Lumpur Tak Lunturkan Semangat Warga Menata Kampung
Semangat warga Kota Bekasi menata kembali tempat tinggal mereka yang hancur akibat bencana kembali menggeliat. Di setiap gang-gang perumahan, warga bergotong royong membersihkan rumah dari endapan lumpur.
Oleh
Stefanus Ato
·5 menit baca
Banjir pada awal tahun 2020 tak menyurutkan semangat warga untuk kembali berbenah. Sebelas hari pascabencana, warga sudah kembali beraktivitas dengan menyapu, mengepel, berjualan, hingga bersenda gurau dengan tetangga. Hiruk-pikuk deru kendaraan bermotor juga tak putus di ruas jalan salah satu kompleks perumahan warga, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (11/1/2020).
Meski kembali ramai, sulit menjelaskan kondisi di kawasan perumahan Pondok Gede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi, pada Sabtu siang. Lumpur basah hingga yang sudah mengeras ada di mana-mana, baik di kompleks perumahan maupun di jalan raya.
Perumahan Pondok Gede Permai merupakan salah satu kawasan yang paling terdampak saat bencana banjir bandang menerjang pada Rabu, 1 Januari. Kompleks perumahan itu terletak di tepi titik nol Kali Bekasi, atau awal pertemuan dua sungai besar dari Kabupaten Bogor, yakni Cileungsi dan Cikeas. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahkan mencatat banjir tertinggi ada di tempat itu, yakni mencapai 6 meter.
Hingga Sabtu pukul 14.00 WIB atau 11 hari setelah bencana, belum seluruh warga kembali ke rumah masing-masing. Ada perumahan warga yang ditinggal pemiliknya tanpa terurus. Endapan lumpur di perumahan yang ditinggal pemiliknya mulai mengeras dan mengering.
Dedy (50), warga Pondok Gede Permai, mengatakan, ada tiga RW yang paling terdampak banjir, yakni RW 008, RW 009, dan RW 010. Ketinggian banjir di perumahan warga saat itu mencapai 3 meter. Sejak banjir surut, sudah berkarung-karung lumpur yang dikeruk. Namun, karena ketebalan lumpur hampir mencapai 1 meter, pengerukan yang sudah berlangsung tiga hari belum juga rampung.
”Banjir seperti ini terjadi setiap tiga tahun. Setiap kali banjir, air pasti lebih tinggi dari sebelumnya. Lumpur yang menumpuk juga lebih banyak,” katanya.
Berjuang selamat
Banjir meluap dan merendam perumahan warga di tempat itu pada 1 Januari 2020 sekitar pukul 04.00 WIB. Banjir meninggi dengan sangat cepat sehingga warga tidak sempat menyelamatkan harta bendanya. Untuk menyelamatkan diri mereka, sebagian dari warga ada yang sampai bertengkar lantaran berebutan perahu karet saat petugas evakuasi tiba. Perahu karet yang tersedia minim, padahal saat itu ketinggian air sudah lebih dari 2 meter.
”Saat itu, semua sudah panik. Kami tidak lagi berpikir tetangga atau kerabat, masing-masing berjuang sendiri untuk bisa selamat,” ujarnya.
Dari data Posko Bencana Pondok Gede Permai, meski tak ada korban jiwa, jumlah korban yang terdampak dan mengungsi mencapai 1.364 keluarga. Adapun berdasarkan data BNPB, secara keseluruhan jumlah pengungsi di Kota Bekasi merupakan yang paling tinggi di Jabodetabek, mencapai 366.274 jiwa pada 2 Januari 2020. Sementara korban meninggal akibat bencana itu mencapai 9 orang.
Atas peristiwa memprihatinkan itu, Pemkot Bekasi kemudian menetapkan status siaga darurat bencana sejak 1 Januari hingga 7 Januari 2020. Masa tanggap darurat itu diperpanjang tujuh hari ke depan lantaran saat banjir surut, sampah dan lumpur menjadi persoalan baru yang harus dihadapi Kota Bekasi.
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, Pemkot Bekasi memperpanjang masa tanggap darurat lantaran kondisi di lapangan sangat memprihatinkan. Masa tanggap darurat juga dimanfaatkan untuk memperbaiki infrastruktur dasar terutama tanggul yang jebol dan merembes di beberapa lokasi.
”Harus segera ditutup, termasuk beberapa tanggul yang roboh dan merembes karena berlubang,” kata Tri melalui pesan singkat, Rabu (8/1/2020).
Segera rampung
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Yayan Yuliana, Sabtu, di Bekasi, mengatakan, sebagian besar daerah terdampak banjir di Kota Bekasi sudah dibersihkan. Sampah yang masih menumpuk sekitar 30 persen dan ditargetkan segera rampung sebelum masa tanggap darurat selesai.
Dari 30 persen sampah itu, sampah terbanyak berada di Jatiasih, terutama kawasan Pondok Gede Permai, Vila Jatirasa, Perumahan Kemang IPI, dan Pondok Mitra Lestari. Proses pembersihan berlangsung lambat karena sampah di tempat itu terdiri atas berbagai macam jenis, mulai dari sampah plastik, kursi, hingga bekas perabotan rumah tangga yang sudah menyatu bersama lumpur.
Di tengah bencana yang dihadapi warga Kota Bekasi, semangat menata kembali tempat tinggal mereka yang hancur akibat bencana kembali menggeliat. Di setiap gang-gang perumahan, warga bergotong royong membersihkan rumah dari endapan lumpur itu. Meski belum sepenuhnya pulih, aktivitas ekonomi warga pun mulai berjalan. Beberapa kios bahan kebutuhan pokok, warung makanan, usaha cuci motor, dan bengkel kembali dibuka. Mereka antusias untuk kembali menjalani kehidupan seperti sediakala.
Sebagian warga juga menolak rencana relokasi yang diusulkan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (8/1/2020). Bagi mereka, relokasi bukan sebuah solusi tepat karena bencana banjir itu sebenarnya bisa diminimalkan.
”Tempat ini aman ditinggali asalkan pemerintah mau normalisasi Kali Bekasi. Tanggul di sini juga seharusnya diperbaiki karena sudah ada yang retak,” kata Warudin (56), warga Pondok Gede Permai.
Sebelumnya, Rahmat Effendi, saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Negara, mengusulkan untuk merelokasi warga Pondok Gede Permai. Alasannya, lokasi itu tidak layak lagi dihuni karena paling terdampak saat banjir awal tahun 2020.
”Saya sampaikan ke Presiden, ke kementerian. Tinggal tergantung warganya, juga tinggal tergantung kementerian. Saya sampaikan pada saat rapat, termasuk dengan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane,” ujar Rahmat, Jumat (10/1/2020).
Adapun terkait respons warga, Rahmat menegaskan, usulan itu murni demi keamanan dan kenyamanan warga. Kawasan Pondok Gede Permai direncanakan untuk dijadikan sebagai salah satu tempat penampungan air atau polder. Penampungan air juga diusulkan dibangun berkesinambungan dari kawasan hulu di Hambalang hingga Bekasi.