China Minta AS Hentikan Unjuk Kekuatan di Laut China Selatan
Juru bicara Menhan AS Mark Esper menegaskan, pesawat-pesawat AS dan kapal-kapal AS tetap akan terbang dan berlayar serta beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan.
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·4 menit baca
BANGKOK, SELASA — China mendesak Amerika Serikat untuk tidak unjuk kekuatan di Laut China Selatan yang saat ini masih menjadi sengketa beberapa negara. Juru bicara Kementerian Pertahanan China, Kolonel Wu Qian, mengatakan kepada wartawan di Bangkok, Thailand, Senin (18/11/2019), isu Laut China Selatan merupakan salah satu masalah yang dibahas saat Menteri Pertahanan AS Mark Esper bertemu dengan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe.
Mereka bertemu selama lebih dari setengah jam menjelang berakhirnya pertemuan para menteri pertahanan ASEAN di Bangkok. ”Kami sepakat untuk terus berkomunikasi,” kata Esper seusai pertemuannya dengan Wei.
AS dan China bertekad akan menyelesaikan beberapa persoalan. Laut China Selatan selama bertahun-tahun menjadi titik sengketa utama antara Beijing dan beberapa negara sekitar, termasuk empat negara ASEAN. Washington, meski bukan negara pengklaim dalam sengketa itu, berulang kali mempersoalkan sikap asertif China di Laut China Selatan yang dianggap mengancam kebebasan navigasi dan pelayaran internasional.
AS tidak memiliki klaim teritorial di Laut China Selatan. Secara berkala kapal-kapal Angkatan Laut AS berlayar melalui wilayah laut yang, menurut China, dilarang dilintasi oleh kapal AS.
Wu Qian mengatakan, Esper dan Wei Fenghe menggelar pertemuan yang sangat positif dan konstruktif. Keduanya menyepakati beberapa bidang. Namun, menurut Wu, China tidak menyukai kehadiran Angkatan Laut AS di Laut China Selatan. Menurut Wu Qian, Wei Fenghe menegaskan kembali komitmen China untuk melindungi kedaulatan teritorial serta hak dan kepentingan maritim China di Laut China Selatan.
”Kami mendesak pihak AS untuk berhenti melakukan unjuk kekuatan di Laut China Selatan dan tidak memprovokasi sehingga meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan,” kata Wu Qian.
Ditanya oleh seorang wartawan untuk lebih spesifik menjelaskan keberatan yang diangkat oleh China dalam pertemuan tersebut, Wu Qian mengatakan bahwa AS harus berhenti melakukan intervensi di Laut China Selatan dan menghentikan provokasi militer.
Juru bicara Kementerian Pertahanan China menegaskan, AS harus menghentikan intervensi dan provokasi militer di Laut China Selatan.
Sementara itu, juru bicara Esper, Jonathan Hoffman, mengatakan, Menhan Esper menegaskan bahwa pesawat-pesawat AS akan terbang, demikian juga kapal-kapal AS akan berlayar dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan. ”Kami akan mendorong dan melindungi hak-hak negara berdaulat lainnya untuk melakukan hal yang sama,” kata Hoffman.
Kapal induk China
Secara terpisah, Pemerintah China mengonfirmasi bahwa pada Senin (18/11/2019) bahwa kapal induk pertama produksi China telah berlayar melalui Selat Taiwan untuk latihan dan tes rutin. Sebelumnya Taipei menuduh Beijing melakukan intimidasi menjelang pemilihan umum (pemilu) mendatang.
Kapal yang belum dinamai itu merupakan kapal induk kedua China. Kapal ini akan menjadi tambahan kekuatan bagi Angkatan Laut China. Kapal induk itu melintasi perairan yang sensitif statusnya pada hari Minggu lalu sebelum memasuki Laut China Selatan untuk tes dan latihan rutin. Hal itu disampaikan juru bicara Angkatan Laut China, Cheng Dewei, pada akun media sosial resmi.
Cheng mengatakan bahwa tes dan latihan rutin itu merupakan praktik normal yang harus dilalui kapal induk yang sedang melakukan uji coba lintas wilayah. ”Kapal induk itu tidak ditujukan pada target spesifik dan tidak ada hubungannya dengan situasi saat ini,” kata Cheng tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Pelayaran kapal induk China itu dilakukan saat Taiwan bersiap untuk menggelar pemilu pada Januari 2020. Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu menuliskan di Twitter pada hari Minggu lalu bahwa China bermaksud untuk campur tangan dalam pemilu # Taiwan. Dia menambahkan, ”Pemilih tidak akan terintimidasi!”
Taiwan waspada
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, pihaknya telah mengirim kapal dan pesawat untuk melacak dan memonitor pergerakan kapal induk China tersebut. Sejumlah kapal AS dan Jepang juga ada di Selat Taiwan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, pada Senin mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Angkatan Laut China itu bukanlah hal yang mengherankan dan itu sejalan dengan hukum internasional.
China, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, telah meningkatkan latihan militer di sekitar Taiwan sejak Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memenangi pemilu. Dia menjabat sebagai Presiden Taiwan sejak 2016.
Dalam isu Hong Kong, Tsai Ing-wen menyuarakan dukungan untuk gerakan prodemokrasi. Terkait pemilu Taiwan, Tsai menegaskan bahwa pemilu adalah perjuangan untuk kebebasan dan demokrasi di Taiwan. Sementara itu, rival Tsai lebih menyukai hubungan yang terjalin baik dengan China.
Pada hari yang sama dengan pelayaran kapal induk itu, Tsai mengumumkan bahwa mantan Perdana Menteri Taiwan William Lai, yang menyebut dirinya sebagai ”pejuang kemerdekaan Taiwan”, akan menjadi pasangannya dalam pemilu mendatang. (AP/AFP)