Pedoman Gizi Seimbang Perlu Diterjemahkan dalam Konteks Lokal
Pemahaman masyarakat tentang konsep gizi seimbang masih minim. Pedoman gizi seimbang yang telah disusun pemerintah belum berbasis pangan lokal sehingga tidak terimplementasi secara benar dalam pola makan sehari-hari.
Oleh
Deonisia Arlinta
·3 menit baca
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA
Suasana saat Gusnedi mempertahankan disertasinya dalam promosi doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis (9/1/2020). Atas disertasi berjudul ”Pengaruh Promosi Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal terhadap Praktik Diet, Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Profil Lipid Wanita Minangkabau dengan Dislipidemia”, Gusnedi berhak menyandang gelar doktor ilmu gizi. Ia lulus dengan predikat yudisium cum laude dengan indeks prestasi 3,93.
JAKARTA, KOMPAS — Pemahaman masyarakat tentang konsep gizi seimbang masih minim. Salah satu penyebabnya adalah pedoman gizi seimbang yang telah disusun pemerintah belum berbasis pangan lokal sehingga tidak terimplementasi secara benar dalam pola makan sehari-hari.
Pola makan yang buruk pada masyarakat dapat terlihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi makanan manis, asin, dan berlemak cukup tinggi, sementara 95,4 persen masyarakat kurang mengonsumsi sayur dan buah.
Secara rinci, prevalensi konsumsi makanan manis pada masyarakat mencapai 40,1 persen, konsumsi makanan asin mencapai 29,7 persen, serta kebiasaan konsumsi makanan berlemak dan berkolesterol sebanyak 41,7 persen.
”Kepatuhan masyarakat untuk menjalankan pedoman gizi seimbang masih rendah,” ujar Gusnedi saat mempertahankan disertasinya dalam promosi doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jakarta, Kamis (9/1/2020).
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA
Dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang Gusnedi
Mengapa demikian? Hal itu diduga terkait dengan adanya kesenjangan antara pedoman yang sudah dibuat dan kebiasaan makan dari masyarakat di setiap daerah. ”Untuk itu, pedoman gizi seimbang perlu diterjemahkan dalam konteks lokal,” ujar Gusnedi.
Atas disertasi berjudul ”Pengaruh Promosi Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal terhadap Praktik Diet, Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Profil Lipid Wanita Minangkabau dengan Dislipidemia”, Gusnedi berhak menyandang gelar doktor ilmu gizi. Ia lulus dengan predikat yudisium cum laude dan dengan indeks prestasi 3,93.
Menurut Gusnedi, pedoman gizi seimbang perlu diterjemahkan ke dalam panduan gizi seimbang berbasis pangan lokal (PGS PL) agar lebih mudah dipahami dan dipraktikkan oleh masyarakat. Panduan ini tidak akan mengubah sumber makanan dari masyarakat di suatu daerah, tetapi untuk mengoptimalkan kebiasaan pola makan yang sudah dijalankan.
”Jadi, misalnya, masyarakat mempunyai kebiasaan makan 2-3 kali per hari. Nanti diarahkan, dari kebiasaan itu, jumlah nasi yang dikonsumsi cukup 150 gram sekali makan atau setara seperempat piring. Nasi bisa diubah menjadi jagung atau umbi, tergantung pangan lokal yang ada,” tuturnya.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Makanan berbahan baku komoditas lokal ketika dilombakan saat pameran peringatan Hari Pangan Sedunia Ke-39 tingkat Jawa Timur pada 2019 di JX International Convention Exhibition Surabaya, Rabu (20/11/2019).
Penerapan kandungan gizi seimbang berbasis pangan lokal juga diterapkan untuk memenuhi kebutuhan protein harian. Jika masyarakat memiliki kebiasaan makan ikan, konsumsi yang disarankan cukup satu potong sehari ditambah dengan telur serta tahu atau tempe. Ini juga termasuk konsumsi sayur dan buah yang disesuaikan dengan jenis yang banyak ditemukan di lingkungan setempat.
Melalui promosi PGS PL ini secara statistik menunjukkan adanya dampak signifikan terhadap perbaikan praktik diet dari perempuan usia subur Minangkabau yang menjadi obyek penelitian dari disertasi Gusnedi.
Selain itu, panduan juga berpengaruh pada penurunan asupan energi total, asupan lemak total, serta asupan karbohidrat total. Penurunan berat badan dari subyek penelitian pun terlihat selama penelitian dilakukan.
Promotor dalam sidang promosi doktor tersebut yang juga Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam FKUI Murdani Abdullah mengungkapkan, masyarakat memiliki pola makan yang berbeda di daerah masing-masing. Untuk itu, panduan pola diet yang dibutuhkan juga berbeda.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA
Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam FKUI Murdani Abdullah
Murdani berharap, penelitian yang telah dihasilkan oleh Gusnedi bisa diadopsi di tempat lain sehingga bisa diterapkan secara lebih masif. Perubahan perilaku masyarakat terutama dalam pola makan harus ditanamkan terus-menerus tanpa mengubah karakter dan kondisi masyarakat itu sendiri.
Implementasi
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, Gusnedi akan mengembangkannya dalam bentuk Buku Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal Minangkabau. Ini termasuk pembuatan buku resep masakan Minangkabau yang diolah dengan minim minyak.
Dalam buku panduan yang akan dibuat, sejumlah penjelasan terkait alternatif menu makan serta nilai gizi dari setiap menu makanan khas masyarakat Minangkabau akan turut disertakan. Harapannya, buku ini dapat dimanfaatkan oleh pemegang program dan juga sektor lain dalam menunjang perbaikan gizi masyarakat.