Pada 2025, Ditargetkan ada 40.000 Angkutan Umum Bertenaga Listrik di Jabodetabek
Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memasang 1.922 unit stasiun penyedia listrik umum (SPLU) di Jakarta dan sekitarnya, di mana kendaraan listrik dapat mengisi daya baterainya.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek menargetkan sebanyak 10 persen angkutan umum berbasis jalan di Jabodetabek menggunakan tenaga listrik pada tahun 2025. Dalam rangka mendukung target tersebut, Perusahaan Listrik Negara telah menyediakan 1.922 unit stasiun penyedia listrik umum di Jakarta, yang bisa digunakan motor atau sepeda listrik untuk mengisi baterainya. Jumlah itu akan terus ditambah seiring dengan kebutuhan pasar.
“Pada 2025, ditargetkan 10 persen kendaraan umum berbasis jalan bertenaga listrik. Jumlahnya sekitar 40.000 unit,” kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Budi Rahardjo ketika dihubungi pada Rabu (11/9/2019), di Jakarta.
Target tersebut, tambahnya, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Progam Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai dan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional.
“Saat ini, BPTJ sedang mematangkan peta jalan angkutan umum bertenaga listrik di Jabodetabek sehingga kita berharap pada 2025 ada 40.000 angkutan umum listrik. Pada 2020, kita targetkan ada 1.000 unit bus listrik,” tutur Budi.
BPTJ belum menghitung berapa banyak kebutuhan listrik yang diperlukan untuk mengoperasikan angkutan umum listrik. Untuk saat ini, dipastikan bahwa target cadangan listrik sebesar 35.000 Mega Watt (MW) pada 2030 untuk angkutan umum listrik serta kendaraan pribadi cukup memadai.
“Infrastruktur yang paling dibutuhkan adalah stasiun pengisian listrik. Itu ranahnya Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral). Idealnya, satu stasiun pengisian listrik ada di setiap terminal bus,” ucap Budi.
Stasiun penyedia listrik umum
Saat ini, Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memasang 1.922 unit stasiun penyedia listrik umum (SPLU) di Jakarta dan sekitarnya, di mana kendaraan listrik dapat mengisi daya baterainya. Sebagian lokasi SPLU dapat ditemukan melalui aplikasi Google Maps dengan kata kunci “SPLU PLN”. Penggunaan SPLU sama dengan mekanisme meter listrik prabayar yang menggunakan token.
Untuk mengisi ulang baterai kendaraan listrik, model SPLU saat ini baru bisa mengisi ulang baterai kendaraan listrik dengan tipe colokan listrik tipe C atau tipe F yang terdiri dari dua pin silinder. Tipe colokan listrik tersebut banyak digunakan barang elektronik di Indonesia, termasuk motor atau sepeda listrik.
“Untuk mobil listrik, saat ini memang berbeda dengan tipe colokan listrik tersebut. Namun, apabila muncul permintaan yang tinggi dari masyarakat dengan tipe colokan listrik lain, tidak menutup kemungkinan kami akan mendistribusikan SPLU yang dapat memenuhi kebutuhan itu,” tutur General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya M Ikhsan Asaad.
Ikhsan mengatakan, pengguna kendaraan listrik di Jakarta saat ini belum tinggi. Sampai sekarang, SPLU paling banyak digunakan oleh para pedagang kaki lima, seperti untuk menyalakan lampu atau peralatan dapur.
Hingga akhir 2019, PLN menargetkan pemasangan lima unit stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dengan fasilitas pengisian daya listrik secara cepat (fast charging) di lokasi yang banyak digunakan sebagai parkir kendaraan dalam jangka waktu cukup lama, seperti di area perkantoran, hotel, dan pusat perbelanjaan.
“Jumlah ini akan terus ditingkatkan sesuai dengan keadaan pasar. Pada dasarnya, kami, PLN, siap untuk menyambut era kendaraan listrik dengan infrastruktur dan suplai listrik yang andal,” ujar Ikhsan.
Mengurangi polusi
Bagi Ikhsan, beralihnya penggunaan kendaraan bahan bakar minyak ke kendaraan listrik dipercaya dapat mengurangi pencemaran udara di Ibu Kota, yang akhir-akhir ini menjadi sorotan. Sebab, kendaraan listrik tidak mengeluarkan emisi sama sekali.
“Namun, perlu diingat, ini hanya bisa terjadi jika kendaraan listrik sudah digunakan oleh masyarakat luas sebagai pengganti kendaraan BBM. . Jika kendaraan listrik hanya menambah jumlah kendaraan, tanpa diikuti penurunan jumlah penggunaan kendaraan BBM, tentu tingkat polusi tidak akan berkurang secara signifikan,” tutur Ikhsan.