logo Kompas.id
UtamaPergeseran Makna Kata ”Banyak”
Iklan

Pergeseran Makna Kata ”Banyak”

Kata "banyak" dalam berbagai konstruksi kalimat telah bergeser maknanya. Kata tersebut kerap digunakan untuk menerangkan kata kerja atau verba. Padahal, lazimnya, kata "banyak" berfungsi menerangkan kata benda atau nomina. Bisakah hal itu kita terima dalam pemakaian bahasa?

Oleh
Nur Adji
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/wnROFAesO7ticoK6JXRECMmc5Lc=/1024x497/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F20190830_154439_1567155831.jpg
KOMPAS/ SRI REJEKI

Makna kata "banyak" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kata banyak dalam berbagai konstruksi kalimat telah bergeser maknanya. Belakangan ini, dalam berbagai media massa di Tanah Air, kata tersebut kerap digunakan untuk menerangkan kata kerja atau verba. Frekuensi pemakaiannya pun sangat tinggi.

Padahal, lazimnya, kata banyak berfungsi menerangkan kata benda atau nomina. Jika demikian, bisakah hal itu kita terima dalam pemakaian bahasa?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2017), kata banyak mengandung tiga arti.

Arti pertama (berkelas kata sifat) ialah ’besar jumlahnya; tidak sedikit’, seperti dalam kalimat: saudagar itu banyak uangnya. Arti kedua (kata bilangan) ialah ’jumlah bilangan’, seperti dalam kalimat: berapa orang banyaknya?.

Adapun arti ketiga (kata keterangan) ialah ’amat; sangat; lebih-lebih’, seperti dalam kalimat: ia mengucapkan banyak terima kasih.

Dalam kalimat saudagar itu banyak uangnya dan banyak terima kasih, posisi kata banyak berada di depan nomina dan frasa nominal, yakni uangnya dan terima kasih.

Kenyataannya, di kalangan masyarakat, dan salah satunya bisa dilihat di media massa, pola dengan banyak tidak selalu demikian, yakni banyak + nomina/frasa nominal. Mari kita lihat contoh kalimat yang terdapat dalam sebuah media cetak yang terbit di Jakarta: Akhir-akhir ini saya banyak membaca buku sejarah.

Jika kita berpatokan pada kelaziman, bahwa kata banyak berfungsi menerangkan nomina, mestinya kata banyak dalam kalimat tersebut tidak berpasangan dengan membaca, tetapi dengan buku sejarah sebagai frasa nominal.

Karena kelaziman itu pula, kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal atau tidak sesuai dengan tata bahasa. Kalimat tersebut akan gramatikal jika diubah menjadi Akhir-akhir ini saya membaca banyak buku sejarah.

Namun, makna yang timbul dari kalimat ”seharusnya” berbeda dengan makna kalimat pertama. Dengan kata lain, kalimat perbaikannya itu dapat juga ditafsirkan saya membaca berbagai jenis buku sejarah atau saya membaca lebih dari satu buku sejarah.

Padahal, maksud si penulis menempatkan kata banyak dalam kalimat tidak mengacu ke jumlah buku yang dibaca, tetapi ke frekuensi membaca buku. Jadi, kata banyak pada kalimat pertama itu bisa dikatakan berpadanan dengan sering atau lebih sering dari biasanya: Akhir-akhir ini saya sering membaca buku sejarah.

Iklan

Penggantian kata banyak dengan kata sering lebih tepat daripada jika kita memindahkan kata banyak ke depan frasa buku sejarah. Artinya, kata banyak dalam kalimat tersebut bisa ditukar kedudukannya dengan kata sering, tetapi tidak dapat dipindahkan kedudukannya untuk menerangkan kata benda yang lazim menjadi pasangannya.

https://cdn-assetd.kompas.id/q8FeElcfMwAlWaxSM4WwL_80gh0=/1024x1820/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F05%2FIMG_20190507_103753L.jpg
KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Makna kata "banyak" dalam kalimat Akhir-akhir ini saya membaca banyak buku sejarah berbeda dengan kata "banyak" dalam kalimat Akhir-akhir ini saya banyak membaca buku sejarah.

Kita lihat contoh lain: Kokain berasal dari olahan daun tanaman koka, yang banyak terdapat di Amerika Selatan. Kata banyak dalam kalimat di atas dimaksudkan untuk memberi penekanan bahwa betapa banyak tanaman koka di Amerika Selatan. Si penulis menghadirkan kata banyak untuk memberi keterangan kepada frasa nominal tanaman koka.

Sekali lagi, jika kita berpatokan pada kelaziman, penempatan kata banyak di depan kata terdapat (verba) bisa dibilang tidak gramatikal. Seharusnya kata banyak berada di depan tanaman koka, karena si penulis memaksudkan yang banyak adalah tanaman koka, bukan terdapat. Dengan begitu, kalimatnya menjadi *Kokain berasal dari olahan daun banyak tanaman koka, yang terdapat di Amerika Selatan.

Kalimat tersebut gramatikal karena sesuai dengan rumusan bahwa kata banyak berada di depan kata benda. Namun, informasi atau makna yang muncul dari kalimat tersebut menjadi tidak jelas.

Lalu, jika kita perlakukan sama seperti contoh pertama, yakni mengganti kata banyak dengan kata sering, makna kalimat yang timbul pun tidak sesuai dengan informasi contoh pertama: Kokain berasal dari olahan daun tanaman koka, yang sering terdapat di Amerika Selatan.

Kita lihat, maknanya malah tidak berterima. Kalau demikian, kehadiran kata banyak dalam kalimat tersebut tidak dapat ditukar kedudukannya dan tidak dapat digantikan oleh kata sering.

Beberapa contoh lain yang ditemukan menunjukkan bahwa pola banyak + kata benda tidak selalu terjadi. Ada beberapa pola lain yang muncul, misalnya pola banyak + kata kerja aktif, seperti dalam kalimat Tampaknya, kita juga perlu lebih banyak belajar mendengarkan dan Sedemikian lancarnya, warganet pun banyak bergurau di media sosial).

Untuk pola banyak + kata kerja pasif, contohnya Oleh karena itu, politisasi identitas yang banyak digunakan untuk meraih dukungan rakyat patut dihindari, sedangkan contoh pola banyak + kata depan: Tarikan politik yang kuat, khususnya dari parpol penguasa, membuat banyak di antara mereka berada dalam posisi dilematis. Contoh kata keterangan + banyak, pada tahun 2018 ruas tol yang dibuka semakin banyak.

Namun, dari pola yang ditemukan tersebut, ada pola lain yang boleh jadi timbul karena kekurangcermatan penulis dalam menempatkan kata banyak. Bisa jadi penulis berasumsi bahwa kata banyak dapat diletakkan sembarang saja di depan kata berkelas verba.

Kalimat berikut bisa menjadi contoh penggunaan kata banyak yang kurang cermat itu. Dalam konteks demokrasi, menurut dia, masih banyak ditemukan sosok-sosok politisi yang belum mampu "menjadi bagian" dari komunitas hidup bersama.

Dalam kalimat tersebut, kata banyak tidak terlalu penting kehadirannya karena diikuti dengan bentuk jamak sosok-sosok. Perbaikan atas kalimat tersebut adalah Dalam konteks demokrasi, menurut dia, masih ditemukan sosok-sosok politisi yang belum mampu ”menjadi bagian” dari komunitas hidup bersama.

Perbaikan lain dari kalimat tersebut tanpa mengubah maknanya adalah Dalam konteks demokrasi, menurut dia, masih ditemukan banyak sosok politisi yang belum mampu ”menjadi bagian” dari komunitas hidup bersama.

Kecenderungan penggunaan kata banyak yang dinamis—karena bisa berada di depan kata benda atau kata kerja, juga kata depan dan di belakang kata keterangan, dan menghasilkan makna lain dari makna semula—bisa saja diterima sepanjang pengguna bahasa cermat dan tahu mengenai penggunaan kata tersebut. Yang sedapat mungkin tidak dilakukan adalah menggunakan kata banyak yang keliru.

(Nur Adji, Penyelaras Bahasa Kompas)

Editor:
Sri Rejeki
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000