KH Ahmad Mustofa Bisri hadir dalam peluncuran buku ”Ayat Dewa Pamungkas dari Timur" yang berisi 82 puisi, di Kampung Budaya Universitas Negeri Semarang (Unnes), Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (16/10/2019) malam.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
Angin malam berembus dingin di Kampung Budaya Universitas Negeri Semarang, di kawasan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (16/10/2019). Di atas panggung, seniman Surakarta, Sosiawan Leak, dengan energik membacakan puisi tanpa teks. Suaranya menggelegar memecah malam membuka malam dengan syair ”Ayat Dewa Pamungkas dari Timur”.
”Para seniman yang tak pernah berkarya, tetapi ingin diakui dirinya siapa,” ucap Sosiawan. Dalam larik puisinya, ia singgung pula beberapa pelaku profesi lain, seperti kepala daerah, politisi, kiai, pendeta, guru, dan wartawan yang ingin diakui tanpa kerja nyata. Namun, tak ada ketersinggungan malam itu. Yang ada gelak tawa.
Malam itu diluncurkan buku berjudul Ayat Dewa Pamungkas dari Timur yang berisi 82 puisi karya KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus bersama tiga penyair, yakni Beno Siang Pamungkas, Timur Sinar Suprabana, dan Agoes Dhewa.
Nama ”Ayat Dewa Pamungkas dari Timur” diambil untuk mewakili para penulis di buku tersebut. Malam syair dan peluncuran buku digelar untuk mengenang Agoes Dhewa yang meninggal pada Januari 2019.
Selain seniman, sejumlah pejabat pemerintah daerah dan akademisi juga turut tampil membacakan puisi. Mereka, di antaranya Sekretaris Daerah Jateng Sri Puryono, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Rektor Unnes Fathur Rokhman. Tampil pula budayawan Romo Aloysius Budi Purnomo Pr.
Acara dimulai dengan penampilan sejumlah seniman. Setelah Sosiawan, tampil, antara lain, Sitok Srengenge, Joshua Igho, dan Wak Yok. Setelah itu, ada penandatanganan buku oleh Gus Mus dan dua penulis buku Ayat Dewa Pamungkas dari Timur lainnya, sebagai penanda peluncuran buku.
Pada acara itu, Sri Puryono tampil membacakan puisi Agoes Dhewa berjudul ”Kulepas Kamu”. ”Mas Agoes Dhewa saya kenal lama dan lebih intensif setelah ada Sastra Plataran. Ia merupakan seniman yang bersahaja, pekerja keras, dan jujur. Beliau yang mempunyai ide lomba geguritan di Jateng,” kata Puryono.
Sebelum Gus Mus, tampil dua penulis buku Ayat Dewa Pamungkas dari Timur lainnya, yaitu Beno Siang Pamungkas dan Timur Sinar Suprabana. Romo Aloysius Budi Purnomo Pr juga membacakan puisi karya Gus Mus berjudul ”Dzikir”. Ia tampil dengan ciri khasnya, yakni memainkan saksofon.
Penampilan Gus Mus, yang ditunggu-tunggu ratusan mahasiswa yang memadati Kampung Budaya Unnes, menjadi penutup pada malam syair tersebut. Gus Mus membacakan puisi karya Agoes Dhewa yang berjudul ”Indonesia” dan dua puisi karyanya sendiri, ”Aku Melihatmu” dan ”Korban”.
”Ibrahim mengikhlaskan anaknya, semata-mata karena Tuhannya. Ismail mengikhlaskan nyawanya, semata-mata karena Tuhannya. Keyakinan adalah pengetahuan, keikhlasan bukanlah kebodohan, pengorbanan ialah kecintaan,” demikian petikan syair ”Korban”, seperti dibacakan Gus Mus.
Ketua panitia, Damar Sinuko, mengatakan, peluncuran buku Ayat Dewa Pamungkas dari Timur tertunda selama hampir sembilan bulan karena Agoes Dhewa meninggal pada Januari 2019. Akhirnya, acara digelar pada Rabu (16/10) malam setelah disiapkan lagi selama 1,5 bulan.
Rektor Unnes Fathur Rokhman mengatakan, acara tersebut diharapkan dapat digelar secara rutin di Kampung Budaya Unnes. ”Sebab, Kampung Budaya ini memang diperuntukkan untuk mengekspresikan seni budaya Indonesia, juga memberi kesempatan pada seniman dari mancanegara,” katanya.