PTM di Tengah Peningkatan Kasus Omicron, Sekolah Tunggu Instruksi
Sejumlah sekolah masih menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron membuat mereka waspada.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah sekolah tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka di tengah meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia. Langkah sekolah untuk merespons Omicron menunggu kebijakan pemerintah.
Wakil Kepala SDN 07 Cideng, Jakarta, Ferry Wiyadi, Senin (24/1/2022), mengatakan, sekolahnya menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen tahun ini. Sebelumnya, SDN 07 Cideng merupakan salah satu sekolah percontohan yang melakukan PTM di DKI Jakarta pada April 2021.
”Kami baru saja melaksanakan vaksinasi tahap kedua bagi siswa berusia 6-11 tahun di sekolah. Ada 192 siswa yang divaksinasi hari ini. Setelah vaksinasi, siswa langsung pulang,” ucap Ferry.
Hampir semua siswa di SDN 07 Cideng telah divaksinasi. Beberapa siswa yang tidak lolos penapisan kesehatan batal divaksinasi. Mereka bisa memperoleh vakinasi susulan di sentra vaksinasi terdekat setelah berkoordinasi dengan pihak sekolah.
Adapun guru dan tenaga pendidik sudah mendapat vaksinasi primer. Mereka kini menunggu diberi vaksinasi penguat.
Kebijakan sekolah untuk menggelar PTM 100 persen mengikuti surat keputusan bersama (SKB) 4 menteri yang menetapkan panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. SKB 4 menteri ditandatangani oleh Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, serta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
SKB itu menyatakan bahwa satuan pendidikan yang ada di wilayah dengan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) 1-3 wajib melaksanakan PTM terbatas. PTM diadakan pada semester genap tahun ajaran 2021-2022. Selain itu, PTM mesti mempertimbangkan tingkat vaksinasi warga sekolah.
Tunggu arahan
Ferry menambahkan, hingga kini tidak ada kasus penularan Covid-19 di sekolah. Terkait penyebaran Covid-19 varian Omicron, sekolah tidak menerapkan kebijakan khusus. Kendati demikian, kondisi ini membuat pihak sekolah waspada. Protokol kesehatan pun dilakukan dengan ketat. ”Kami menunggu kebijakan dari atas (pemerintah) terkait PTM,” ucapnya.
Dengan merebaknya Omicron, kami makin mengetatkan pengawasan ke peserta didik saat berada di sekolah. Kami juga membuat surat edaran ke orangtua untuk tetap mengawasi keberadaan anaknya.
Kepala SMAN 25 Jakarta Saryanti mengatakan, sekolahnya mengadakan PTM 100 persen. Ada pula opsi pembelajaran jarak jauh bagi siswa atau guru yang mesti menjalani isolasi mandiri.
”Dengan merebaknya Omicron, kami makin mengetatkan pengawasan ke peserta didik saat berada di sekolah. Kami juga membuat surat edaran ke orangtua untuk tetap mengawasi keberadaan anaknya,” kata Saryanti. ”Kami mengimbau bagi peserta didik yang sakit untuk segera lapor dan melakukan tes usap ke puskesmas yang bekerja sama dengan sekolah.”
Sebelumnya, ada sejumlah kasus Covid-19 selama PTM berlangsung. DKI Jakarta mendata 72 kasus Covid-19 di 43 sekolah per 18 Januari 2022.
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Jumeri mengatakan, kasus Covid-19 telah direspons sesuai ketetapan dalam SKB 4 menteri. Ia menegaskan, PTM bisa dilakukan 100 persen, 50 persen, atau 0 persen, bergantung pada level PPKM di area sekolah.
”Penyesuaian pelaksanaan PTM terbatas 100 persen atau 50 persen mengikuti dinamika PPKM di sebuah wilayah. Sebagai contoh, DKI Jakarta saat ini level 2 dengan vaksinasi PTK (pendidik dan tenaga kependidikan) lebih dari 80 persen, vaksinasi lansia lebih dari 50 persen, sehingga PTM diadakan 100 persen. Jika PPKM naik ke level 3, PTM menjadi 50 persen,” kata Jumeri, Minggu (23/1/2022).
Sementara itu, lima organisasi profesi medis meminta agar evaluasi PTM dilakukan, khususnya buat kelompok anak berusia di bawah 11 tahun. Belum tersedianya vaksinasi lengkap bagi anak berusia di bawah 11 tahun membuat anak rentan terpapar Omicron.
”Menurut laporan beberapa negara, proporsi anak yang dirawat akibat Covid-19 varian Omicron lebih banyak dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya,” kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto.
Adapun Jumeri menilai pelaksanaan PTM mendesak. Pembelajaran jarak jauh dinilai tidak ideal karena sejumlah keterbatasan. Penutupan sekolah selama pandemi menghasilkan kesenjangan hasil belajar, anak putus sekolah, tekanan psikologis, hingga kolapsnya sejumlah sekolah swasta.