logo Kompas.id
Artikel OpiniFenomena Kultur "Shaming" di...
Iklan

Fenomena Kultur "Shaming" di Kalangan Kelas Menengah

Penegakan hukum yang seringkali tidak tuntas mendorong publik mem-posting masalah yang dihadapi untuk bisa menarik perhatian banyak orang. Ini sebenarnya bagian dari aksi main hakim sendiri secara verbal maupun visual.

Oleh
WASISTO RAHARJO JATI
· 5 menit baca
Supriyanto

Masih adanya gerakan tagar #PercumaLaporPolisi maupun #NoViralNoJustice di sosial media menunjukkan bahwa kebutuhan untuk membuat isu/masalah menjadi viral sudah menjadi kebutuhan utama saat ini. Hal ini merupakan bentuk dari kekecewaan publik terhadap penegakan hukum yang terkadang belum tuntas sampai akarnya.

Publik kemudian kini terdorong untuk posting apapun terhadap masalah yang dihadapi untuk bisa menarik perhatian banyak orang. Motivasi itu jelas bagian dari bentuk aksi main hakim sendiri secara verbal maupun visual, dimana pelaku berusaha menciptakan persepsi dan narasi kebenaran secara sepihak dengan cara “menyudutkan” pihak lain lewat sosial media. Hal tersebut yang menandai semakin kuat menggejalanya kultur shaming (mempermalukan) di sosial media.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000