Tidak lama setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan pemindahan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur, masyarakat ramai-ramai memberikan respons, tak terkecuali di jagat maya.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
Tidak lama setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan pemindahan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur, masyarakat ramai-ramai memberikan respons, tak terkecuali di jagat maya. Keputusan Presiden ini juga menuai dinamika. Ada yang menyambut dengan optimistis, ada juga yang mempertanyakan dengan kritis.
Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla secara resmi mengumumkan pemindahan ibu kota dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8/2019) sekitar pukul 13.30. Dalam pernyataannya, Presiden menyatakan bahwa pemindahan ibu kota bertujuan untuk mengurangi beban DKI Jakarta sekaligus Pulau Jawa dan sebagai bentuk pemerataan ekonomi di Indonesia.
Topik pemindahan ibu kota yang masih hangat ini kemudian merambah menjadi perbincangan di media sosial seperti Twitter. Tidak sedikit juga pengguna Twitter yang meramaikan perbincangan dengan tanda pagar atau tagar.
Berdasarkan data Trends24.in, tagar #IbuKotaBaru sempat menjadi topik tren Twitter di Indonesia pada Senin pukul 15.00 atau dua jam setelah pengumuman tersebut dibacakan Presiden.
Selama hampir sembilan jam, topik pemindahan ibu kota masih menjadi perbincangan. Selain tagar #IbuKotaBaru, perbincangan lainnya yang diangkat warganet adalah Penajam Paser Utara, Kutai Kartanegara, dan Kalimantan Timur yang merupakan lokasi ibu kota baru.
Sementara Indonesia Indicator mencatat, antusiasme warganet terhadap pemindahan ibu kota sudah cukup besar sejak isu ini diangkat ke publik awal Agustus lalu. Hal ini terekam lewat sistem intelligence perception analysis (IPA) untuk mendapatkan analisis opini publik dari media sosial secara real time terhadap suatu kejadian atau isu tertentu.
Antusiasme warganet terhadap pemindahan ibu kota sudah cukup besar sejak isu ini diangkat ke publik awal Agustus lalu.
Dari hasil analisis, sejak periode 1-26 Agustus 2019, terdapat 93.321 percakapan tentang isu pemindahan ibu kota dari 26.435 akun orisinal dan 1.731 akun mesin atau robot. Sebanyak 44,5 persen atau respons terbesar berasal dari pemilik akun berusia 18-25 tahun, disusul 38 persen respons dari usia 26-35 tahun.
”Isu ini menarik perhatian milenial karena cukup mengejutkan, tidak disangka-sangka, dan memberikan mereka imajinasi yang kreatif,” ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang saat dihubungi, Selasa (27/8/2019).
Respons beragam
Pemindahan ibu kota ternyata mendapat respons yang beragam dari pengguna Twitter. Banyak yang optimistis dengan menganalisis aspek sosial, budaya, ekonomi, geologi, hingga lingkungan. Namun, tidak sedikit juga warganet yang menunjukkan kreativitasnya dengan membuat berbagai macam candaan atau meme pemindahan ibu kota ini.
”Khusus warganet usia 18-25 tahun, mereka meresponsnya dalam humor dan kreativitas. Misalnya, ibu kota boleh pindah, tetapi jangan hatimu. Ibu kota boleh pindah, tetapi ibu-ibu kita tetap akan besanan, kan,” kata Rustika.
Pemindahan ibu kota mendapat respons yang beragam dari pengguna Twitter.
Selain itu, menurut Rustika, terdapat juga kelompok pro, kontra, dan netral dalam perbincangan pemindahan ibu kota ini. Pada periode 19-26 Agustus atau satu minggu terakhir, tercatat 55,57 persen jejaring percakapan kontra atau menolak pemindahan ibu kota. Sementara 35,07 persen netral dan 9,37 persen lainnya pro atau mendukung.
Perbincangan di kelompok kontra lebih menekankan terhadap urgensi, biaya, hingga potensi bencana ibu kota baru. Kelompok pro mendukung sepenuhnya pemindahan ibu kota dengan konsep modern, kota pintar, dan ramah lingkungan. Adapun kelompok netral membicarakan tentang persiapan dan desain ibu kota baru.
Bentuk ekspresi
Guru Besar Universitas Padjajaran yang juga mantan Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, dalam pengantar buku Dialog Demokrasi dalam 140 Karakter mengatakan, pada era komunikasi digital saat ini, media sosial seperti Twitter memang dapat dilihat sebagai bentuk ekspresi percakapan di ruang publik. Bahkan, Twitter seolah telah menjadi jagat politik di dunia virtual yang terkait erat dengan dinamika sosial hingga politik aktual.
Dalam topik saat ini, Rustika menilai bahwa media sosial digunakan publik sebagai bentuk ekspresi atas harapan, kecemasan, hingga kekhawatiran terhadap isu pemindahan ibu kota. Isu ini kemudian semakin ramai diperbincangkan karena warganet ingin mengetahui kejelasan lokasi ibu kota baru.
”Setelah diumumkan lokasinya, emosi warganet langsung didominasi oleh percakapan anak muda terkait harapan untuk tidak merusak ekosistem dan mengawal pembangunan ini. Disusul juga dengan emosi kepercayaan yang mendukung pemindahan tersebut,” katanya.
Pemindahan ibu kota memang sudah menjadi wacana sejak pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, baru di era pemerintahan Presiden Joko Widodo pemindahan ibu kota benar-benar direalisasikan.
Keputusan ini seharusnya juga dapat dijawab oleh pemerintah dengan persiapan yang matang dan terencana sehingga persoalan sosial, budaya, hingga ekonomi dapat diselesaikan.