital telah mengubah perilaku masyarakat dalam mengonsumsi informasi. Umumnya masyarakat ingin mendapatkan informasi secara gratis.
“Masyarakat kita ini pemurah. Ada anak-anak kelaparan, nyumbang. Ada kebakaran, kebanjiran, juga nyumbang. Mengapa tidak menyumbang untuk pers yang melakukan kerja jurnalistik dengan baik?” ujarnya.
Tri Agung Kristanto
Panitia Hari Pers Nasional (HPN) 2022 hari Minggu (30/1/2022) malam di Jakarta meluncurkan rangkaian peringatan HPN 2022 dan pengumuman pemenang Adinegoro 2021, dengan dialog terbuka. HPN 2022 akan berlangsung di Kendari, Sulawesi Tenggara pada 1-9 Februari 2022 dan akan dihadiri Presiden Joko Widodo.
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Agus Suprio berharap HPN 2022 melahirkan resolusi dalam merespons perubahan pers saat ini. Ia mengatakan, salah satu hal yang banyak dikeluhkan saat ini adalah karya jurnalistik yang diagregasikan oleh pihak lain di medsos.
“Mereka mendapatkan keuntungan, tetapi wartawan tidak. Di Eropa, hal seperti ini sudah diatur. Jadi, sangat diharapkan ada resolusi yang memproteksi wartawan. Copyright harus dilindungi,” katanya.
Sekretaris Daerah Sulawesi Tenggara Nur Endang Abbas mengatakan, pihaknya telah siap menjadi tuan rumah HPN 2022 pada 9 Februari mendatang. Penyelenggaraannya akan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.
Tri Agung Kristanto
Laporan harian kompas tentang bahaya masker palsu, yang dipimpin Andy Riza Hidayat (tampak di layar) memenangi anugerah Adinegoro 2021 untuk kategori laporan mendalam media cetak, yang diumumkan Minggu (30/1/2022) di Jakarta. Laporan kompas lainnya, tentang lahan di puncak diperjualbelikan, yang dipimpin wartawan Kompas Madina Nusrat masuk sebagai Nominator dalam kategori yang sama.
Dalam peluncuran HPN 2022 itu juga diumumkan pemenang anugerah jurnalistik Adinegoro 2021 untuk enam kategori. Harian Kompas meraih penghargaan kategori media cetak dengan judul berita, “Berbahaya, Masker Medis Palsu Beredar di Masyarakat”.
Berita utama Harian Kompas edisi 3 April 2021 itu ditulis oleh Andy Riza Hidayat, Irene Sarwindaningrum, Dhanang David Aritonang, dan Insan Alfajri. Sementara pemenang lainnya adalah IDN Times untuk kategori media siber, Radio Republik Indonesia (RRI) Sintang (kategori radio), Jawa Pos News Network (kategori karikatur), CNN Indonesia (kategori televisi), dan LKBN Antara (kategori foto).