Pemulihan Pegunungan Kendeng Utara Mendesak Dilakukan
Pegunungan Kendeng Utara di Jawa Tengah, yang antara lain berada di wilayah Kabupaten Pati, dalam kondisi rusak dan gundul. Salah satunya karena alih fungsi lahan. Reboisasi pun mendesak.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
Pegunungan Kendeng Utara di Jawa Tengah, yang antara lain berada di wilayah Kabupaten Pati, rusak dan gundul. Salah satunya karena alih fungsi lahan. Reboisasi mendesak dilakukan karena sejumlah daerah di bagian bawah gunung terus terancam banjir.
Pegunungan Kendeng Utara merupakan bentangan bukit berupa batuan kapur atau karst. Pada 1998-2000, terjadi pembalakan liar masif di kawasan tersebut. Setelah itu, pengelolaan hutan oleh masyarakat tak optimal karena ada alih fungsi lahan menjadi perladangan tanaman semusim.
Kawasan yang sebelumnya dipadati pohon jati kemudian justru ditanami tanaman palawija, terutama jagung. Fungsi ekologi hutan pun jauh berkurang mengingat pengikat air di tanah saat hujan minim. Hal itu diperparah penambangan batu gamping di sejumlah titik di sisi luar pegunungan.
Pegunungan Kendeng Utara di bawah pengelolaan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati, yakni seluas 12.901 hektar (129 km persegi). Menurut data KPH Pati pada 2012 dan 2018, hutan yang rusak meluas, terutama di Kecamatan Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo.
Berdasarkan pantauan pada Selasa-Rabu, 26-27 November 2019, tanaman jagung mendominasi lahan di daerah puncak Pegunungan Kendeng Utara di Desa Sumbersoko dan Tompegunung, Sukolilo. Usia pohon jagung baru sekitar tiga minggu dengan ketinggian berkisar 10-20 cm.
Di sejumlah lokasi, tanah kering tidak ditanami. Bebatuan khas putih kecoklatan khas pegunungan karst juga tersebar hampir di seluruh permukaan tanah. Adapun pohon jati sedikit dan jarang. Sejumlah batang pohon jati yang telah ditebang masih menancap di tanah.
Suyanto (43), petani asal Sumbersoko, mengatakan, tanaman jagung di sekitar Pegunungan Kendeng sudah lama ada. Namun, dia menyebutkan, penanaman jagung semakin banyak seiring dengan pohon jati yang berkurang karena ditebang.
Petani lain, Agus (38), asal Tompegunung, menuturkan, budidaya jati kurang menghasilkan bagi petani. ”Jati panennya bisa 20 tahun. Kalau jagung, setahun bisa dua kali panen asalkan musim hujan lebih lama. Jadi, memang di sini, ya, mayoritas nanam jagung,” katanya.
Komitmen konservasi
Penghitungan Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (BP3ESDM) Jateng Wilayah Kendeng Muria menunjukkan tingginya tingkat alih fungsi lahan. Tahun 2014, sekitar 67 persen bukaan Pegunungan Kendeng (di Pati dan Grobogan) untuk perladangan tanaman semusim. Bukaan untuk tambang sekitar 5 persen.
Kepala Seksi Geologi, Mineral, dan Batubara BP3ESDM Jateng Wilayah Kendeng Muria Rival Gautama mengatakan, kondisi itu membuat banjir menjadi ancaman bencana utama. ”Perlu komitmen bersama dari semua pihak, termasuk masyarakat, agar konservasi berjalan optimal,” ujarnya.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Konstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pati Mirza Nur Hidayat menyebutkan, kondisi lahan gundul di Pegunungan Kendeng Utara telah menjadi perhatian serius Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pada Jumat, 15 November, Kepala BNPB Doni Monardo meninjau langsung kondisi Pegunungan Kendeng Utara. ”Segera ada tindak lanjutnya. Sudah ada ketersediaan sekitar 2 juta bibit pohon di Perhutani untuk reboisasi. Akan ditanam di Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo,” tutur Mirza.