Dampak kantong plastik atau keresek berbayar pada pengurangan sampah plastik DKI Jakarta belum terukur. Secara umum, minat warga beralih pada kantong belanja masih rendah.
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·3 menit baca
Dampak kantong plastik atau keresek berbayar pada pengurangan sampah plastik DKI Jakarta belum terukur. Secara umum, minat warga beralih pada kantong belanja masih rendah.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum meneliti ulang komposisi sampah di Jakarta setelah sejumlah ritel memasang tarif Rp 200 untuk selembar keresek.
Kepala Seksi Pengelola Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Rahmawati, Kamis (5/9/2019), mengatakan, penelitian ulang belum dilakukan karena membutuhkan waktu, proses yang rumit, dan biaya besar. DLH masih memakai data penelitian 2017. Di situ, komposisi sampah plastik Jakarta sekitar 14,02 persen dari sumbernya. Sumber yang dimaksud antara lain rumah tangga, sekolah, dan perkantoran.
Dengan perkiraan itu, sampah plastik Jakarta sekitar 1.000 ton per hari dari total sampah yang sampai di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang sekitar 6.800 ton per hari.
Beragam sampah plastik dari keresek hingga styrofoam. Kantong plastik sekali pakai jumlahnya 650.000-800.000 lembar sehari.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia mulai menerapkan harga pada kantong plastik sekali pakai secara bertahap mulai 1 Maret 2019. Terdapat 31 perusahaan ritel dalam deklarasi pada hari tersebut. Upaya ini dilakukan agar masyarakat tertarik menggunakan kantong belanja yang lebih ramah lingkungan atau tidak sekali pakai.
Ritel-ritel itu merupakan ritel populer di masyarakat yang mempunyai ribuan gerai, antara lain Alfamart, Alfamidi, Foodhall, Ace Hardware, Super Indo, Matahari, Robinson, dan Sogo.
Di sejumlah gerai ritel-ritel tersebut terlihat promosi untuk membawa kantong belanja sendiri sudah dilakukan. Pengelola ritel juga menyediakan kantong belanja yang bisa berulang kali pakai dengan desain yang menarik. Petugas kasir juga sudah menanyakan kepada pembeli untuk memilih menggunakan kantong keresek atau tidak.
Meski demikian, sangat sedikit terlihat pembeli yang membawa kantong belanja sendiri. Sebagian besar masih memilih membeli keresek untuk mengantongi belanjaan dengan harga Rp 200 per kantong.
Hingga sekarang, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun belum juga mengesahkan peraturan gubernur untuk membatasi kantong belanja sekali pakai. Peraturan gubernur itu sudah dirancang setidaknya sejak Desember tahun lalu.
Rahmawati mengatakan, peraturan gubernur tentang pembatasan kantong plastik sekali pakai itu masih menunggu revisi secara keseluruhan. ”Diharapkan bulan ini bisa segera ditetapkan,” katanya.
Pengolahan sampah plastik
Sementara itu, pengoperasian pengolahan pembakaran sampah menjadi tenaga listrik intermediate treatment facility (ITF) Sunter berpotensi digunakan untuk mengolah sampah plastik ataupun sampah kering yang lama terurai.
Direktur Utama Project Strategic Bisnis Unit ITF Sunter PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Aditya Bakti Laksana mengatakan, sampah plastik, kain bekas, kayu-kayuan, daun-daun kering, dan sampah yang dapat dibakar dapat dengan mudah diolah di ITF Sunter. ”ITF Sunter bisa menjadi solusi bagi pemusnahan sampah plastik yang tidak dimanfaatkan kembali,” katanya.
Dengan kapasitas pengolahan sampah 2.200 ton per hari, ITF Sunter memadai untuk pengolahan sampah plastik Jakarta sebesar 1.000 ton per hari. Namun, sejauh ini belum ada kebijakan resmi untuk memusatkan pengolahan sampah plastik di ITF Sunter.
Untuk mengkhususkan pengolahan sampah plastik di ITF Sunter itu diperlukan sistem pemilahan yang baik dari masyarakat hingga ke tempat pembuangan sampah. Sampai sekarang, proses pemilahan sampah pun belum berjalan baik.
ITF Sunter bisa menjadi solusi bagi pemusnahan sampah plastik yang tidak dimanfaatkan kembali.
Menurut rencana, ITF Sunter beroperasi pada 2022. Pada Juli hingga November 2019 ini dilakukan tahap awal konstruksi, yaitu pembongkaran lantai beton bangunan lama, analisis struktur tanah, uji daya dukung tanah, pembersihan lahan, dan penyiapan lahan dan kantor proyek.
Di sisi lain, pengolahan sampah plastik dengan pembakaran insinerator sempat dikritik karena dapat menghasilkan dioksin yang merupakan racun berbahaya. Terkait hal itu, pihak ITF telah menyatakan ITF Sunter aman dengan penggunaan sejumlah teknologi.